What Is Love? [ On Going ]

Galing kay graciasimamora09

13.4K 10.4K 25K

Gracia Ardville adalah seorang wanita yang telah mati rasa karena kehidupan yang dia jalankan. Dia menjadi se... Higit pa

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

25

26 11 1
Galing kay graciasimamora09

Happy reading part 25 🎉🎉🎉
Vote + komen nya jangan lupa
Makasih ♡
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dasar David menyebalkan. Udah tau ini tempat umum, malah manggil begituan lagi.

# # #

"Oma. Oma udah datang? Ah... ada Xero. Sini sayang sama mama, mau peluk." Aku mengabaikan David dan langsung menghampirin Oma dan juga Xero yang dibawa Oma.

"Oma kenapa bawa Xero?" tanyaku.

"Oma kasihan. Dia selalu di dalam kamar kamu. Tadi Citra yang nemuin, kata Bintang itu hewan peliharaan kamu. Makanya Oma bawa." Jelas Oma.

"Utututu anak mama sendirian ya?"

Cup

Cup

Cup

Aku menciumin Xero dengan gemas.

"Kalian kok disini? Kenapa ninggalin Papa sendirian di kamar?" tanya Oma.

"Tadi Cia disuruh Papa keluar karena mau ganti baju." Jawabku.

"Terus kenapa gak dibantu? Emangnya Papa kamu udah bisa makenya sendiri?" Kali ini Tante yang menanyak.

"Tadi David yang disuruhin Papa buat bantuin."

"Sudah-sudah. Oma masuk dulu ke dalam. Oh iya, ini makanan untukmu. Pergilah istirahat, malam ini Oma sama Tante kamu yang jagain Papa. Besok kamu harus sekolah. Jangan lupa makanannya bagi sama calon cucu Oma." Ucap Oma sambil tersenyum ramah kepada David. David yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum cangguh.

"Yaudah Oma masuk dulu ya." Pamit Oma. Oma dan Tante masuk ke dalam begitu juga dengan Bintang dan Citra.

"Nih pegang," ucapku kepada David sambil memberikan sekantong plastik berisi makanan yang diberi Oma tadi.

"Ayo." Ajak David sambil menarik tanganku.

"Mau kemana?"

"Mau makanlah."

"Tapi bisa disini Vid makannya."

"Gak enak dinner di rumah sakit. Come on honey,"

Setelah keluar dari rumah sakit. David kini membawaku ke taman dekat rumah sakit.

"Sini duduk." Perintahnya sambil menepuk kursi panjang yang ada di taman tersebut. Setelah itu David membuka makanan yang dibawa Oma.

"Sini buka mulutnya," ucapnya sambil memberikan nasi.

"Aku bisa makan sendiri." Tolakku.

"Lalu Xero? Mau dilepas?"

"Yah kamu kan bisa megang dulu Xeronya."

"Gak boleh. Sini buka mulutnya,"

"Gak mau!"

"Nanti siap makan kita beli es krim."

"Es krim? Yaudah sini, aaa" Begitu mendengar kata es krim. Otakku seperti terhipnotis layaknya menurut begitu saja.

"Berdoa dulu honey." Setelah selesai berdoa, kini David menyuapiku makan begitu juga dengannya. Sembari makan aku bermain dengan Xero.

"Vid mobilnya udah kamu jemput?" Tanyaku begitu ingat dengan mobil.

"Udah. Sini buka mulutnya," Lalu memasukan nasi ke dalam mulutku.

"Sejak kapan? Kamu kan dari tadi di rumah sakit?" Tanyaku sambil mengunyah makanan.

"Makan dulu honey. Lihat jadi belepotankan?" Sambil membersihkan sisa-sisa nasi.

"Tadi aku suruh Satria buat mengambil. Katanya udah di rumah,"

"Kamu nyuruh Satria? Merepotin anak orang mah itu."

"Dari pada kamu ditinggal di rumag sakit gimana? Yah mending nyuruh orang lain saja."

"Lagian aku tadi di rumah sakit sama Papa."

"Bukan soal sama siapanya honey. Kamu gak inggat kata Oma? Oma bilang harus jadi calon cucu yang baik." Jelas David dengan bangganya.

"Aku gak mau nikah sama kamu."

"Kamu mau nikah? Yaudah ayo, kapan? Besok? Lusa?" Ucap David membalikkan perkataanku.

"Aku bilang itu enggak."

