Love mistake || NOMIN

By jenjaelee_

39K 2.3K 66

Lapak BxB‼️ Mpreg‼️ Nomin‼️ "Malam ini Lo harus teraktir gua sepuasnya dan apa yang gua mau Lo harus tururtin... More

01
02
cast
03
04
05
06
07
08
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Ending

09

1.4K 92 0
By jenjaelee_

HAPPY READING GAYS😘
JANGAN LUPA PENCET BINTANGNYA, MAKASIH🙏

Saat ini Jaenar sedang makan malam bersama Ayahnya dan Dejun. Hening tidak ada suara apapun saat ini. Biasanya mereka makan malam sambil berbincang saat ini hanya kesenyapan yang terjadi. Sampai akhirnya Yuda yang pertama membuka suara.

"Gimana Na?" Jaenar mengerutkan keningnya bingung, apanya yang gimana.

"Maksud Ayah perut kamu. Masi sakit?"

"Enggak"

"Gue liat-liat ada lebam di pipi lo, habis gelud lo?" Jaenar melototkan matanya kepada Dejun, sejak tadi dirinya menunduk agar Ayahnya tidak tau kalo pipinya lebam.

Yuda menatap Jaenar intensif dan benar kata Dejun ada lebah di pipi Jaenar. "Kenapa Na?"

Jaenar memutar otaknya untuk mencari kebohongan yang tepat. Jika dia katakan habis berkelahi maka dialah yang akan kena.

"Tadi kepentok pintu pas lagi di rumah Harry, Ayah tau kan Harry orangnya gimana jadi kepentok" mungkin saat ini Harry sedang tersedak minumnya karena namanya di buat sebagai tumbal kebohongan Jaenar.

"Kamu bilang ke Harry?" Jaenar menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Yuda.

"Jadi gimana? Kamu udah ngomong?"

Jaenar kembali mengerutkan keningnya namun beberapa saat kemudian dirinya maksud apa yang di maksud Ayahnya, Jovan orang itu yang membuat Jaenar seperti ini.

"Udah, nanti Jaenar habis wisuda mau lanjut kuliah di Jepang aja Yah"

'khuk'
'khuk'
'khuk'

Yuda dan Dejun tersedak bersamaan. Jaenar yang paling tidak suka dengan Omanya di Jepang namun kenapa dia mau pindah ke Jepang.

"Kok ke Jepang Na?" Tanya Dejun penasaran.

"Gue mau besarin anak gue sendiri. Apalagi Oma pasti udah tau kalo gue bisa hamil kayak papa, walaupun gue bakal di ceramahin Oma selama sebulan gak papa deh yang penting gue gak di sini" ucap Jaenar sambil terus memakan makanan di hadapanya.

"Dia gak mau tanggung jawab?"

Jaenar berhenti mengunyah saat mendengar ucapan Ayahnya.

"Gak penting tanggung jawabnya, Ayah aja bisa besarin aku sama Dejun sendirian kenapa aku gak bisa?"

"Tapi Na kamu gak tau sesulit apa Ayah waktu kalian tanya Mama ke Ayah. Ayah gak mau anak kamu juga begitu" Dejun yang melihat wajah Ayahnya semakin serius dan juga wajah Jaenar, hanya bisa memandang keduanya bergantian.

"Dia juga gak punya Mama yah. Biar Jaenar aja, dia juga bakal ngerti kok. Jaenar bakalan kasih tau dia semuanya"

"Tapi kenapa gak di sini aja?"

"Jaenar gak mau ketemu dia terus, Jaenar gak mau kalau dia punya Ayah berengsek kayak dia Yah."

Yuda hanya bisa menghela nafasnya. Jaenar ini sifatnya sama seperti suaminya Wildan keras kepala dan selalu mengikuti apa yang dirinya sendiri tanpa mendengarkan orang lain.

"Oke kalo itu mau kamu. Sebulan lagi kamu sidang kan, setelah sidang Ayah langsung antar kamu ke Jepang. Tapi Ayah mau tau siapa Na? Siapa Ayahnya?"

Yuda sangat penasaran, dia tidak pernah berprasangka buruk kepada Jaenar dia selalu mempercayai kedua putranya.

