TWINS [HIATUS SEMENTARA]

By casyaaaa_

1.3M 157K 32.2K

(BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA) Sequel - Beby Syaqueela Hanya menceritakan kerandoman keluarga kecil milik Xa... More

Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
25
26
27
28
29
30
31
obil buyuk

24

36.5K 4.8K 1.3K
By casyaaaa_

Follow Ig @casyaaaa_
casyaaaa_



Happy Reading 🐰

Kedua anak kembar Xaviero tengah berada di cafe, pulang sekolah Al mengajak adiknya untuk singgah sebentar di cafe.

"Mau nambah?" Tanya Al, tangannya sibuk mengusap sudut bibir Bell yang belepotan dengan cream cake.

Bell menatap Abangnya berbinar-binar. "Boleh Aban?"

"As you wish, princess."

"Bell mo Red Velvet." Jawab Bell riang.

Al mengangguk lalu memanggil pelayan untuk menyiapkan red Velvet untuk adiknya. Pelayan tersebut segera menyiapkan pesanan dari anak pemilik cafe tersebut.

"Habis ini pulang ya, kasihan Mami di Mansion sendirian."

Memang Beby dan Abang-abangnya berbeda Mansion, jika ia merindukan keluarga nya maka Beby dan anak-anaknya serta sang suami menginap di Mansion Adamson.

Semua Abang-abang Beby telah menikah, bahkan sudah memiliki anak-anak yang tampan.

Ya, Bell adalah cucu perempuan satu-satunya yang sangat di manja oleh keluarga Adamson dan Archer, semua yang Bell ingin akan segera terkabulkan hanya dengan jentikan jari.

"Okey Aban."

Beberapa menit kemudian Red Velvet pesanan Bell datang, Bell dengan riang langsung melahapnya.

"Pelan-pelan makannya, ngga bakal ada yang ngambil." Ujar Al terkekeh.

Bell hanya menyengir, sambil menikmati Cake nya mata Bell menelusuri cafe yang sangat ramai.

Mata bulatnya menyipit kala melihat dua laki-laki yang Bell kenal. Bell bangkit dari duduknya lalu berlari ke arah meja yang tidak jauh dari tempatnya.

Bell berkacak pinggang. "AVIN, AGAR NGAPAIN SINI?"

Dua laki-laki yang mengenakan seragam junior high school tersebut langsung menoleh.

"BELL?" Seru Avin tak kalah heboh.

Bell memicingkan matanya. "Kalian bolos ya? Kok pulang sekolah ngga langsung pulang?"

Avin mengusap wajah Bell gemas. "Dasar ngga ngaca, Bell juga masih pake seragam ngapain nangkring di cafe? Hayo bolos ya, nanti Avin bilangin ke aunty Beby."

Refleks Bell mencubit lengan Avin. "Avin jangan berdosa ya fitnah-fitnah Bell, Bell sama Aban udah pulang sekolah tau. Liat Aban ada di sana." Tunjuknya pada Al yang menatap mereka.

Avin meringis sambil mengusap lengannya. "Jangan cubit-cubit Avin Bell, sakit astaga."

Bell mengedikkan bahunya, matanya fokus terhadap laki-laki yang hanya menatap mereka datar.

"Agar." Sapa Bell riang.

"Panggil aku Abang." Ujar laki-laki yang Bell panggil Agar.

Bell menggeleng. "No, tuaan Bell tau harusnya Agar yang panggil Bell Kaka."

"Aku Abang sepupu kamu." Ujar nya datar.

"Ngga mau tau Agar sama Avin itu adiknya Bell." Ujar Bell sok tegas.

"Bell emang anak berdosa bang, masa sama Abang sepupu manggil nya ngga sopan mentang-mentang tuaan dia." Kompor Avin.

Bell melotot. "Avin bacot."

"Arabelle Grezzia Archer."

Bell mengerjap polos, ia lupa jika sepupunya yang satu ini sangat sensitif jika ia berkata yang tidak-tidak. Salah kan saja Avin yang suka sembarangan berkata kasar di hadapan Bell.

