Bukan Santri Idaman

By NanaHyungvi

26.8K 2.5K 469

Ketika santri tampan berkelakuan angkuh dijodohkan dengan gadis lugu lulusan SMA yang dibesarkan di panti asu... More

Episode 1
Episode 2
Episode 4
Episode 5
Episode 6
Episode 7
Episode 8
Episode 9
Episode 10
Episode 11
Episode 12
Episode 13
Episode 14
Episode 15
Episode 16
Episode 17
Episode 18
Episode 19
Episode 20
Episode 21
Episode 22
Episode 23
Episode 24
Episode 25
Episode 26
Episode 27
Episode 28
Episode 29
Episode 30
Episode 31

Episode 3

1.1K 106 39
By NanaHyungvi

Bogor, kini.

"Saya terima nikah dan kawinnya Nesya Saswika Binti Heri Sanjaya dengan mahar seratus gram emas dan seperangkat alat shalat dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi,...?"

Saksi satu : "Sah."

Saksi dua : "Sah."

"Alhamdulillah"

"Mulai saat ini, kalian sudah sah dan resmi menjadi pasangan suami istri."

Setelah rangkaian ijab kabul selesai, para tamu undangan bergantian menyelamati kedua mempelai, sekaligus menikmati suguhan makanan resepsi pernikahan.

Para tamu undangan kasat mata adalah kebanyakan dari kalangan sosial atas, dapat dinilai dari cara berpakaiannya. Tentu saja, karena sudah pasti mereka adalah rekan kerja dari Papa Dehan. Lalu, ada juga yang menarik di pandangan, ruang resepsi itu dipenuhi taburan remaja-remaja tampan yang sangat rapi dengan sarung dan peci bagi yang laki-laki. Dan sangat cantik dan anggun bagi para perempuan atas gamis dan kerudung panjangnya, bahkan ada beberapa dari mereka yang memakai cadar. Oh, ternyata mereka semua adalah teman-teman pesantrennya Dehan.

Dilirik kepada pelaminan ijab kabul, terlihat di sana sepasang pengantin yang sama sekali tak bercengkrama, keduanya tampak diam. Si pengantin laki-laki tampak acuh dan dongkol, sedangkan si pengantin perempuan menunduk sendu ke bawah. Jelas terlihat ada binar ketakutan yang terpancar dari mata cokelatnya.

"Dehan, bawa Nesya istirahat ke kamar, Nak. Kalian sudah boleh istirahat." suara lembut wanita paruh baya datang menghampiri mempelai.

Alih-alih menanggapi indah suara lembut itu, Dehan malah melayangkan tatapan sinisnya.

"Teman-teman Dehan lebih penting, Mah," ucapnya ketus, kemudian berlalu meninggalkan Mamanya dan Nesya yang kini sudah bernotabe sebagai istrinya.

Semburan rasa tak enak hati langsung memenuhi diri Mama Dehan, ia bahkan tak tahu lagi harus bagaimana menatap Nesya sekarang.

"Ne-Nesya, maksud Dehan bu-bukan begitu ya Nak, dia pasti sedang ada keperluan dengan teman-temannya, maka buru-buru pergi."

"Iya, Bu. Nesya juga menanggapinya demikian," tutur kata lembut memang selalu mencurah dari dalam diri anak malang ini.

"Kok manggil ibu sih, manggil mama dong. Ya, Nak!"

"Oh, iya iya Mah. Ma-maaf, Nesya kelupaan tadi."

"Nah, tuh kan. Enak didengar kalau panggil mama."

"I-Iya, Mah."

"Kalau gitu ayo istirahat dulu, biar Mama antar kamu ke kamar, Nak."

Senyum damai langsung disemilir perawakan mungil itu "Nanti saja, Mah. Nesya sekalian nunggu Dehan."

"Nunggu Dehan? Baiklah, Nak. Tapi, Nes,..."

"Tapi apa, Mah?"

"Itu,..masa kamu manggil suami kamu pakai nama. Gak boleh loh, Nes." segelintir canda dituangkan oleh Mama Dehan.

Kabut tak karuan seketika mencuati wajah Nesya "B-benarkah, Mah? Jadi, Nesya harus memanggilnya dengan sebutan apa?"

"Eum,..Mama tau, panggil saja Dehan dengan sebutan Mas, dia menyukai panggilan itu."

"Mas?! Apa iya, Mah?!"

"Iya, Nes. Dehan dulu suka cerita sama Mama kalau dia ingin dipanggil Mas oleh pasangannya suatu saat nanti, dan sekarang sudah tiba waktunya. Lagian kan kamu juga satu tahun lebih muda darinya. Jadi tidak ada yang salah kan."

"Yaudah kalau begitu, Mah. Nesya bakalan coba panggil Dehan dengan sebutan Mas."

"Nah, gitu kan enak didengar."

"Yasudah, Mama pergi dulu ya kalau kamu memang belum mau diantar istrirahat ke kamar."

"Iya, Mah."