"Iya"

"Enggak Vid."

"Iya iya iya. Titik gak ada koma." Jawab David dengan geram.

"Mau minum," ucapku mengalihkan pembicaraan.

"Ini."

Setelah selesai makan. David dan aku membersihkan makanan kami. Bukan aku sih, tapi lebih tepatnya David. Aku sendiri sibuk mengendong Xero.

"Mau pulang? Atau masih mau negok Papa?" Tanya David.

"Sejak kapan kamu manggil Papa aku jadi Papa kamu?" Tanyaku yang tidak mau Papa dipanggil Papa sama orang lain selain aku.

"Sejak Oma bilang aku calon menantu tadi."

"Bangga banget. Lagian gak ada yang mau sama kamu."

"Ada."

"Gak,"

"Ada honey."

"Berhenti manggil aku honey."

"Terus mau dipanggil apa? Honey? Baby? My little princess?"

"Diamlah! Gak ada satupun." Aku berjalan terlebih dahulu dari padanya.

"Honey tungguin!!!" Teriak David. Membuatku sedikit malu karena dilihatin orang-orang yang berada di taman.

"Honey tunggu. Honey, honey, honey." Karena merasa sudah mulai malu dilihatin orang-orang. Aku membalikan badanku dan menyuruh David untuk diam.

"Sutt ribut banget, kayak orang gila tau gak?" Bisikku kepada David.

"Aku gila karenamu honey."

"Terserah,"

Setelah selesai berpamitan kepada Oma, Tante, dan Papa. Aku juga menitipkan Xero kepada Bintang dan Citra. Lalu kami pergi ke toko es krim seperti janji David tadi.

"Mau beli yang mana?" Tanya David sambil melihat menu yang ada di atas meja.

"Bawa uang gak?" tanyakku terlebih dahulu.

"Bawa honey."

"Berapa?"

Cup

"Pesan saja. Aku punya banyak uang. Dan semuanya itu hanya milikmu." Jelas David setelah selesai mencium keningku.

Kenapa semakin lama, David semakin diluar kendaliku. Bukan, maksudnya dia terlihat lebih meresahkan akhir-akhir ini. Dimulai dari ia memanggilku dengan sebutan honey, lalu David juga sudah mulai sering mencium kening atau mengusap puncuk kepalaku. Tapi jujur saja, aku menyukainya.

"Kalau begitu aku mau yang ini," tunjukku kepada salah satu menu yang ada di sana.

"Mbak yang ini satu sama yang inu satu." Ucap David memesan menu pesananku.

Setelah selesai memesan aku sibuk dengan handphone-ku. Tidak memperdulikan David yang berada di sampingku. Sebenarnya aku memainkan handphone bukan karena ingin memainkannya. Hanya saja, saat ini aku sedang salting parah. Bagaimana mungkin, David selalu memperhatikanku. Terlihat sedikit risi tapi aku menyukainya. Sial.

"Berhenti melihatku seperti!" Ucapku akhirnya yang sudah tidak tahan dengan tingkah David.

"Kau sangat cantik honey." Pujinya. Tatapan matanya membuat diriku ingin menghilang saat itu juga. David kini berubah menjadi lelaki bucin yang selalu ingin melihat kekasihnya tanpa lelah sedetik pun.

"Aku tau aku cantik. Tapi kau tidak perlu melihatku seperti itu, itu sangat risi."

"Risi? Tapi wajahmu memerah honey." Sial, yang benar saja. Saat itu juga tembokku runtuh. Aku semakin malu dibuat oleh David. Refleks aku menutup wajahku yang kini sudah seperti kepiting rebus.

Cup

"Kau tidak perlu malu seperti itu honey." Bisik David setelah mencium rambutku.

"Aku menyukai aroma rambutku honey."

"Papa juga mengatakan hal itu," jawabku tiba-tiba yang menginggat Papa memuji aroma rambutku saat aku masih kecil.

"Benarkah?"

"Iya. Kau tau, Papa dulu sering menyisir rambutku. Dan setelah itu memuji rambutku. Kadang Papa mengatakan rambutku mirip Mama. Lalu Papa juga bilang rambutku harus selalu dirawat, karena Papa menyukainya." Jelasku panjang lebar menceritakan hal indah yang sering aku lakukan bersama Papa sewaktu masih kecil. Ketika Mama sedang sibuk memasak, dan Papa yang sibuk menyisir rambutku di sore setelah selesai mandi. Dulu aku menyukai hari minggu, dimana Papa dan Mama akan selalu bersamaku. Dan hanya hari minggu saja Papa akan menyisir atau mengepang rambutku. Karena pada hari itulah Papa tidak bekerja.

