TWINS [HIATUS SEMENTARA]

By casyaaaa_

1.3M 157K 32.2K

(BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA) Sequel - Beby Syaqueela Hanya menceritakan kerandoman keluarga kecil milik Xa... More

Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
obil buyuk

31

49.7K 4.5K 955
By casyaaaa_

Follow Ig @casyaaaa_
casyaaaa_



Happy Reading 🐰

Xaviero menggendong Bell menuju kamar milik putrinya. Tangan Xaviero terus mengelus punggung putrinya yang bergetar.

"Ngga mo Dede bayi, Papi." Gumam Bell.

Xaviero mengecup kening putrinya lembut. Tiba di kamar milik Bell ia langsung duduk di sofa dengan Bell di pangkuannya.

Dengan wajah sembabnya Bell menatap wajah Papi nya itu.

"Papi sama Mami udah ngga sayang Bell lagi ya makanya mo ganti anak? Bell ngga mo jadi gembel Papi, nanti-nanti Bell ngga bisa kasih temen-temen uang lagi hueeee" Tanya Bell dengan tangisnya yang mengeras.

Dengan gemas Xaviero menghapus air mata yang mengalir di kedua pipi bulat anaknya.

"Sssttt.. cantik nya Papi." Xaviero mencoba menenangkan Bell yang semakin sesegukan.

"Semuanya jahat, ngga mo sayang Bell lagi." Ujar Bell sesegukan, bahkan sesekali menarik ingusnya yang akan keluar.

"Kata siapa, hm?" Xaviero mengecup kedua pipi putrinya dan mengelusnya pelan saat tidak mendapatkan jawaban.

Xaviero memeluk putrinya erat sambil mengelus-elus punggung sesekali mengelus kepala Bell.

"Bell harus tau, kalau Bell itu anak kesayangan Papi berliannya dua keluarga. Mana mungkin kita semua ngga sayang sama Bell. Papi sama Mami itu sayang banget sama Bell dan Abang juga, kehadiran kalian berdua itu anugerah yang Tuhan kirim buat Mami dan Papi, mana mungkin Papi ngga sayang sama sesuatu yang Tuhan titipin." Jelas Xaviero, ia mengecup kedua mata Bell sayang.

"Papi boong, tadi Mami bayi uwek-uwek kok berarti Mami mo punya Dede bayi terus nanti Bell di buang." Ujarnya sambil meneteskan air matanya.

"Uncle mu boong sayang. Mami ngga hamil dia cuma kecapean aja tadi kan dokter udah periksa Mami, lagian tahta tertinggi anak bungsu buat Papi ya Arabelle." Jelas Xaviero dengan tegas.

"Bell kesayangan Papi, Bell segalanya buat Papi dan semua keluarga. Jadi Bell ngga boleh mikir kaya tadi oke? Ngga baik."

Bell mengucek kedua matanya. "Gitu Papi? Jadi Mami ngga belendung Papi? Bell ngga di ganti sama dedek bayi Papi?"

Xaviero meraih tangan putrinya yang mengucek matanya, lalu di gantikan dengan jempolnya dan mengelusnya pelan.

"Ngga dong, Bell bungsu kesayangan Papi." Ujar Xaviero yang membuat Bell tersenyum lebar.

Sedangkan di depan pintu kamar Bell ada Avin dan Asgar yang tengah mengintip, lebih tepatnya Avin yang memaksa untuk melihat keadaan sepupu gemoy nya.

"Gue kaya ngeliat sugar Daddy yang lagi ngebujuk sugar baby nya bang. Astaga liat uncle Xav berdamage banget, beda kaya Papa yang kelakuannya ngga ada damage nya sama sekali." Ujar Avin cengengesan.

Asgar mendengus malas, ia menatap ke arah anak dan ayah tersebut lalu tersenyum tipis. Adik sepupu kesayangannya tidak boleh bersedih, jika itu terjadi ia yang akan turun tangan untuk menghabisi nya.

Asgar mengalihkan pandangannya pada Avin yang menampilkan wajah menyebalkan, ia menarik tudung Hoodie Avin dan menyeretnya dari depan kamar Bell.

"Woy bang buset, gue bukan anak kucing." Seru Avin kesal.

"Anak Papi masih sedih, hm?" Xaviero mengecup kening Bell berkali-kali.

Bell menggeleng. "Bell ngga sedih lagi Papi, yopyu Papi."

Xaviero tertawa mendengar ucapan sayang putrinya yang tidak di ubah dari ia kecil.