"Jaenar di paksa Jaenar juga gak tau bakal kayak gini. Jaenar pikir sakit hati Jaenar bakal hilang tapi enggak malah bertambah. Ayah gak perlu tau siapa dia. Dan buat lo Jun jangan nyari tau siapa dia, gak usah lo telpon Harry lagi dia gak bakal ngasih tau lo" Dejun menatap Jaenar penuh tanda tanya, bagaimana kembarannya bisa tau kalau dia sebenarnya mencari tau.

"Gue gak bisa aja liat lo kayak gini Na, dan gue pastiin gue bakal bikin bonyok mukanya" Dejun mengatakan hal itu dengan perasaan amarah. Dirinya tidak bisa tinggal diam jika menyangkut soal Jaenar.

"Yasudah jika kamu tidak mau memberi tahu ayah, tapi selama di Jepang kamu bakal jaga dia baik baik. Jangan pernah sakiti dia, dia anak kamu"

Jaenar rasanya ingin menangis sekarang setelah mendengar ucapan ayahnya dan Dejun. Akhir akhir ini perasaan Jaenar tidak terkendali.

"Kalau kamu mau kasih jeda setahun buat ambil S2, Ayah juga gak papa. Kamu mau fokus dulu ke kandungan kamu gak papa Na, gak usah di paksain untuk ngambil S2 sekarang." pertahanan air mata Jaenar luluh satu butiran bening sudah lolos dari matanya setelah mendengar ucapan ayahnya.

"Jaenar bakal lanjut kok yah, nanti pakek Hoodie aja biar gak keliatan" ucap Jaenar sambil menghapus air matanya.

Yuda yang melihat Jaenar menangis menggeser kursihnya, menghampiri Jaenar dan memeluk Jaenar yang masi terduduk di kursinya. Dejun yang melihat hal itu juga ikut berdiri dan memeluk Jaenar.

Jaenar saat ini merasa bahagia dengan apa yang dia miliki. Dia tidak memiliki ibu tapi Ayahnya dan Dejun adalah keluarga yang membuat dia lupa akan sosok ibu yang dia impikan. Ya walaupun dirinya tidak memiliki ibu.

........

"Jadi gimana Na? Lo beneran mau ke Jepang?" Jaenar menatap Harry sekilas dan memakan makanannya kembali, saat ini mereka sedang berada di kantin kampus

"Iya gue gak mau kalo harus di sini terus, apalagi lo tau kan pasti akan banyak yang anggap gue aneh."

"Tapi Na, lo gak mau ngasih tau Yasa?" Jaenar tampak berfikir sejenak dan menggelengkan kepalanya.

"Nanti aja kalo gue udah di Jepang."

"Tapi Na.." belum selesai Harry berbicara Yasa dan Rendra datang kemeja mereka.

"Cerita apaan sih, kok serius amat gue liat"

"Tau tuh, kayak ada yang di rahasiakan dari kita" ucap Rendra menimpali ucapan Yasa tadi.

"Kita ngibahin lo berdua, mana asik kalo ghibah ada orangnya" Jaenar hanya menyetujui perkataan Harry, membuat Yasa dan Rendra mendengus bersamaan.

"Btw kalian mau lanjut S2 atau berhenti?" Ucap Rendra yang sudah duduk di samping Jaenar dan Yasa di samping Harry berhadapan dengan Jaenar.

"Gue sih gak tau" ucap Harry

"Gue feeling sih Harry pasti langsung nikah. Kemaren aja Marvel udah tidur di rumahnya gak mungkin lo berdua gak nak enak" Harry mengeplak kepala Yasa yang berada di sampingnya.

"Mulut lo Yas gue kucir" Yasa tertawa sambil mengelus kepalanya yang tadi di pukul oleh Harry.

"Kalo lo Na?" Jaenar sedikit menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Rendra.

"Gue sih gak tau, kayaknya lanjut"

"Mau di sini lagi? Gimana kalo kita nyarik suasana baru?" Ucap Yasa menayakan hak itu kepada temanya.

"Gue sih gak bisa, orang tua gue gak bakal ngijinin"

"Paling yang gak ngijinin sih Marvel, karena kalian baru jadian masi mau peluk cium peluk cium kan kalian" Jaenar hanya tersenyum melihat Rendra yang selalu menggoda Harry. Yasa yang melihat Jaenar tersenyum namun sedikit terselip beban di senyumnya sedikit penasaran dengan hal itu.