"Tapi sekarang,-" Aku menggantung- kan perkataanku.

"Mulai sekarang aku yang akan melakukan itu. Bagaimana?" Ucap David membuatku kembali tersenyum.

"Kau mirip dia." Jawabku begitu saja mengingat Leo kecil yang selalu bersamaku juga.

"Siapa?"

"Kekasihku."

"Hanya aku yang boleh menjadi kekasihmu. Kau mengerti?" Ucap David sambil mencubit pipiku dengan geram.

"Ih... lepasin. Sakit tau!"

"Maaf honey. Lagian kamu yang deluan." Setelah itu David mengelus pipiku dengan lembut.

"Inggat ya, hanya aku dan aku yang boleh menjadi pasangan hidupmu. Baik dulu ataupun sekarang." Lanjut David.

"Kau bukan kekasihku. Kekasihku namanya Leo bukan kau." Aku berharap kali ini David merasa terbakar karena aku mrnyebutkan nama lelaki lain dihadapannya.

"Jadi kau sudah menyukai Leo sejak kecil?" Tanya David penasaran.

"Kau mengenal Leo?" Aku semakin bigung dengan perkataan David.

"Aku sempat melihat foto anak kecil di dalam kamarmu." Jujurnya.

"Kau,- yang benar saja kau melihat isi kamarku? Jangan bilang kau juga meletakan cctv di dalam kamar?" Aku mulai curiga kepada David.

"Ide yang bagus honey. Aku akan meletakkannya di dinding kamarmu. Bagaimana?"

"DAVID!"

"Bercanda honey. Aku hanya melihat foto yang terjatuh dari bukumu saat aku ingin mengambil buku. Dan disana terlihat nama Leo." Aku kembali mengingat hal itu lalu menyadarinya.

"Kamu gemesin banget. Aku boleh gigi gak?" Ucap David sambil mencubit pipiku dengan geram.

"Is jangan. Jorok tau," Aku memukuli tangan David yang mencubit pipiku.

"Hahaha. Kamu gemesin soalnya honey."

Beberapa menit kemudian pesanan es krimku datang. Ada dua mangkok besar yang berisi es krim yang dihias dengan lucu.

"Mau yang mana?" Tanyaku kepada David.

"Mau kamu." Bukannya menjawab David malah mengatakan hal konyol itu.

"Aku serius Vid,"

"Aku serius honey." Jawab David dengan wajah yang serius.

"Terserah. Kamu yang coklat saja."

Aku mengambil handphone-ku dan memfoto makanan yang ada di hadapanku. Sungguh, aku tidak bisa memakannya. Ini terlalu lucu untuk dimakan.

"Kenapa gak dimakan honey?" Tanya David.

"Ini terlalu lucu,"

"Tapi lebih lucu kamu honey." Lagi-lagi David selalu memujiku. Membuatku senyum-senyum tidak menentu.

"Berhenti memujiku. Aku tidak suka dipuji seperti itu!" Jawabku dengan lantang mencoba untuk tidak tersenyum dihadapannya.

"Lalu harus dipuji seperti apa?"

"Udahlah berhenti mengeluarkan ucapan buaya. Itu tidak akan berpengaruh. Dan satu lagi, jangan berpikir aku akan jatuh cinta kepadamu. TIDAK AKAN PERNAH!" Jawabku.

"Kalau begitu aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku. Dan satu lagi, aku bukan buaya honey. Aku hanya akan memperlakukan wanita yang kucintai dengan baik. Hanya kepadamu dan juga Mamaku. Selain itu tidak ada wanita yang kuperlakukan seperti itu, kau harus ingat itu."

Cup

Yah lagi dan lagi David dapat menghancurkan tembok yang telah kubangun. Aku tidak tau apakah kini aku sedang merasakan fall in love atau tidak. Ketika David mencium kening atau pun pipiku saat itulah pertahananku roboh. David selalu memperlakukanku dengan baik, aku menyukainnya. Hanya saja, dia selalu tidak bisa dibantah. Itu membuatku kesal.

"Jangan melamun. Makan es krimnya honey. Nanti mencair," ucap David menyadarkanku dari lamunan.