"Love you too, little angel." Ujar Xaviero.

Bell memeluk leher Papi nya erat. "Papi, Bell mo ke Mami bayi kasian Mami sakit, Bell mo jadi dokter buat Mami."

Xaviero tersenyum lalu berdiri dari duduknya ia keluar kamar menuju kamar dirinya dan sang istri.

Mata sembab Bell bisa melihat keluarga nya masih berkumpul di kamar sang Mami.

Bell kembali menyerukan wajahnya di leher sang Papi.

"Bell shy Papi, udah cry-cry padahal Bell ngga punya dedek bayi." Adunya.

Xaviero terkekeh lalu mengode keluarga nya untuk tidak menatap Bell, mereka yang paham langsung berpura-pura melakukan sesuatu.

"Udah ga di liatin tuh, Bell turun ya katanya mau sama Mami."

Bell menoleh ternyata keluarga nya tidak memperhatikan nya lagi, Bell menatap sang Mami yang menatapnya dengan senyum manis nya.

"Mami bayi." Gumamnya.

Bell merangkak di atas ranjang lalu memeluk perut Mami nya erat.

"Mami, Mami ada yang sakit? Bilang sama Bell kalau ada yang sakit okey Bell mo jadi dokternya Mami. Mami harus sehat lagi, Bell ngga mo Mami sakit, Bell cry nanti" Seru Bell dengan beruntun.

Beby tertawa. "Mami ga kenapa-napa kok, sini kiss Mami nanti sakit nya Mami hilang."

Tanpa basa-basi Bell langsung mengecup kedua pipi Mami nya.

"Cepet sembuh Mami, Bell sayang Mami." Ujar Bell dengan senyum lebarnya.

"Uncle ngga di cium?" Seruan sewot tersebut berasal dari Vano yang tengah duduk dengan wajah songong nya.

Bell menoleh lalu melengos dengan wajah malas nya, ia masih marah dengan uncle-nya.

Vano membelalakkan matanya melihat Bell. "Heh sombong banget mukanya."

"Mami ada yang ngomong tapi ngga ada orang nya, Mami denger?" Tanya Bell serius namun matanya melirik-lirik uncle-nya.

"Songong banget bocil yang mau punya adek."

Mata Bell melotot garang. "UNCLE NONO NI KOK BACOT BANGET, BELL NGGA PUNYA DEDE BAYI TAU KATA PAPI BELL KESAYANGAN SEMUANYA." Seru Bell kesal.

"Bell." Tegur Beby.

Bell mengerucutkan bibirnya. "Bell kesal Mami yaampun, uncle Nono nya bikin Bell kesel terus Mami." Ujarnya.

Xaviero melayangkan tatapan tajamnya pada Vano. Sedangkan Vano yang di tatap hanya cengengesan, ia sangat suka melihat wajah kesal keponakannya.

"Bell--"

"Uncle ngga boleh ngomong sama Bell tau, uncle diem ja." Bell segera menyela ucapan uncle-nya.

Vano berdecak lalu memeluk istrinya lagi. "ngga seru ngajak bocil bercanda."

🐙🐙

Bell menopang kaki nya dengan ponsel di di hadapan wajahnya, ia tengah bertelponan dengan Theo di ruang keluarga.

"Eyo dah mam belum? Bell abis mam ni Eyo."

Di sebrang sana Theo menahan gemas melihat wajah bulat Bell.

"Makan nya banyak ga tadi?" Tanya Theo lembut.

Bell mengangguk riang. "Bell mam banyak-banyak Eyo, tanya aja sama Mami." Ujarnya meyakinkan.

Theo terkekeh. "Pinter. Pacar nya siapa, hm?"

"Pacarnya Eyo dong." Jawabnya sombong.

"Good girl."

"Bell tanya tau, Eyo dah mam belum? Kalau belum Eyo mam dulu sana Bell ngga mo cogannya Bell sakit, nanti Bell jadi sedih." Ujar Bell sambil memonyongkan bibirnya.

Theo terkekeh ia menyandarkan ponselnya di dasboard ranjang.

"Aku udah makan, cantik." Jawab Theo dengan suara beratnya.

Bell tersenyum lucu. "Yaampun pinter banget pacar Bell."

"I love u." Ujar Theo.

"Bell love Eyooooo." Ujarnya sambil tersenyum lebar.

Vano yang niatnya ingin mengajak Bell ke supermarket harus menahan ngeri melihat keponakannya sedang berbucin ria.

