Naraka's (Revisi)

By minniewine

8.3M 302K 14.2K

Bagaimana jika Linka cewe lemah bertemu dengan Naraka manusia yang berhati iblis? 21+ mature content Jangan r... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
info revisian Narakas

31

104K 5.2K 202
By minniewine

Linka baru saja menuruni tangga memakai dress pendek berwarna hijau muda melekat pada tubuhnya, ia mengusap perutnya yang sudah mulai mengembung terisi kecebong milik Naraka.

"Hati-hati sayang, udah dibilangin buat nungguin aku." Ucap Naraka yang menggandeng lengan Linka.

Senyumnya mengembang, "gak papa lagian aku masih bisa sendiri."

"Enggak. Kalo babynya kenapa-kenapa gimana atau kamu mau pindah kita pindah ke kamar bawah aja biar lebih gampang?"

Linka tak setuju, ia menyukai kamar atas karna bisa melihat pemandangan lingkungan mansion Naraka.
"Aku suka diatas bisa lihat pemandangan sekitar mansion."

"Kalo diatas aku suka gak?" Goda Naraka menaik turunkan alisnya.

Linka mencubit lengan suaminya karna terus menggodanya dengan hal mesum, "apaan sih, mesum mulu."

"Bercanda sayang, tapi kalo kamu mau aku siap buat olahraga sore." Balas Naraka. Sudah lama mereka tak berolah raga bersama dengan berbagai gaya. Jika bukan karna larangan dokter yang menyuruhnya gara menunggu sampai kecebongnya kuat tempur ia sudah pasti mengajak Linka naik keatas kenikmatan.

"Udah ah. Mending kamu ajak aku jalan-jalan sore. Bosen di rumah terus."

"Ya udah ayo jalan. Mau digendong gak biar gak capek?" Tawar Naraka, bukankah dirinya sudah seperti suami siaga, ia tak sampai hati jika melihat Linka kelelahan huahuahua.

"Mana bisa. Nanti babynya kegencet." Balas Linka yang mengusap perutnya, jika digendong punggung bayinya bisa tergencet badan mereka.

"Ehhhh....." Teriak Linka saat Naraka menggendongnya dengan gaya bridalstyle.

"Nahkan gini maksud aku jadi gak ada yang sakit." Balas Naraka berjalan dengan Linka yang berada digendongannya. Linka mengalungkan lengannya dileher Naraka, mereka berjalan keluar memasuki mobilnya.

Setelah mendudukkan Linka dengan aman, Naraka kemudian berputar menuju tempatnya melajukan mobil meninggalkan tempat tinggal mereka.

"Kita mau kemana sih?" Tanya Linka dengan nada penasaran.

"Tempat yang aku yakin kamu bakalan suka."

"Kalo kamu bosen tidur aja dulu, nanti aku bangunin pas udah sampai."  Lanjut Naraka kembali menatap jalan. Jalanan sore ini cukup lengan, Linka memutuskan untuk menutup matanya sesuai saran Naraka. Perjalanan yang tenang membuatnya terseret ke alam mimpi.

Sore telah berganti malam, matahari telah berganti oleh bulan. Tangannya sejak tadi mencengkram lengan Naraka karna takut terjatuh.

"Kita mau kemana?" Tanya Linka yang matanya ditutup sejak tadi tertutup oleh selembar kain berwarna merah.

"Udah percaya sama aku." Balas masih mempertahankan rahasianya.

Kakinya yang semua menginjak semen kini berubah menjadi ketukan kayu, semilir angin terasa agak dingin menyentuh kulit lengan Linka yang telanjang. Suara gemericik air terdengar dari indera pendengar Linka.

Pikirannya mulai melayang menuju hal negatif, apa Naraka berniat membunuhnya dan bayi mereka. Wajahnya memucat karena memikirkan hal tersebut. Keringat bercucuran membasahi dahinya bahkan lengannya yang semula dingin menjadi semakin parah.