Dengan perlahan-lahan aku memakan es krim miliku. Aku tidak ingin menghancurkannya dengan cepat. Aku juga mulai tergiur dengan es krim milik David. Sepertinya rasa coklat juga enak.

"Kau mau?" Tanya David. Sial aku rasa David melihatku tadi melihatin es krim miliknya.

"Ini cobalah, kau pasti suka." Lalu memberikanku sesuap es krim miliknya. David benar, es krim miliknya sangat enak. Rasa coklatnya tidak membuat muak, tapi malah menjadi candu. Rasa coklatnya tidak begitu manis. Jadi sangat pas.

"Kau mau lagi?" Tanya David kembali. Aku hanya menggeleng dengan cepat, tidak ingin membuang waktu.

"You so cute, honey." Setelah itu pada akhirnya aku menghabiskan 2 mangkok es krim. David hanya memakan sedikit miliknya dan selebihnya ia memberikannya kepadaku.

"Perlahan-lahan honey. Aku tidak akan mengambil es krimmu." Ucap David sambil membersihkan mulutku yang terkena krim es krim, sambil tertawa.

"Selesai." Jawabku begitu selesai menghabiskan 2 mangkok es krim.

"Good." Begitulah kira-kira perkataan yang keluar dari mulut David.

"Kita pulang?" Tanyanya. Aku hanya meng-iyakan perkataanya.

Setelah selesai membayar es krimnya. David mengantarkanku pulang dengan mengunakan motor ducati miliknya.

"Kenakkan ini." Lalu memberikanku helm full face miliknya. Setelah mengenakan helm, aku naik ke motor ducati milik David.

"Pegangan honey."

"Gak mau!" Tolakku.

Sekali tancap David langsung mengaskan motornya. Membuatku hampir melayang dari atas motornya. Mau tidak mau aku terpaksa memeluk pinggang David dengan erat, agar tidak terjatuh. Tidak lama kemudian David mengelus tanganku yang berada dipinggangnya sembari memperlahankan laju motor.

'Dasar cowok tukang modus' ucapku dalam hati yang sudah mengerti taktik cowok.

Sesampainya di rumah, aku masuk ke dalam kamar. Sedangkan David dia langsung pulang juga. Hal pertama yang aku lihat di dalam rumah adalah Kayla yang sedang menonton tv. Dengan malas aku melanjutkan langkahku masuk ke dalam kamar. Aku melihat-lihat barang Kayla di dalam kamar, dan ternyata tidak ada.

"Apa Papa tidak jadi menikah?" Ucapku sambil sibuk mencari barang-barang Kayla di dalam kamarku.

"Baguslah kalau tidak ada. Tapi kenapa dia ada disini?" Aku semakin kesal pada saat itu juga. Seharusnya aku mendengarkan penjelasan Bintang di rumah sakit. Akhirnya aku memutuskan untuk mandi dan bergegas ingin tidur.

Aku membolak-balikkan tubuhku. Mencari tempat nyaman untuk bisa tidur. Tapi nyatanya tidak. Jam sudah menunjukan tengah 10 tapi aku belum bisa tertidur.

Tok

Tok

Tok

Itu adalah suara ketukan pintu. Aku bangun dari tempat tidur dan membuka pintu. Dalam hati aku berdoa semoga itu bukan Kayla. Yang benar saja aku harus berbagi kamar dengannya. Cukup aku hanya berbagi Papa, tidak dengan duniaku juga. Perlahan-lahan aku membuka pintu sambil menghapalkan doa dalam hati.

"Kakak kenapa lama membukannya? Aku sudah menunggu dari tadi." Ucap Citra lalu masuk sambil membawa Xero ke dalam kamarku. Pada saat itu aku bernafas lega juga.

"Kakak kenapa? Apa ada yang menakutimu?" Tanya Citra kebingungan.

"Tidak apa." Jawabku. Citra meletakan Xero ke dalam kandangnya. Lalu mengambil handuk milikku.

"Kenapa kau mengambil handukku?" Tanyakku yang keberatan.

"Punya Kakak sendiri kok. Gak usah pelit Kak, lagian Citra malas ngeluarin barang-barang dari koper." Setelah mengatakan itu Citra bergegas mandi.

Tidak lama kemudian Citra selesai mandi lalu keluar dari sana dengan tubuh yang hanya terlilit dengan handuk putih milikku.