"Alay banget pacaran bocil." Ujarnya bergidik.

"Eyo kok ngga pake baju?" Tanya Bell.

Theo mengarahkan ponselnya ke perut sixpack nya.

"Gerah." Jawabnya.

Pipi Bell bersemu. "Perut Eyo bagus, Bell mo pegang boleh?"

Vano melototkan matanya. "WOI BOCIL MACEM-MACEM LO."

Bell tersentak kaget lalu bangun dari rebahan nya, terlihat mata uncle-nya yang terlihat seperti ingin keluar.

"Bentar Eyo, ada cowok kurang belaian ni ganggu-ganggu Bell." Ujarnya pada Theo setelah itu memutuskan panggilannya.

Bell berdiri sambil berkacak pinggang menatap uncle-nya.

"Uncle ni ganggu-ganggu Bell terus, Bell mo pacaran dulu ini uncle yaampun. Uncle pulang sana Bobo dirumah opa sendirian." Sembur Bell kesal.

Vano mendelik ia juga ikut berkacak pinggang. "Bocil masih kecil udah berdosa liat perut cowok, matanya mau di colok?"

Bell melotot. "Like-like Bell dong, mata nya juga mata Bell lagian kata Aunty Ghia kalau ada rejeki ngga boleh di tolak, Bell liat perut Eyo itu berarti rejeki anak solehah."

"Ga begitu konsep nya jamal." Kesal Vano.

"Uncle bacot."

"SAPI ANAK LO NIH BERANI LIATIN TUBUH SI THEO, BELL NAKAL NIH MAU DI HUKUM KATA NYA." Seru Vano.

Mata Bell membulat dengan kesal Bell berlari dan menendang burung Vano.

Bughhh..

"ARGHHHHHHH BELL BURUNG UNCLE PECAH." Vano menjerit lalu meringkuk di lantai.

Bell tersenyum lebar. "Uncle cemen masa gitu doang sakit, kaya Bell dong kuat."

"ANAK SETAN BURUNG GUE YA ALLAH." Vano bahkan sampai mengeluarkan air matanya.

"Ada apa ini heh?" Suara Alexander mengintrupsi.

Ghia yang melihat suaminya cosplay jadi cacing langsung menghampirinya.

"Kamu kenapa?" Tanyanya khawatir.

"Burung aku yang, di tendang si bocil." Adu nya.

Ghia meringis mendengarnya. "Kalau sampe burung nya ga bangun kita cerai ya panu." Ujar Ghia tersenyum manis.

"KOK GITU?" Seru Vano melotot.

"Ceraiin aja Aunty, uncle Nono ngga berguna soalnya Bell kesel banget tau." Ujarnya tanpa dosa.

"DIEM BOCIL." Seru Vano kesal.

Beby segera meraih tubuh putrinya. "Bell nakalin uncle lagi?"

"Uncle yang salah Mami, tadi uncle ganggu-ganggu Bell lagi telponan sama Eyo, Bell kesal jadi nya yaudah uncle-nya Bell tendang." Belanya.

Mereka menghela nafas. "Udah Mami bilang jangan gangguin Bell, kalau udah gini kamu sendiri yang kesakitan." Geram Leona, anaknya ini sudah tua masih saja menjahili Bell.

"Vano ga ganggu ya, Vano tuh cuma mau bilang kalau Bell abis lecehin Theo. Bell pengen pegang perut si Theo kata nya."

Semuanya menatap Bell tajam, sedangkan yang di tatap hanya mengerjap polos.

"Kenapa liatin Bell? Bell tau kok kalau Bell ini cantik." Ujarnya.

Xaviero menghampiri putrinya. "Siapa yang ajarin Bell nakal kaya gitu? Mau Papi hukum?"

"Ajarin apa Papi, Bell ngga tau."

"Liat perut Theo."

Bell tersenyum lebar. "Perut Eyo bagus Papi, Bell jadi mo pegang-pegang yaampun."

"BELLL."

🐙🐙

Bell duduk di teras Mansion sendirian, ia tengah menunggu Theo yang kata nya akan datang menjemputnya.

"Nona muda ayo masuk, nanti Tuan besar marah kalau Nona diam di luar malam-malam." Ujar sang bodyguard.

"Bell mo nunggu Eyo uncle." Ujar Bell.

"Nunggu nya di dalam aja Nona."

Bell menggeleng ia langsung berlari ke arah gerbang saat mobil Theo terlihat.

