Matahari Dan Bintang

بواسطة sirhayani

388K 56.3K 2.7K

SELESAI ✔️ Bintang, cewek yang pernah tinggal di jalanan selama bertahun-tahun, tiba-tiba terbangun di sebua... المزيد

blurb & prakata
PROLOG
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
PART 41
PART 42
PART 43
PART 44
PART 45
PART 46
PART 47
PART 48
PART 49
PART 50
PART 51
PART 52
PART 53
EPILOG
Time Paradox (Perjalanan Waktu Selanjutnya)

PART 30

5K 793 45
بواسطة sirhayani

PART 30

Sekitar lima siswi kelas X sedang berbincang-bincang sembari tertawa menuju taman sekolah yang cukup ramai. Ketika mereka tiba di dekat sebuah tempat yang memang menjadi tujuan awal mereka, mereka langsung menghentikan langkah dan terkejut.

Seluruh siswi itu memutar tubuh dengan canggung dan menjauh dengan buru-buru setelah melihat di bawah pohon rindang taman itu ada seorang siswa yang berbaring di paha seorang siswi.

"Mereka orang ke berapa yang udah lo buat salah paham?" tanya Bintang dengan suara dan wajah yang datar. Wajahnya tak bisa dilihat oleh Baskara di bawahnya karena buku bacaan Bintang yang menghalangi pandangan mereka satu sama lain.

Baskara hanya menggumam tak jelas. Bintang mengintip Baskara sebentar dan melihat kedua mata Baskara yang terpejam. Bintang menggeleng-geleng. Bagaimana pun dia berusaha membuat Baskara bangun, cowok itu tak akan mau sampai Bintang mengamuk. Namun, Bintang tak pernah mengamuk lagi karena menghadapi Baskara dengan luapan emosi hanya akan membuatnya lelah sendiri.

Sehingga Bintang sudah terbiasa dengan sikap Baskara dan tak peduli lagi dengan itu. Sudah menjadi kesalahpahaman umum bahwa mereka adalah pasangan kekasih karena sering terlihat bergandengan tangan di sekolah.

Dekat dengan Baskara ada untungnya bagi Bintang, yaitu dia bisa menjalani hari-harinya di sekolah dengan normal walau dengan sedikit teman karena masih banyak yang tak mau dekat dengannya, tetapi dekat dengan Baskara membuat mereka tak mengganggu Bintang dengan terang-terangan lagi. Saras dan Tari menganggap Bintang antara ada dan tiada. Begitupun dengan murid lain di kelasnya.

Sejak hari di mana Bintang menjenguk Baskara, mereka telah menjalani hari-hari dengan sebuah ikatan kontrak tak resmi yang berjalan lancar. Bintang menjalani semuanya tanpa memikirkan mesin waktu yang sebelumnya membuatnya pusing. Dia berhasil menjalani hari-harinya dengan bersikap tak mau peduli pada mesin waktu sampai apa yang sebenarnya terjadi tiba waktunya.

Andai Bintang tak tersugesti oleh mesin waktu, maka dia dan Baskara tak akan sedekat ini.

Jemari Baskara merengkuh pergelangan tangan Bintang, lalu menggeser tangan Bintang yang memegang buku. Tanpa penghalang itu, kini mereka bisa saling pandang. Bintang mengarahkan buku itu untuk menutupi setengah wajahnya karena merasa malu dilihat Baskara dari bawah.

"A... pa?" tanya Bintang.

Baskara tersenyum miring. Tangan cowok itu bergerak kembali memainkan rambut Bintang yang semakin panjang. Bintang tak bisa protes. Ketika mulutnya terbuka, maka dia akan mengeluarkan kalimat-kalimat yang membuat siapa saja tahu bahwa dia sedang salah tingkah.

Banyak momen di antara mereka menumbuhkan perasaan yang tak biasa di hati Bintang. Bintang tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, tetapi setiap kali melihat Baskara perasaannya langsung berubah.

Semakin berjalannya waktu, Bintang jadi tahu bagaimana bersikap biasa di depan Baskara walaupun sepanjang waktu hatinya selalu merasa campur aduk.

***

Apa pun yang diinginkan oleh hati Bintang pada Baskara—yang tidak dimengerti oleh Bintang sendiri itu—, yang terpenting bagi Bintang adalah perasaan nyaman dengan keakraban di antara mereka yang seperti ini.

Bintang tak menyangka bisa dekat dengan orang yang terkenal gila. Namun, setelah mengenal Baskara lebih jauh, Baskara tak segila yang orang-orang tahu.

Bahkan Bintang merasa di antara dirinya dan Baskara ada persamaan yang tak bisa dia jelaskan dengan kata-kata.