"Ntar malam gue mau ke sirkuit" Semua intensi mengarah kepada Jaenar, Harry sendikit mengerutkan dahinya. Jaenar ingin balapan bukannya dia sedang mengandung.

"Na, kita gak ada jadwal sampek satu bulan kedepan"

"Gue gak mau balapan, cuman mau liatin orang balapan aja" Harry menggukkan kepalanya,dirinya juga akan ketemu Marvel jika nanti malam ke sana.

"Tapi Na ada Jovan"

"Emang kenapa kalo ada Jovan? Biarin lah orang begitu mah di diemin aja ntar juga mati sendiri" Jaenar menatap Yasa dengan sedikit memicingkan matanya, dia tidak suka dengan ucapan Yasa barusan.

"Gua gak peduli ada dia atupun enggak, gue mau liat Ucan balapan" Ucan adalah anak SMA yang sudah seperti adik sendiri bagi Jaenar.

"Iya, gue juga lupa Ucan balapan ntar malam"

"Iya gue juga lupa anjir, bisa bisanya gak inget kalo dia balapan ntar malam" ucap Harry menyetujui ucapan Rendra sebelumnya.

"Eleh sih bangsat, lu mah semuanya lupa cuman Marvel doang yang lu inget" melempar sendok tepat mengenai kepala Rendra. Untung saja Rendra orangnya penyabar jika yang kena Yasa maka akan berakhir baku hantam.

..........

Jaenar dan ketiga temannya baru saja sampai ke sirkuit tempat mereka biasa balapan.

"Bang" seorang pemuda menepuk pundak Jaenar, membuat Jaenar refleks membalikan badanya.

"Gue pikir lo gak Dateng bang" ucap pemuda itu lagi sambil tersenyum,

"Gak mungkin dong adik gue balapan gak ada gue" Jaenar tersenyum merangkul pundak Ucan.

"Jaenar kan bukan Harry yang tukang lupa" Yasa ikut merangkul Ucan. Harry yang mendengar namanya di bawa bawa langsung melepas kerikil ke kepala Yasa.

Padahal Harry sedang bersama dengan Marvel sedikit berjauhan dengan Jaenar, Yasa dan Rendra.

"Gue denger ya anjing, jangan bawa bawa nama gue" Harry handak mendatangi Yasa namun tangannya langsung di cekal oleh Marvel.

"Ceritain dulu yang mau lo ceritain ke gue" ucap Marvel mengurung niat Harry untuk mendatangi Yasa.

"Jangan di sini nanti Jaenar denger" Harry membawa Marvel pergi dan tidak bisa di lihat ataupun di dengar oleh mereka.

"AWAS VEL, HARRY GANAS!!" Harry rasanya ingin sekali menyumpal mulut Yasa saat mendengar ucapan Yasa yang meneriaki dirinya.

Yasa tertawa di ikuti oleh Rendra dan Jaenar hanya tersenyum kecil menanggapi hal itu.

"Oh ya Chan, lo lawan siapa?"

"Sama Jay. Anak didiknya bang Jovan, gue juga kurang suka sama gayanya Jay dari tadi songong banget." Ucap Ucan memandang Jay dan Jovan yang sedang mengobrol. Jaenar mengikuti arah pandang Ucan dan pandanganya bertemu dengan Jovan beberapa saat sebelum dirinya memutuskan pandangan tersebut.

"Keliatan banget anak orang kayanya" ucap Rendra yang memandang Jay dari atas sampek bawah.

"Iya bang bapaknya pengusaha dia juga anak tunggal katanya, makanya manjan banget anaknya. Di sekolah berasa bos" ucap Ucan yang pandangannya tidak lepas dari Jay, yang menatap remeh dirinya.

"Gue pasti bisa ngalahin dia liat aja ntar"

"Menang kala dalam pertandingan itu wajar, jangan maksain diri Chan. Tunjukkin ke dia kalo lo itu mampu" ucap Jaenar menepuk pundak Ucan.

Di sisi lain Marvel dan Harry duduk di rerumputan yang tidak terlalu jauh dari arena balap.

