Love mistake || NOMIN

By jenjaelee_

30.4K 2.1K 64

Lapak BxB‼️ Mpreg‼️ Nomin‼️ "Malam ini Lo harus teraktir gua sepuasnya dan apa yang gua mau Lo harus tururtin... More

01
02
cast
03
04
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Ending

05

1.3K 92 4
By jenjaelee_


HAI GAYS HAPPY READING SEMUANYA.
JANGAN LUPA PENCET BINTANG😗
KALO GAK SUKA SKIP AJA🙏

Terhitung sudah sebulan sejak kejadian Jovan dan Jaenar, tidak ada yang mengetahui tentang itu. Jaenar dan Jovan juga Masi seperti dulu bertemu di arena balap namun sudah seminggu dirinya tidak bertemu Jovan. Dia sedang menulis skripsi sebaik mungkin agar tidak di tolak mentah-mentah oleh dosennya, jika melihat wajah milik Jovan dia bisa terpancing emosi.

Jaenar dengan pakaian rapinya menghampiri ayahnya dan juga Dejun yang sudah berada di ruang makan. "Pagi yah, pagi Jun" ucapnya mengecup singkat pipi ayahnya.

"Dejun Na, not Jun" ucap Dejun sambil melirik Jaenar singkat. "Suka suka gue lah" Yuda yang mendengar anaknya bertengkar hanya menggelengkan kepalanya.

"Kamu lagi nulis skripsi kan Na?" Jaenar mengangguk mengiyakan ucapan ayahnya."yang bener belajarnya, jangan balapan terus" Jaenar tersedak susu yang ia minum, dari mana ayahnya tau dia selalu balapan. "Ayah tau Na; Udah buruan makan biar gak telat"

Saat Jaenar menyendokkan sayur ikan yang di hadapannya, baunya terasa tidak enak di Indra penciuman miliknya. Hingga dirinya lari kekamar mandi dan memuntahkan cairan bening, karena dia belum makan apapun. Yuda mengikuti putranya kekamar mandi dan mendengarkan suara muntahan

"Na kamu kenapa?" Yuda nampak bingung dengan putranya, biasanya Jaenar lah yang paling menyukai ikan, apalagi ini ikan mujaer hasil dari kolam belakang rumah. 

"Gak papa yah, mungkin masuk angin kemaren gak makan" Yuda mengurut tengkuk Jaenar dan memberikan minyak angin yang selalu ia bawa kemana-mana. Biasa akik akik😭.

Di rasa Jaenar perutnya sudah membaik iapun langsung duduk kembali ke tempat duduknya. Di sana ada Dejun yang memandang dirinya dengan khawatir.

"Gak papa na?" Jaenar hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku makan sayur aja yah, kayaknya perutnya lagi musuhan sama ikan" ucap Jaenar sambil mengambil sayur di hadapannya.

"Vegetarian na? Biasanya lo yang paling suka tuh ikan" benar kata Dejun Jaenar suka dengan ikan tersebut karena dia sering memberi makan jadi di jamin ikannya enak, namun saat ini setiap hidungnya mencium sayur ikan tersebut dia merasa perutnya ada yang demo.

"Kayaknya bik Ijah masaknya salah" bik Ijah yang mendengar ucapan Jaenar langsung angkat bicara "saya itu masaknya kayak kemaren loh mas Jaenar, kok beda gimana toh" ucap bik Ijah ART di rumah Jaenar dengan logat jawanya.

"Mungkin kurang pas aja di kamu Na. Udah lanjutin makanya, kalau Jaenar mau sayur aja, makan yang banyak." Jaenar dan Dejun kembali menikmati makanannya dan bik Ijah kembali membersihkan meja sehabis ia nyayur tadi.

..........

Belakangan ini papa dan mama Jovan selaku berada di rumah, bisnis papanya yang di sini sedang dalam masalah dan mamanya selalu berada di samping papanya.

Sekilas keluarga Renandra terlihat begitu bahagia pagi ini. Januar Duduk di kepala kursi, di sampingnya ada istrinya dan ketiga anaknya berada di depannya, keheningan menyelimuti keluarga mereka. Karena prinsip dari Januar tidak boleh bersuara saat makan. Selang beberapa menit semuanya beres, sudah bersih semua piring yang di meja tidak lagi berada di meja, Jovan yang hendak meninggalkan meja makan, tertahan saat mendengar ucapan ayahnya.