"Agar yaampun mangap bibir Bell berdosa udah ngomong kasar." Ujar Bell cepat.

"Abang ngga suka." Laki-laki seusia Avin yang bernama asli Asgar adalah anak dari Leon dan Sevanya, bernama lengkap Leander Asgar Adamson. Sifat dan sikap nya sangat menuruni kedua orangtuanya, bisa di bilang Asgar seperti kembaran Al yang sangat irit bicara.

"Ada apa?" Tanya Al yang tiba-tiba menghampiri mereka.

"Bell ngomong kasar Al." Ujar Avin tengil.

Bell melotot garang. "Avinnnnnnnn, Bell ngga mo tau Avin ngga boleh dateg ke Mansion Papi terus masuk ke kamar Bell lagi."

Kini Avin yang melotot, hey mana bisa begitu ia tidak bisa jauh dari sepupu lucunya, apalagi kamar Bell yang membuat Avin nyaman jika berada di sana.

"NGGA BISA GITU DONG, AVIN KAN NGGA SUKA JAUH-JAUH DARI BELL."

"TERSERAH BELL DONG, AVIN SERING NAKALIN BELL JADI HUKUMAN BUAT AVIN."

Al dan Asgar menatap keduanya dengan tatapan datar, mereka sudah menjadi pusat perhatian dari para pengunjung cafe.

"Avin." Tekan Asgar.

Avin menatap Asgar memelas. "Bang, Avin ngga bisa loh jauh-jauh dari Bell."

"Avin anak alay." Ketus Bell.

"Enak aja, Avin anak ganteng tau."

"Pulang." Al segera menggendong adiknya ala koala, jika di biarkan Bell dan Avin akan terus berdebat.

"Kalian naik apa kesini?" Tanya Al.

"Nebeng temen." Jawab Asgar.

"Bareng ga?" Tanya Al.

Asgar dan Avin memang belum di izinkan mengendarai kendaraan seperti mobil dan motor, mereka pulang dan pergi sekolah di antar jemput oleh supir.

"Nunggu supir."

Al hanya mengangguk lalu berpamitan pada mereka berdua.

"Papay Agar, Avin, Bell pulang dulu ya." Bell melambaikan tangannya setelah mendapatkan kecupan dari sepupu tampannya.

Saat sudah di depan cafe mata Bell melotot. "Aban, Tutut Bell ketinggalan hueeeee."

Al menghentikan langkahnya. "Di mana?"

"Di meja tempat tadi, Aban." Bell meminta di turunkan.

Al mengambil sebelah tangan Bell. "Ayo." Ujar Al yang akan masuk kembali ke dalam cafe.

Bell menggeleng. "No, Aban tunggu sini aja Bell bisa ambil sendiri."

"Abang anter." Yang mendapat gelengan dari Bell. Al hanya menghela nafas lalu membiarkan adiknya masuk ke cafe sendiri.

"Hati-hati, Abang tunggu di sini." Ujar Al.

Bell mengangguk. "Siap Aban." Bell langsung berlari kecil ke dalam cafe.

Matanya berbinar melihat Tutut nya masih ada di atas meja.

"TUTUTTT BELL DATANG." Seru Bell berlari.

Bell berlari seolah-olah hanya ia yang lewat di sana, tanpa melihat-lihat sekitar. Karena aksi cerobohnya Bell malah menabrak sesuatu.

Brukkk..

"HUEEE MAMI."

Bell hampir terjengkang jika tidak ada tangan seseorang yang menahan pinggang nya.

Matanya sedikit mengerjap saat tidak merasakan sakit pada bokongnya. Bell melotot saat melihat dada bidang yang terbalut jas berada di hadapan wajahnya.

Bukan, bukan dada yang Bell permasalahkan tapi cairan coffe yang menempel di jas mahal tersebut.

Dengan ragu Bell mendongak namun menunduk lagi.

"Hueee Bell ngga sengaja Om, Bell minta maap udah nabrak-nabrak Om." Ujarnya meringis. Tangannya saling bertaut.