"Kakak Citra pinjam piyama Kakak ya." Ucapnya setelah selesai mandi. Belum sempat mengiyakan perkataan Citra, dia sudah mengobrak-abrik pakaiannku.

"Yak... aku belum mengiyakannya Citra." Jawabku dengan wajah yang sebal.

"Sama Adek sendiri kok pelit. Lagian Citrakan udah sering begini." Citra hanya tertawa sambil mengambil pakaianku.

"Kenapa tidak mandi di kamar tamu saja Cit?" Tanyaku.

"Kakak gak tau ya?" Tanya Citra sambil mengenakan serum di wajahnya.

"Kenapa?"

"Kan Kakak tiri Kakak tidurnya di situ." Aku tidak percaya dengan ucapan Citra barusan. Jadi itu alasanya kenapa barang-barang milikknya tidak ada lagi di kamarku.

"Apa Kakak tidak tau hal itu? Abang Bintang menceritakan semuanya. Katanya Kayla itu gak suka ya sama Kakak?"

"Sutt jangan besarin suaranya." Ucapku.

"Kan kamar Kakak kedap suara. Ngapain dikecilin suaranya? Mau teriak juga gak papa kok, orang kedap suara." Jelas Citra. Aku baru sadar kalau kamar ini memang kedap suara.

Oh iya Kakak lupa."

"Kamar sendiri kok lupa," Cibir Elsa. Setelah puas memakai baju dan Skin Care milikku. Citra naik ke atas tempat tidur.

"Bintang cerita apa saja kepadamu?" Tanyaku yang mulai kepo.

Yah seperti yang kalian tau, semalam begitu aku mendengar Papa akan menikah dan mempunyai saudara tiri seperti Kayla. Rasanya hatiku sakit, dan pergi dari rumah. Sampai pada akhirnya aku tidak tau banyak hal. Yang hanya kutau adalah, Papa akan menikah, mempunyai saudara tiri dan Papa sakit. Hanya itu saja.

"Jadi malam ini kita akan mulai mengosip?" Ucap Citra dengan senyum nakal miliknya. Aku hanya mengiyakan perkataanya.

"Tapi kalau mengosip gak enak kalau gak ada makanan Kak. Tunggu biar Citra ambil dulu." Citra turun dari atas tempat tidur dan berjalan keluar mengambil beberapa snack. Tidak lama kemudian Citra datang.

"Jadi bagaimana?" Tanyaku yang mulai kepo dari tadi.

"Sabar elah Kak. Citra mau makan keripiknya dulu, baru deh cerita." Citra terlihat menyebalkan sekarang. Bisa-bisanya aku harus menunggunya memakan keripik baru memulai cerita. Dia tidak tau kalau aku udah penasaran dari tadi.

"Jadi gini. Kata Bang Bintang, waktu Kakak pergi dan gak pulang malam itu juga. Akhirnya Om mulai cemas, dan Kakak tau, kata Bang Bintang Om mulai panik dan selalu menelepon Kakak. Hanya Kakak gak angkat. Om minta bantuan Abang Bintang untuk menelepon Kakak dari teman-teman Kakak. Mulai dari sahabat Kakak sampe pacar Kakak."

"Namanya David. Dan satu lagi, dia bukan pacarku Citra."

"Udah lah, sama saja. Lagian dulu waktu Kakak di Paris, orang yang menelepon Kakak itu Abang David kan?" Tebak Citra dan aku hanya mengangguk saja.

"Udah ketebak sih. Lagian Abang itu ganteng, jadi cocok jadi Abang ipar Citra. Slebew." Aku hanya tertawa mendengar ucapan Citra.

"Kamu tau slebew dari siapa Dek?" Tanyaku sambil tertawa.

"Itu mah trend tik tok Kak."

"Yaudah lanjut," jawabku.

"Nah setelah itu Om tiba-tiba pingsan dan Bang Bintang kaget dong. Dia minta bantuan Abang David untuk datang ke sini. Baru deh dibawa ke rumah sakit. Selama di rumah sakit, Om selalu nyebutin nama Kakak. Abang akhirnya panik, dan menelepon Mama sama Oma. Makanya malan itu juga kami langsung ambil tiket."

"Lalu apa yang terjadi dengan Kayla?"

"Kayla siapa Kak?"

"Kayla saudara tiriku. Namanya Kayla."