"Jovan, kamu harus menyelesaikan skripsi kamu dengan bagus, papa tidak mau dengar jika skripsi kamu di tolak mentah-mentah oleh dosen" Jovan yang mendengar menghembuskan nafasnya sebelum menjawab omongan papanya ."Jovan usahain pa"

"Jangan usahain doang,lihat kakak kamu sekarang udah bisa pegang perusahaan papa. Waktu lulus juga dia dapet nilai terbaik di kampusnya, kamu harus contoh" Jovan terbiasa dengan ini, mamanya selalu membanggakan kakaknya.

"Udahlah ma, setiap orang kemampuan beda gak bisa di samain. Jovan ya Jovan aku ya aku beda" Dirta tau pasti adiknya sangat tertekan dia selalu di bandingkan dengan dirinya.

"Ya kan, kak Jovan juga bisa kayak kak Dirta, masa gak bisa" Yumna adik Jovan satu satunya itu mengucapkan hal tersebut sambil memberi lipstik di bibirnya dengan kaca di tanganya.

"Kamu juga Masi SMA dandan terus mau jadi apa?" Yumna yang mendengar ucapan papanya langsung menyimpan lipstik dan juga kacanya kedalam tas miliknya.

"Ya wajar dong mas, kan Yumna cewek harus dandan biar cantik" Yura tidak suka anak gadis satu satunya di larang seperti itu.

Jovan mulai jengah dengan keluarganya dia memutuskan untuk pergi tanpa pamitan kepada ayahnya ataupun mamanya. "Anak itu selalu seperti itu pergi tanpa pamit, mau jadi apa kedepannya. Capek saya besarkan dia tapi tidak tau menghargai orang tua" Yura tidak sadar bahwa suaranya Masi bisa di dengar oleh Jovan.

"Gua juga gak pengen di lahirin di keluarga yang covernya doang bahagia tapi dalamnya gak seindah itu" Jovan terkekeh dan Memasang helm di kepalanya melajukan motornya.

"Lo apaansih Na!, kok gue di usir" Harry menatap Jaenar dengan emosi di wajahnya. Jaenar selalu mengusir Harry. Saat ini Jaenar,Yasa,Harry dan juga Rendra berada di kantin kampus tapi sedari tadi Jaenar tidak menyukai Harry di sampingnya.

"Lo tuh bauk, bauk banget dah gitu jelek lagi cih" Jaenar menjauhi Harry dan duduk di sudut meja. Harry rasanya ingin membuang Jaenar saat ini juga, bagaimana bisa dirinya di bilang bauk dan jelek.

"Sabar ry, sabar di sayang Tuhan" Harry mendengus mendengar ucapan Rendra barusan.

"Lagian lo kenapa sih Na? Aneh tau gak, biasanya lo juga sama gue terus" Jaenar hanya mengangkat bahunya dan melanjutkan makan makanannya.

"Lagian lo sih ry, makek parfum baunya kayak bau busuk anjir eneng gue nyiumnya" Yasa juga mencium parfum Harry yang baunya tidak terlalu enak. "Ya tapikan Jaenar juga biasanya duduk deket gue, ini tuh parfum yang biasa gue pakek"

"Tau ah gak suka gue sama wanginya." Harry ingin membalas ucapan Jaenar namun di urungkan saat suara detingan dari ponselnya pertanda ada yang mengirimkan pesan.

Sesaat Harry tersenyum melihat chat ya g ada di ponselnya sebelum memberi informasi kepada temennya. "Ntar malem Jovan ada balapan sama anak teknik gue kurang tau siapa" ucap Harry setelah membaca pesan tadi.

"Kok lo tau?" Harry sedikit gugup ingin menjawab pertanyaan dari Rendra. "Tau lah gue gitu lo" ucapnya sambil meminum minumannya pertanda dirinya gugup.

"Gue sih gak heran kalo dia di sana, padahal skripsi harus bener bener bagus eh tuh anak malah balapan" Jaenar berada di samping Yasa sedikit melihat ke Yasa setelah mendengar ucapan Yasa barusan.

"Ntar malam gue juga mau liat balap" semuanya melihat ke arah Jaenar yang membuka suara tadi.

"Lah Na, bukanya ntar malam kita mau lanjutin bahas materi?"

"Gak tau gue pengen aja liat" ucap Jaenar menjawab pertanyaan Harry tadi. Saat mendengar nama Jovan Jaenar langsung ingin melihatnya tidak kenapa mungkin dia hanya ingin melihat wajah Jovan yang seperti anjing bagi Jaenar.