"EYOOO DATENG YEAY." Seru Bell girang.

Theo segera keluar dari mobilnya, ia menatap Bell dengan tatapan intimidasi nya.

"Kenapa di luar?" Tanya Theo rendah.

Bell menyengir. "Bell nunggu Eyo tau, soalnya Bell ngga sabar mo jalan-jalan sama Eyo."

Theo menghembuskan nafasnya ia menarik Bell ke dalam pelukannya.

"Lain kali tunggu aku di dalam, jangan di luar kaya tadi. Paham babe?"

Bell mengangguk riang. "Okey Eyo."

Theo tersenyum tipis. "Izin dulu sama Papi kamu, kalau ngga di izinin ga jadi pergi gapapa?"

Bell mengerucutkan bibirnya. "No, Bell mo jalan-jalan Papi harus izinin."

Theo terkekeh. "Ayo." Theo mengajak Bell untuk masuk menemui Xaviero.

Saat akan masuk Xaviero dan Al terlebih dulu keluar, wajah mereka mendatar melihat kehadiran Theo.

"Ada apa malam-malam kesini?" Tanya Xaviero.

"Saya izin ajak Bell ke Mansion Om, Mommy mau ketemu Ara." Ujarnya sambil menatap mata Xaviero.

"Ga gue izinin." Bukan Xaviero yang menjawab melainkan Al.

Theo mengangkat sebelah alisnya sekilas, Xaviero menatap putrinya yang tengah menatapnya dengan binar ceria.

"Jaga Putri Om, jangan pulangin Bell lewat dari jam 10."

Theo tersenyum tipis. "Terimakasih."

Al mendengus malas lalu berjalan menghampiri adiknya.

"Jangan nakal okey? Kalau dia macem-macem telpon Abang." Ujarnya pada sang adik.

Bell mengangguk. "Siap Aban."

Al mengecup kening Bell, ia menatap Theo tajam. "Jagain adik gue."

"Tanpa lo suruh pun gue bakalan jagain kesayangan gue."

🐙🐙

Bell menatap Mansion Lazarus dengan melongo. "Rumah eyo besar ya, lebih besar dari rumah Bell."

Theo hanya terkekeh, ia menggenggam jemari mungil Bell.

"Ayo masuk, Mommy sama Mommy udah nunggu."

Bell mengangguk tapi sebelum itu ia memegang dadanya.

"Eyo jantung Bell lagi konser ini, soalnya malu mo ketemu calon mertua." Ujarnya cengengesan.

Theo tertawa. "Ga usah malu." Setelah itu mereka berdua masuk ke dalam Mansion dan menuju ruang keluarga.

Bell bisa melihat wajah laki-laki yang menurutnya tidak asing.

"UNCLE JUS?" Seru Bell. Ia ingat wajah teman Papi nya itu.

Zeus dan Edelyn bangkit menunju Bell dan Theo. Zeus tersenyum singkat.

"Halo Baby girl, ternyata masih sama panggilan nya." Sapa nya sambil terkekeh.

"Jadi uncle jus Papi nya Eyo?" Tanya Bell kepo.

"Iya." Zeus mengacak rambut Bell gemas.

Edelyn yang melihat gadis milik putranya tersenyum lembut.

"Nama nya siapa cantik?" Ujar Edelyn.

Bell tersenyum lebar. "Nama Bell itu Bell Aunty." Ujarnya riang.

Edelyn tertawa gemas. "Lucu banget, pantes Theo bucin sama kamu." Ujarnya menggoda.

"Bell cantik Aunty, Eyo love Bell banyak-banyak."

Theo dan Zeus hanya tersenyum melihat interaksi Bell dan Edelyn.

"Jagain Bell yang benar Theo, Daddy sudah menganggap Bell putri Daddy sendiri. Jangan mengecewakan Daddy terutama Xaviero dan keluarga besarnya." Tegas Zeus pada sang putra.

Theo mengangguk tegas. "Theo usahakan dad, kalau Theo salah dan nyakitin Ara Daddy dan yang lain boleh hukum Theo."

"Termasuk bunuh Theo hari itu juga." Lanjut nya bersungguh-sungguh.

🐙🐙

Lanjut ga?

Mohon maaf kalau ga ngefeel bestie huhu! Semoga suka ya, see u.

Jangan lupa vote+komen ✨

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 123K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.4M 77.4K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.1M 110K 58
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1.1M 83.9K 40
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...