Orang yang Bell tabrak hanya diam, tapi mata tajamnya menatap intens gadis kecil di hadapannya.

Sedangkan laki-laki yang berada di samping orang yang Bell tabrak menganga mendengar ucapan gadis kecil tersebut.

"O-om?" Yang benar saja, Tuan mudanya baru berusia 18 tahun tapi dengan seenaknya gadis tersebut memanggil Tuan nya Om.

Bell mendongak lalu mengerjap polos. "Om ini emang Om-om kan? Soalnya om ini pake baju hitam-hitam kaya baju yang sering Papi sama uncle-nya Bell pake, kalau kata Aunty Ghia mirip Sugar Daddy." Jelasnya cengengesan.

Laki-laki yang memakai jas di mata Bell hanya seorang Om-om mau laki-laki itu anak muda atau dewasa.

"Nona kecil--" pria yang sepertinya sekretaris orang yang Bell tabrak terdiam saat sang Tuan mengintruksi nya agar tidak berbicara.

"Kamu tidak ingin bertanggung jawab, little girl?" Suara berat tersebut membuat Bell merinding.

"Anjayyy cogan. Om mo ngga jadi suami Bell tapi selingkuhan nya Bell ya? Soalnya Bell udah punya pacar banyak Om, sebenernya Bell ngga mo selingkuh tapi sayang kalau cogan kaya Om Bell anggurin." Ujar nya antusias. Bell terpesona melihat wajah tampan dan sexy di hadapannya.

Laki-laki tersebut menaikkan sebelah alisnya ia mensejajarkan wajahnya pada wajah kecil Bell.

"Bersihkan kemeja saya." Hembusan nafas beraroma mint membuat Bell mengerjap.

"Nafas om wangi, Bell jadi pengen cium." Ujarnya menyengir polos.

Laki-laki tersebut berdiri dengan tegak lalu memalingkan wajahnya sebentar, lalu berdehem pelan.

"Pulang." Ujarnya datar pada sang sekretaris.

Felix, laki-laki itu segera mengangguk dan mengikuti langkah Tuan nya.

Bell menatap laki-laki tadi lalu melotot sempurna.

"Baju om tadi belum Bell bersihin yaampun." Bell mengambil Tutut lalu berlari mengejar langkah laki-laki tadi.

"OM BERHENTI DONG, BELL MO TANGGUNG JAWAB INI. BELL NGGA MO BERDOSA KARENA UDAH KOTORIN BAJU ORANG." Seru Bell.

Laki-laki tadi menghentikan langkahnya namun tidak berbalik. Bell segera berlari dan berhadapan dengan laki-laki tersebut.

Bell mengeluarkan tissue basah, tanpa permisi Bell membersihkan noda coffe di area dada pria tersebut.

"Ih kok makin kotor?" Tanya Bell melotot. Bell menggosokkan tissue nya dengan brutal.

Laki-laki tadi menahan tangan Bell yang akan mengusap bajunya lagi.

"Stop it." Desis nya.

Bell mendongak menatap laki-laki tersebut, Bell menunduk sebentar.

"Maap Om baju nya jadi tambah kotor." Ringis Bell.

"Tapi-tapi Bell bakal ganti rugi kok Bell janji." Lanjut nya.

Tangannya membuka kalung nya, dengan ragu-ragu ia memberikan kalungnya sebagai jaminan.

"Sekarang Bell ngga punya uang Om, Bell cuma punya kalung sama Tutut aja om pegang dulu aja ya? Om tenang aja Papi capi nya Bell itu sultan, Bell mo pulang dulu buat minta uang sama Papi okey." Bell menyerahkan kedua barang itu dengan sedikit tidak ikhlas.

"Tapi-tapi kalau Bell udah kasih uang, Tutut sama kalung Bell ambil lagi ya?" Ujarnya menyengir.

Tangan laki-laki tersebut mengepal kencang saat melihat sesuatu di kalung yang sekarang ia pegang.