"Ya udah ntar malam Lo sama gue aja, gue jemput gak usah bawa motor" Jaenar menganggukkan kepalanya, enak toh ada Yasa yang selalu menurutinya.

"Oke ntar malam kita kesana" ucap Harry sambil tersenyum tipis di bibirnya.

Jovan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, saat ini dirinya berada di arena balap untuk menghilangkan stres. Dirinya sebenernya tidak ingin seperti ini, melewati malam dengan hal yang beresiko menghilangkan nyawanya. Namun keluarganya yang membuat dirinya seperti ini, Ayahnya yang menilai kasih sayang sebatas uang. Padahal Jovan selalu penyimpan uang yang di berikan Ayahnya, dengan balapan dia bisa menghasilkan uang sendiri dirinya juga memiliki apartemen sendiri dari uangnya sendiri.

Tidak lama kemudian, Jovan sudah berada di garis finis terlebih dahulu di susul oleh lawannya beberapa detik setelahnya. Jovan melihat ada Jaenar dan temannya berada di stadium penonton. Pandangan mereka bertemu sampai beberapa detik lamanya kemudain keduanya memutuskan pandangannya.

"Van ada Jaenar, lo gak mau nantangin dia? Mumpung ada anaknya di sini" ucap Marvel yang sudah tau kalau Jaenar dan temannya berada di sana sedari tadi.

"Gue gak minat, buang waktu dan tenaga" ucap Jovan sambil berjalan ke pinggir trotoar.

Januar meninggalkan tempat duduknya tadi berjalan terlebih dahulu dari temannya, namun Jovan lebih dulu memblokir jalan Jaenar, berdiri di hadapan Jaenar sambil menaikan satu alisnya.

"Lo dateng mau ngeliat gue balapan?" Jaenar memutar bola matanya malam. Kepedean sekali manusia di hadapannya ini.

"Kita dateng gak mau liat lo ya, perasaan banget sih najis" Harry yang di samping kanan Jovan memandang Jovan dengan tatapan ingin muntah. "Lo mau ketemu Marvel kan?" Marvel yang mendengar ucapan itu dari sahabatnya menendang betis Jovan, sedangkan Harry menelan ludahnya kasar saat teman-temannya memandang ke arah dirinya.

"Gu-gue gak lah aneh" ucap Harry sebelum temannya mempertanyakan hal itu kepadanya, Jovan tersenyum singkat melihat Harry dan mervel yang melotot ke arahnya.

"Na, Lo belum jawab pertanyaan gue"

"Gue gak perluh jawab, buat apa? Suka-suka gue, mau di manapun gue berada tuh bukan urusan lo" Rendra dan Harry menganggukkan kepalanya mengiyakan tanggapan Jaenar. "Lo nya aja kepedean cih" ucap Rendra menimpali ucapan Jaenar.

"Minggir gue sama Jaenar mau lewat" Yasa sendikit menggeser badan Jovan namun bukan Jovan jika tidak membantah.

"Minggir anjing, gue mau lewat" Jovan menarik senyumnya saat Jaenar membentaknya dengan tatapan emosi.

"Gue suka tatapan lo Na, tapi lebih suka tatapan lo yang memohon" Jaenar menyertakan rahangnya dan mengepalkan tangannya.

Saat tangannya hampir mendarat di pelipis milik Jovan, perutnya terasa sedikit keram. Yasa yang melihat perubahan ekspresi Jaenar langsung bertanya kepada Jaenar. "Na lo kenapa?" Jovan yang yang sempat memejamkan mata siap menerima tonjokan Jaenar kembali membuka matanya lagi setelah mendengar suara Yasa.

"Perut gue keram, sakit banget" Harry dan Rendra yang mendengar ucapan Jaenar langsung memapah Jaenar untuk di bawa pulang di ikuti oleh Yasa di belakangnya. Jovan sedikit khawatir dengan Jaenar tapi dirinya tidak ambil pusing dengan hal itu.

Doyong as Dirta Renandra

CEO muda yang berbakat sejak kecil. Selalu menjadi bahan banding untuk adiknya membuat Dirta jengah dengan mamanya.

Yunjin as Yumna
Adiknya Jaenar, kelas 11 SMA
No make up no life
Sifatnya sama dengan mamanya, anak perempuan sendiri di keluarga Renandra.

Makasih yang udah baca cerita aku🥰
Jangan lupa pencet bintang  ya,
makasih 🙏😍

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.8M 327K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
PUNISHER By Kak Ay

Teen Fiction

1.3M 115K 44
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...
259K 24.3K 30
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
576K 27.5K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...