"Kamu sakit? Atau kita pulang aja lenganmu kerasa dingin." Tanya Naraka yang merasakan perbedaan suhu badan mereka. Ia merutuki didirinya yang hanya memakai kaos lengan pendek dan tidak membawa jaket.

"Kamu gak niat bunuh aku kan?" Tanya Linka yang tak mendengar pertanyaan Naraka. Wajah memucatnya dibalik kain penutup mata tersebut semakin keruh.

Naraka membuka ikatan penutup mata Linka, mengusap wajah istrinya yang terlihat pucat.
"Untuk apa aku membunuhmu. Mau pulang aja kamu pucat banget." Tawar Naraka kembali.

Pemandangan lampu yang berada disisi kanan dan kiri menyambut kedatangan mereka. Dermaga dengan ujungnya memiliki sepasang kursi dengan meja ditengahnya. Linka sempat tertegun pantas saja lokasi mereka tempuh cukup lama dan terbayar dengan lunas akan apa yang mereka saksikan.

Naraka kembali kembali menawari Linka untuk pulang, ia khawatir mengenai keadaan keduanya.
"Kita pulang aja ya."

"Enggak, kita kesana" balas Linka ia tak mungkin menghancurkan usaha Naraka bukan.

"Kalau kerasa sakit bilang, jangan ditahan."
Gengaman yang semua berada ditangan lentik Linka kini beralih merangkul mesra pinggang istrinya. Mengajak melangkah dengan perlahan menuju ujung dermaga.

Naraka menarik kursi mempersilahkan istrinya duduk. Linka mengucapkan terima kasih baru kemudian pemuda itu duduk didepan Linka.

Naraka menepuk tangannya dua kali, kemudian dari arah daratan muncullah wanita berseragam pelayan berjejer mendekat dengan nampan ditangannya membawa makanan mereka.

Linka semakin merasa bahagia hari ini, malam yang ditutup dengan acara dinner romantis dengan orang spesial.

"Makan dulu kamu pasti lapar." Ucap Naraka.

"Kapan kamu nyiapin ini semua?"

"Tadi waktu dijalan."

"Kok bisa dadakan banget dan semua bagus."

"Apa sih yang gak bisa aku lakuin, ingat pemuda didepanmu ini seorang Zirion." Balas Naraka membanggakan nama Zirion, apa yang tak bisa ia lakukan tak ada. Bahkan dunia bisa dalam genggamannya dalam sekali berkedip.

"Sombong." Kekeh Linka.

"Aku gak sombong cuma sadar diri. Udah sekarang kamu makan dulu." Ucap Naraka mengganti piring Linka yang terdapat steak ditukar dengan miliknya yang telah dipotong kecil agar Linka bisa langsung memakannya.

Romantis sekali keduanya malam ini. Linka tak henti berterima kasih setelah badai itu Naraka benar berubah menjadi sosok yang sangat bisa diandalkan. Makan malam penuh dengan semburat kebahagiaan itu akan menjadi kenangan terindah bagi Linka.

Naraka tak henti menatap wajah Linka yang diterangi oleh sinar lampu, angin yang dengan usil menerbangkan helai rambut coklat Linka. Kenapa dulu ia begitu bodoh menyakiti wanita didepannya ini. Lemah lembut seperti mamanya bahkan jika digenggam terlalu kuat sosok itu akan remuk tak bersisa.

Tangannya menyentuh lengan Linka yang terasa dingin namun senyumnya tak juga padam, "pulang ya, kamu udah kedinginan." Ajak Naraka.

"Tapi aku masih suka disini." Balas Linka, ia suka dengan suasana tepian air, memandang jauh seolah dunia sangat tenang dan bahagia.

Naraka berdiri mengusap bahu Linka mengajaknya agar beranjak, "kapan-kapan aku ajak kesini lagi ya, kasian kalian udah kedinginan."

"Janji ya," pinta Linka menyodorkan kelingkinya. Senyum Naraka tertarik menyambut uluran kelingking istrinya.