"Nama Om sapa? Terus nomor telepon Om berapa biar nanti Bell ngga susah buat kasih om uang." Tanya Bell, sekalian modus tidak apa-apa kan?

Felix tersedak, memberikan uang pada orang yang memiliki ladang uang. Yang benar saja gadis ini.

"Theodore."

Bell mengerjap polos. "Omg, namanya sama kaya obat ketek nya uncle Nono." Ujar Bell terbahak.

"Uncle sering pake itu katanya biar keteknya sining simering splendid." Lanjut Bell.

Felix menahan tawa mendengarnya, astaga gadis di depan Tuan nya sangat random sekali.

Theo tidak bergeming ia menatap Bell dengan tatapan sulit di artikan.

"Ara." Ujar Theo pelan namun masih bisa di dengar oleh Bell.

Ya, Theo telah kembali. Theo bukan lagi anak kecil yang lemah, ia kembali sebagai perisai yang akan melindungi gadisnya, Theo telah menjadi laki-laki hebat yang Xaviero inginkan, Theo membuktikan pada Xaviero jika ia mampu memenuhi syarat yang Xaviero berikan untuknya.

Theodore Carderion Lazarus, akan memulai perjuangan nya untuk mendapatkan gadisnya seutuhnya.

Bell menatap Theo melotot. "Ngga boleh panggil Bell dengan panggilan Ara, cuma Eyo yang boleh panggil Bell Ara." Ujar nya melotot.

Bell memang tidak mengetahui nama asli Theo, yang ia tahu laki-laki kecil tunangan nya hanya bernama Eyo. Xaviero juga tidak memberi tahu tentang Theo pada Bell.

Dada Theo berdesir hebat mendengar ucapan Bell. Tangannya dengan refleks mengelus pipi lembut Bell.

"I'm back, little Ara." Bisiknya lirih.

🐙🐙

Al menatap aneh adiknya yang sedari pulang dari cafe hanya cengar-cengir bahkan berguling-guling di kursi mobil.

"Seneng banget sih, cerita sama Abang." Ujar Al.

Bell menatap Abangnya dengan pipi yang bersemu merah.

"Bell senengggggggggg banget, Bell ngga sabar mo kasih tau Mami." Ujarnya ceria.

Al mengangkat sebelah alisnya. "Abang ngga di kasih tau?"

"Secret." Ujar Bell sambil menjulurkan lidahnya.

Al terkekeh sebelah tangannya menggelitik perut rata adiknya membuat Bell tertawa.

"Masih ngga mau kasih tau Abang, hm?"

"ABAN HUEEE GELI." Seru Bell tertawa.

"Siapa suruh main rahasiaan sama Abang." Ujar Al sambil menjauhkan tangannya.

Bell mengusap sudut matanya yang berair karena tertawa.

"Besok-besok Bell kasih tau Aban."

"Kenapa ngga sekarang?" Tanya Al memicing.

Bell menggeleng. "No, sekarang masih secret Aban."

"Oke." Jawab Al singkat.

Al merajuk namun si polos Bell tidak menyadarinya, ia sibuk tersenyum-senyum mengingat kejadian tadi.

"Yaampun Eyo nya Bell ganteng banget." Gumam nya.

Al melirik singkat adiknya, ia menghembuskan nafasnya.

Mobil sport Al memasuki pekarangan Mansion, Bell yang sudah tidak sabar menemui sang Mami langsung keluar mobil tanpa menunggu Al yang biasanya membukakan nya pintu mobil.

"ASSALAMUALAIKUM MAMI, MAMI ANAK CANTIKNYA PULANG NI MAMI DIMANA YA?"

Mata bulat Bell mengedar mencari keberadaan sang Mami. Telinganya mendengar suara dari arah dapur, ternyata sang Mami tengah mengobrol dengan seorang maid.

"Mami bayiiiiiiiii." Panggil Bell.

Beby menoleh dan menyuruh maid kembali bekerja, ia menghampiri putrinya yang menatapnya berseri-seri.