"Gue gak habis pikir sama Jovan, kenapa dia malah nyuruh Jaenar untuk gugurin kandungannya. Tapi gue juga Masi gak percaya kalo Jaenar bisa hamil, ini pertama kalinya gue denger laki-laki bisa hamil" Harry sudah menceritakan semuanya kepada Marvel. Marvel tidak habis pikir dengan Jovan, jika Jaenar benar hamil.

"Pertamanya gue juga gak percaya kalo Jaenar hamil, tapi setelah gue liat dia yang gak berhenti nangis gue jadi percaya. Dia juga bilang dia lahir dari rahim laki-laki, terserah lo mau percaya apa enggak tapi gue harap lo bisa ngomongin ini ke Jovan. Jaenar bakal pindah ke Jepang sebulan lagi kalo Jovan gak nahan dia untuk gak pergi dia bakal nekat pergi besarin anaknya sendiri."

Harry mulai berkaca-kaca. Membayangkan bagaimana jika Jaenar pergi dari dirinya dia tidak tau akan sekesepian apa dirinya. Marvel yang menyadari hal itu merangkul bahu Harry agar menyandarkan kepalanya ke dada bidang milik Marvel.

"Gue harap Jovan gak biarin Jaenar buat pergi gitu aja. Gue tau Jaenar itu orangnya nekatan Vel"

"Aku bakal bilang ke Jovan, semoga aja dia dengerin ucapan aku. Tapi aku gak janji ke kamu" Harry yang sedang menangis mendadak tersedak ingusnya saat mendengar Marvel mengucapkan kata 'aku-kamu' kepadanya.

"Jangan aku-kamu, gue geli dengernya" Harry tidak geli hanya saja dirinya menahan salting saat ini.

Marvel mengecup kening Harry singkat, Harry yang mendapat kecupan singkat sudah ingin melayang rasanya tapi dia hanya bisa menyembunyikan kepalanya di dada bidang milik Marvel yang sedang ia sandari.

"Jangan gitu gue malu" Marvel tertawa singkat mendengar ucapan Harry. Dirinya juga tidak menyangka akan sebucin ini kepada maklum yang ada di dekapannya saat ini.

"HE YANG MOJOK AWAS KETIGANYA SETAN" Yasa tadi sebenarnya ingin membuang air kecil namun dia melihat Marvel dan Harry yang sedang peluk pelukan dari jauh berniat menghampirinya namun dia mager jadi meneriakinya saja.

Harry bodoh amat sama teriakan Yasa, saat ini dirinya sedang berbunga-bunga. Urusan Yasa nanti saja yang penting saat ini dirinya tidak ingin merusak suasana bersama Marvel.

Ucan dan Jay yang sudah berada di motor masing-masing bersiap untuk melajukan motornya di atas rata-rata. Marvel dan Harry juga sudah berada di sana berdiri di kubu masing-masing.

"Bang gue takut" Jovan yang mendengar ucapan Jay mengerutkan dahinya.

"Kenapa? Lo punya skill bangus Jay"

"Gue takut kebelet di jalan bang" Marvel menampol kepala Jay yang sudah di lapisi oleh helm. Jovan juga rasanya ingin menjitak kepala Jay namun di urungkan.

"Lo kalo kebelet berhenti aja, terus lo suruh sih Ucan buat tungguin lo. Atau lo telpon bokap lo suruh buat WC darurat juga bakal di kabulin buat Lo" Marvel mengucapkan hal itu dengan nada ketusnya.

"Emang bisa bang?"

"Ini ni jadinya kalo anak dari kecil selalu di turutin, minta rumah rumahan di beli rumah beneran. Polos sama goblok jadi satu" Jovan tertawa melihat keponakannya plus anak didiknya di arena balap. Jay memang orang yang paling polos di antara semuanya itu sebabnya Jovan mendidik Jay dengan cara seperti ini.

"Udah-udah, intinya lo harus fokus sama tujuan lo dan harus menang" Jay menganggukkan kepalanya dan mulai menhiduokan motornya begitu juga dengan Ucan.

Balapan di mulai Jay dan Ucan sudah hilang dari pandangan mereka dan saling mendahului di arena. Jovan yang melihat Jaenar tersenyum bersama teman temannya ikut menarik senyumnya, ntah apa namun rasanya Jovan senang melihat senyum Jaenar.