"Janji, apa sih yang enggak buat istri dan baby." Balas Naraka kemudian menarik Linka dalam dekapannya.

"I love you. Dalam setiap detak yang entah sejak kapan munculnya aku harap kita akan selalu bahagia ditengah badai apapun." Bisik Naraka mengusap kepala Linka sesekali mengecupnya.

Detak jantung yang bisa didengar oleh Linka, membuat wanita tersebut berani mengangkat tangan membalas dekapan pemuda yang telah sah menjadi suaminya.

"Aku juga." Balas Linka. Harapan yang terucap ditepian dermaga terbawa angin menuju langit teratas. Membawa harapan dua anak manusia yang sedang dimabuk asmara.

Mereka berjalan menuju parkiran mobil, "pingin beli apa sebelum pulang?" Tanya Naraka.

"Mau beli es krim yang dideket simpang empat." Balas Linka saat memasuki mobil.

Naraka mengernyit, malam dingin dan bahkan kulit Linka sudah terasa dingin sekali namun istrinya malah meminta dibelikan es krim.

"Besok aja ya sayang, dingin gini kulit kamu. Besok aku beliin dua cup jadi ini beli yang lain aja ya."

"Gak mau. Mau es krim Raka." Balas Linka yang sudah memerah matanya. Naraka yang duduk disebelah Linka hanya bisa menghela nafas, ah beginikah dulu papanya saat menghadapi mamanya. Untung saja bibitnya cuma satu bagaimana jika 10 pasti papa Kelvan sudah meminta meninggoy saja.

"Iya sayang kita beli, jangan nangis ya." Balas Naraka menatap kedepan akan menyalakan mesin mobil lalu.

Cup.

Sebuah ciuman mendarat dipipi Naraka, pemuda yang sedang memutar kunci mobil seketika terhenti matanya bahkan tak bisa berkedip. Linka sudah kembali ditempatnya berpura-pura memainkan ponselnya.

Cup.

Gantian Naraka yang membalas kecupan Linka diatas kepala wanita tersebut. Ia menatap Linka dalam, "happy day sayang, besok jangan ngasih hadiah ciuman sembunyi-sembunyi lagi." Kekehan Naraka menggema didalam mobil.

Linka hanya bisa memerah malu tangannya yang semula menganggur sudah digandeng Naraka yang sebelah tangannya memegang stir.

Naraka terus mengelus surai Linka yang tengah terlelap dalam dekapannya. Mereka tidak jadi membeli es krim karna Linka yang telah terlelap disaat diperjalanan membuat pemuda tersebut tak tega mengusiknya. Biarkan besok saja ia menerima istrinya mengambek.

"Sweet dreams my little wife❤️"






🍁🍁🍁🍁

Hello guys author telah kembali setelah sekian purnama.

Jangan lupa klik follow, vote dan komen serta tambah cerita ini ke reading list kalian.

Happy reading.

Jangan lupa follow igeh author

Continue Reading

You'll Also Like

2M 37.7K 32
21+ "K-kak mau ngapain?." Aleta terkejut saat Gema tiba-tiba memasuki kamarnya dengan kondisi tangan ingin melepas seluruh pakaiannya. "Mau gesek doa...
165K 1.2K 13
one-shot gay ⚠️⚠️⚠️ peringatan mungkin ada banyak adegan 🔞 anak anak d bawah umur harap jangan lihat penasaran sama cerita nya langsung saja d baca
336K 6.9K 39
18/21+ Mengandung konten dewasa, kata-kata kasar, kekerasan,dll. Sesuai judul cerita nya, I'am Perfect For you. Perkenalkan ia Levi Dewangga atau di...
4.6M 113K 67
Design Cover by me Negatif Komen= BLOCK❗ EKSPLISIT NEW ADULT STORY. TIDAK DIPERUNTUHKAN UNTUK BOCIL. BE WISE YA!!! SILAHKAM BACA CERITA YEJA YANG LA...