"Kenapa? Muka Bell seneng banget."

Bell menarik Mami nya agar duduk di kursi meja makan.

"Mami, Mami tau ngga?" Tanya Bell.

"Mami ngga tau."

Bell mengerucutkan bibirnya. "Mami ko gitu?" Tanyanya.

Beby menghela nafas. "Mami kan ngga tau, Bell aja belum kasih tau Mami."

Bell menyengir lucu. "Bell lupa."

"Bell mau kasih tau apa emangnya?" Tanya Beby.

"Eyo nya Bell udah pulang Mami, Eyo nya Bell ada di sini. Yaampun Eyo nya Bell jadi cogan Mami, cowok-cowok yang Bell godain lewat kalau sama Eyo." Ujarnya menggebu-gebu.

"Anak kecil yang kata Bell tunangan Bell?" Tanya Beby.

"Bener Mami, tadi Bell ketemu Eyo di cafe." Jawabnya.

"Terus? Pasti Eyo-eyo Bell ngga ngenalin kan? Soalnya Bell jelek pas besarnya." Ledek Beby.

"Bell cantik Mami, Bell anak Papi pasti cantik." Jawabnya tegas.

"Lagi ngomongin apa sih?"

Bell dan Beby menoleh, terlihat Xaviero dengan kemeja yang di gulung sampai siku berjalan menghampiri mereka.

"Papi capi pulanggg." Seru Bell riang.

Bell berlari ke dalam gendongan Xaviero. "Baru pulang sekolah anak cantik Papi?"

Bell menggeleng. "Udah dari tadi Papi, Bell ke cafe dulu sama Aban terus di sana ketemu sama Avin sama Agar." Ujar nya.

Xaviero mengangguk paham, ia mengecup kening istrinya.

"Ngga ada sesuatu terjadi selama aku di kantor, Baby?" Tanya Xaviero.

Bell menggeleng. "Ngga ada."

"Good." Xaviero duduk di kursi degan Bell di pangkuan nya.

"Abang mana?" Tanya Xaviero.

"Abang di sini." Al baru saja datang dengan pakaian santainya, tadi ia langsung pergi ke kamar untuk berganti pakaian.

"Kalian mau makan? Mami siapin dulu ya." Saat akan menyiapkan makanan pinggang Beby di rengkuh Xaviero.

"Duduk Baby, biar maid yang menyiapkan." Ujarnya tegas.

Beby ingin membantah namun tidak jadi saat melihat tatapan suaminya.

"Okey." Beby duduk di samping Xaviero.

"Papi, Papi." Panggil Bell.

Xaviero menatap wajah putrinya. "Kenapa?"

"Papi love Mami?"

Xaviero tersenyum menatap putrinya lalu menatap istrinya penuh cinta.

"Of course. Kenapa tanya gitu?"

"Kenapa Papi bisa cinta sama Mami?"

"Karena Mami cantik terus sexy, makanya Papi cinta sama Mami." Sahut Beby.

"Gitu Papi?" Tanya Bell pada Papi nya.

Xaviero terkekeh. "Papi ngga bisa mendeskripsikan seberapa cinta Papi ke Mami, sayang. Mami kalian itu wanita sempurna yang Tuhan kasih buat Papi, Papi beruntung punya Mami kalia." Ujar Xaviero tersenyum tulus menatap istrinya.

"Awwww Papi capi sosweet nya, Bell jadi mo nikah." Ujarnya.

🐙🐙

Lanjut ga?

Arabelle Grezzia Archer

Aldevaro Grazzian Archer

Theodore Carderion Lazarus

Itu visual yang udah aku tentuin ya, kalau kalian keberatan kalian bisa bayangin visual kalian masing-masing, tencuuuuu!

Eyo sama Ara udah ketemu nih, gimana ya reaksi Al kalau tau si Eyo Cok keyen itu udah pulang.

Jangan lupa vote+komen ✨

Continue Reading

You'll Also Like

787K 35.2K 48
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...
409K 49.9K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.3M 74.5K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
796K 60.6K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...