"Na, gue perhatiin Jovan liatin lu terus" Jaenar mengikuti arah pandang Rendra yang membisikan hal itu padanya. Dan benar Jovan sedang tersenyum di sudut bibirnya saat Jaenar menatapnya.

Tak lama kemudian Jay mencapai garis finish terlebih dahulu dan di susul Ucan yang berjarak hanya beberapa meter saja.

Jay menghampiri Jovan dan Marvel melakukan tos ria. "Tadi gue kebelet bang gue tahan eh menang" Jovan hanya terkekeh dan menepuk bahu Jay singkat.

Di sisi lain Ucan menunduk sambil sambil berjalan ke arah Jaenar dan teman temannya.

"Maaf bang gue gak bisa menang"

"Lo bukan gak bisa can, tapi lo lagi gak beruntung. Kayak yang gue bilang tadi, menang kalah itu wajar lagian ini bukan first lo kalah jadi buat pelajaran aja kedepannya." Jaenar menepuk pundak Ucan

Hari semakin larut Jaenar tidak bisa pulang sangat larut lagi sekarang apalagi ayahnya dan Dejun lebih protektif dari sebelumnya. "gue pamit duluan deh, kalo kalian mau di sini gak papa, lagian Masi jam segini lanjutin aja" Jaenar bangkit dari duduknya.

"Lah Na, kok cepet?" Ucap Yasa mengerutkan keningnya heran.

"Ayah gue dah nelpon katanya di rumah gak ada orang" Harry tau Jaenar berbohong namun dirinya hanya bisa diam saja.

"Ya udah deh kalo gitu, hati hati Lo" Jaenar menangguk menanggapi ucapan Yasa.

"Pulang? Takut kedinginan ya anak lo" Jaenar rasanya ingin menabrak manusia yang menghadang motornya saat ini, siapa lagi kalau bukan Jovan.

"Minggir" Jovan menaikan satu alisnya mendengar ucapan Jaenar.

"Gue bilang minggir setan!!" Jaenar sudah naik pitam namun dia masi bisa mengontrol emosinya.

"Kasih gue waktu dua Minggu buat omongin hal ini ke orang tua gue" Jaenar mengerutkan keningnya di balik helm yang dia pakai saat mendengar ucapan Jovan.

"Kalo orang tua gue setujuh gue langsung kerumah lo" Jaenar membuka helmnya memandang Jovan di hadapannya.

"Kalo orang tua lo nolak? Lo bakal nyuruh gue gugurin kan?" Jaenar terkekeh di hadapan Jovan.

"Gue gak butuh lo. Ini semua perbuatan lo, kenapa lo harus mintak izin sama ortu lo untuk nikahin gue?"

"Na lo gak tau orang tua gue kek gimana"

"Gue harap orang tua lo nentang lo untuk nikahin gue, karena gue gak mau anak gue punya orang tua yang takut sama ortunya karena kesalahannya sendiri" Jaenar memakai helmnya kembali.

"Minggir" Jovan mencoba untuk menahan Jaenar namun Jaenar lebih dahulu menghilang.

"Lo gak tau Na, orang tua gue. Gue takut lo sama anak gue yang kenapa-kenapa kalo gue harus bilang ini sama papa gue" Jovan menundukkan kepalanya. Dirinya tidak takut, namun jika dirinya nekat maka papa nya jauh lebih nekat dari dirinya.

Sungchan as Ucan Dinindra
Kenal sama Jaenar waktu masuk SMA sampai sekarang kelas 12


Jay as Jay Renandra
Anak didik Jovan di arena balap plus sepupunya. Anak tunggal manja kalo kata Ucan.

MAKASIH
UDAH MAU BACA CERITA AKU😘🥰

JANGAN LUPA PENCET BINTANG YA, MAKASIH 🙏😍

PART TERPANJANG DEH KAYAKNYA INI, TAPI GAK TAU KEDEPANNYA.

BANYAK TYPO MAAF YA GAYS🙏



Continue Reading

You'll Also Like

505K 30.6K 44
Anak pungut sepertiku berharap apa dengan takdir? Benar katanya, aku tak pantas diperlakukan layaknya manusia, karena takdirku sudah terlanjur tengge...
219K 20.9K 59
Kehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamka...
837K 6.2K 12
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
5.1M 373K 63
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...