Setelah Mama mertuanya berlalu, Nesya duduk termangu lagi di pelaminan ijab kabul, sendirian.

Sorot matanya kini tak lepas memperhatikan suaminya yang sedang asik bersapa ria dengan para teman-temannya, sangat akrab sekali. Andai suaminya itu juga memperlakukannya demikian, pasti sangat senanglah hatinya, benaknya mengkelabu tiba-tiba.

Di tengah salam sapa ria antara Dehan dan teman-temannya, tiba-tiba pandangan mereka mengarah ke Nesya yang duduk bermuram durja, pandangannya juga memang tak lagi mengarah terhadap mereka.

"Eh, Han, samperin noh istri kamu, kasihan." celetuk salah seorang teman dekat Dehan, Ali namanya.

"Ogah!"

"Astaghfirullah, Han! Gak boleh gitu hei sama istri sendiri, bagaimana pun kalian adalah pasangan suami istri sekarang, wajib atas kamu memenuhinya kebutuhan lahir dan batin."

"Bacot kamu Al!"

"Ck,...Anak ini benar-benar, diingatin malah ngelawan."

"Ah, udah deh Al, berisik! Btw, Karina mana? Kalian lihat dia gak?"

"Allahu Akhbar, Han! Istri kamu noh samperin, ini malah sibuk nyariin anak orang."

"Bisa diam gak sih, Al!"

"Aku perjelas sama kalian semua detik ini juga, bahwa perempuan itu bukan siapa-siapa aku! Terkait pernikahan ini, ini hanyalah sebatas pernikahan konyol yang menyinggahi hidup aku. Perihal hati, sepenuhnya hati aku udah dimenangkan Karina!"

"Kamu sakit apa gimana, Han?! Masa cewek secantik itu disia-siakan."

"Ck,..cantik dari comberan! Bagiku dia hanyalah seorang gadis panti asuhan, gak layak bersanding dengan aku!"

"Tapi, dia pilihan orang tua kamu loh, Han."

"Udahlah, gak usah dibahas lagi. Gak kalian, gak bokap-nyokap, semuanya sama-sama sakit!"

"Yaudah deh kalau gitu."

"Eum,..Han." panggil Ali tiba-tiba.

"Apaan?"

"Kalau kamu emang gak suka sama istri kamu, tolong jangan sentuh dia sampai kita lulus, karena sepertinya aku tertarik. Setelah kita lulus, aku bakal ambil dia dari kamu."

Seketika keadaan menghening, hanya lemparan pandang satu sama lain yang mensinyalir.

"Ma-maksud kamu apaan, Al?!" tanggap tak terjelaskan lagi dari Fares, teman dekat Dehan juga.

"Ya, gak ada. Aku cuma ingin memungut berlian yang ingin dibuang!"

Sungguh, Dehan dan teman-temannya yang lain terlihat melongo dibuat lontaran Ali.

"Haha! Ngomong apasih kamu, Al. Jago juga ya kamu sekarang ngelawak." tawa lepas malah menyapa dari diri Dehan.

"Aku serius, Han."

"Yaudah, ambil aja, ambil sekarang kalau perlu! Siapa juga yang mau sama gadis panti asuhan modelan begitu, disedekahin pun aku gak mau! Jadi, ambil aja Al kapan pun kamu mau! Boro-boro nyentuh dia, diajak ngomong sama dia pun aku alergi!"

***

Malam telah menyapa, tak sedikit pun menyisakan gurauan terik mentari di siang tadi. Tentu saja, karena sekarang adalah giliran terik rembulan yang akan mengkilah.

Jam telah menunjukkan pukul sembilan malam. Ada nuansa baru yang begitu asing di mata, di dalam apartemen mewah, terlihat dua sosok pasangan yang tak saling menyapa. Keduanya kini tengah berada di dalam ruang kamar.

Dag dig dug

Itulah keadaan jantung Nesya sekarang.

"Mau ngapain kamu?!" suara arogan Dehan menyarkas saat Nesya ingin mendudukan tubuhnya di ranjang.

Nesa tak menjawab, ia hanya balas menatap Dehan dengan segunung rasa ketakutan.

"Sana...Sana! Jangan tidur di sini! Ogah banget!"

Deg,...Serr

Istri mana yang tak tersayat hatinya menerima cemooh semacam itu.

Namun, bukan Nesya namanya kalau tidak berlembut hati. Senyum ikhlasnya tetap merekah menanggapi lontaran suaminya, walau sebenarnya perasaannya tercabik-cabik.

"Baik," ucapnya lembut dan terlihat tulus, seraya melangkahkan kaki dari kamar itu.







Vote dan komen ya! Minimal komen "next"

Continue Reading

You'll Also Like

HER LIFE By hulk

Teen Fiction

7.4M 364K 64
Sudah terbit di Glorious Publisher. Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya...
244K 5.1K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
1M 31.7K 43
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
284K 11K 40
"bego ini obat perangsang bukan antimo" #lapakbxb Top : gamma Bot : nelv (mpreg) (BxB)