"Oh dia sih kata Bang Bintang ikut je rumah sakit sama Mamanya. Kata Abang Bintang, Mamanya kelihatan panik gitu sama kek Kakak Kayla. Nah karena kepo, akhirnya Bintang tanyak dong sama Kakak Kayla. Dan Kakak Kayla baru menceritakan kejadiannya. Tunggu Citra minum dulu, haus soalnya Kak."

"Citra kamu itu kebiasannya buat Kakak emosi."

"Hahaha. Orang Kakak serius banget dengerinnya."

"Nah setelah itu Kakak Kayla menjelaskan semuanya kepada Bang Bintang. Katanya Kakak Kayla juga gak tau gimana sebenarnya. Yang dia tau, Om sama Mamanya udah hampir 2 tahun gitu bersama. Dan tiba-tiba saja Mama Kayla ngomong sama dia kalau mereka bakalan nikah. Dan ternyata waktu Kakak Kayla datang ke rumah bareng Kakak. Kakak itu gak tau kalau Om itu Papanya Kakak. Dia sempat syok gitu sih, tapi gak dilanjutinnya. Dan habis itu seminggu kemudian ada kabar mereka mau menikah." Jelas Citra.

"Itu berarti Kayla gak tau apa-apa tentang pernikahan ini?" Tanyakku sambil sedikit memasukan keripik ke dalam mulutku.

"Kayaknya sih enggak Kak. Tapi gak tau sih, Citra gak peduli juga."

"Bintang mana?" Tanyaku yang tiba-tiba mengingat Bintang.

"Udah tidur deluan."

"Kakak pernah kebayang gak sih bakalan punya saudara tiri?" Tanya Citra memulai pembicaraan kembali.

"Enggak. Sama sekali bahkan. Tapi mau gimana lagi, itu udah keputusan Papa. Kakak hanya bisa ngikut mana yang lebih baiknya saja." Yah aku berharap, semoga ini hal terbaik untuk memulai sesuatu yang lebih baik lagi.

Dring

Aku membuka handphone dan melihat isi pesan yang baru saja masuk. Pesan itu dari David.

David
Udah tidur?

Red

David
Tidur honey. Aku bakalan jemput lebih awal.

David
love u, good night swettie
Muach 🤍

Red

Setelah selesai membaca isi pesan itu. Aku langsung tersenyum.

'Sial. Dia berulah lagi' ucapku dalam batin sambil tersenyum menatap layar handphone.

"Kakak dengerin Citra gak sih?" Tanya Citra dengan wajah kebingungan.

"Emang Citra ngomong apaan?" Tanyaku kembali yang tidak menyadari Citra berbicara.

"Kakak mah nyebelin. Is, Citra gambek. Pasti itu Abang yang di rumah sakit tadi kan?"

"Namanya David Citra." Jawabku.

"Dasar bucin. Ngakunya sih gak suka di depan semua orang, tapi di belakang mah bucin parah."

"Citra Kakak sama David gak pacaran." Jelasku sambil tersenyum melihat tingkah lucu Citra yang sedang ngambek.

"Tau ah. Citra mau tidur," Citra langsung menarik selimut dan menutupi tubuhnya dengan selimut milikku. Aku juga kembali tidur, sambil memikirkan isi pesan singkat itu. Sial, aku menyukainya.

# # #

"Kak, bangun."

"Kakak bangun ih..." Aku membalikkan badanku untuk kembali tidur.

"Kakak bangun! Dasar kebo, Kakak gak malu apa di bawah itu ada Abang David." Sekejap berikutnya mataku terbuka lebar begitu mendengar namanya.

"Tuh kan baru bangun kalau udah dengan nama crush-nya. Dasar bucin." Cibir Citra yang tengah duduk manis. Aku langsung melihat jam. Dan menyadarkan diri terlebih dahulu.

"Ini masih jam 4 Citra." Ucapku yang melihat ke arah jam.

"Emangnya yang bilang jam 10 siapa Kak?"

"Jangan ngadi-ngadi deh. Udah ah, bagunin Kakak kalau udah jam 6." Aku kembali tidur sambil menutupi tubuhku dengan selimut.

"Tapi masalahnya di bawah sudah ada Abang David!" Ucap Citra dengan menaikan volume suaranya.

TBC

Gracia Ardville

Citra Ardville

David Leonard Vernando

Bagas Ardville

Bintang Ardville

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

3M 251K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
763K 67.8K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
5.1M 349K 67
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
3.5M 167K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...