"Nggak capek, kan?" Bintang menoleh pada Baskara di sampingnya dan melihat kondisi cowok itu dari atas sampai bawah. Sejak kapan dia membuka kemeja sekolahnya? Kemeja sekolahnya terlilit di perutnya sehingga yang cowok itu gunakan sekarang adalah kaos hitam dan celana abu-abunya.

Bintang menyipitkan mata. Dia juga seperti itu. Kemeja sekolah yang sengaja dia lilit di perut karena merasa gerah. Kaos yang dia gunakan juga berwarna hitam. "Lo ikut-ikutan gue, ya?"

Cowok itu meliriknya sekilas. "Nggak, kok."

Mereka sudah jalan kaki berkilo-kilo meter. Itu hal rutin jika esok hari adalah hari libur. Dari sekolah ke rumah Bintang sampai mereka lelah, lalu mereka akan memesan taksi dan Baskara akan mengantar Bintang dulu sebelum pulang. Terkadang bergantian. Mereka akan berjalan kaki menuju apartemen Baskara, lalu Baskara akan mengambil kendaraannya dan mengantar Bintang pulang.

Jalan kaki hal biasa bagi Bintang. Walau lima tahun belakangan ini jarang, tapi semenjak mendapatkan ide itu, Baskara mengikutinya dengan senang hati. Mereka akan bergandengan tangan seperti sekarang ini.

Karena sudah biasa, tak ada perasaan lain selain sebuah kenyamanan.

Terkadang mereka akan singgah untuk makan entah di warung makan, warung pinggir jalan, hingga pedagang kaki lima. Atau singgah ke supermarket maupun minimarket untuk membeli camilan sampai es krim.

"Gue heran. Apa lo nggak dimarahin sama ortu lo buang-buang uang?" Bintang heran pada hal itu sejak dulu dan baru bisa membuka topik itu sekarang karena kebetulan ingat disaat tak ada pembahasan lain di antara mereka.

"Nggak, tuh. Nggak tahu kenapa dikasih terus. Gue juga heran dia nggak kapok," balas Baskara. "Tujuan gue juga pengin ngabisin duitnya."

"Hah?"

"Jadi, gue pengin laki-laki itu marah."

Bintang mengernyit heran. Laki-laki itu? Itu terlalu tak sopan. Apakah ada konflik di antara ayah dan anak ini?

"Laki-laki itu?" Bintang sudah berusaha menahan bibirnya untuk tak bicara.

"Suami nyokap."

Ayah tiri Baskara. Itu yang terlintas di benak Bintang.

"Gue pengin dia marah, tapi dia nggak pernah ngelihatin marahnya. Gue udah berusaha buat dia miskin, tapi nggak berhasil."

"Ey, kalau dia miskin. Ibu lo miskin. Lo juga miskin, dong."

"Sekarang gue juga miskin, kok."

"Terus lo hidup gimana? Makan angin? Minum air sungai?"

"Ada." Baskara memandang Bintang dengan serius, tapi yang ditatap sedang fokus dengan langkahnya. "Anak kecil aja bisa hidup di jalan. Masa gue nggak bisa."

Bintang berhenti, lalu meninju punggung Baskara. "Kalau anak-anak yang lo maksud denger mereka bakalan sedih, tahu? Walaupun ada yang bisa bertahan di jalan, tapi sebagian besar dari mereka juga pengin hidup kayak yang lain. Bisa makan, bisa main kayak yang lain, punya rumah yang buat mereka nggak kedinginan, nggak kehujanan, dan nggak kepanasan."

"Bener, sih." Baskara menggapai tangan Bintang dan menggenggamnya. Dia menatap langit yang tak enak dipandang. "Anak-anak yang lo maksud pasti yang lahir dari keluarga nggak berkecukupan. Jauh dari kata cukup. Ada juga yang memang nggak punya orangtua, tapi di antara semua itu memang ada anak yang kabur dari rumahnya walaupun anak itu hidup dalam keluarga yang berkecukupan, kan?"

Bintang terdiam dan hanya mengiakannya dalam hati. Baskara benar. Di antara anak-anak jalan yang terlahir tanpa dibesarkan orangtua atau terlahir dalam keluarga yang tak mampu, ada anak-anak yang terlahir dalam keluarga yang hidupnya berkecukupan dalam hal materi. Namun, anak-anak itu memutuskan untuk kabur dari rumah karena rumah itu bukan lagi rumah bagi mereka.

Seperti Bintang kecil.

"Kalau lo mutusin untuk kabur dari rumah, apa yang akan lo lakuin?" tanya Bintang dengan suara yang pelan. "Gimana lo bisa dapat uang untuk menuhin kebutuhan lo sehari-hari? Gimana lo bisa dapat uang kalau lo sedang dalam keadaan darurat dan butuh banyak uang seperti misal lo atau temen lo harus dirawat di rumah sakit karena kena musibah?"

Baskara menebak Bintang bertanya sambil membayangkan masa lalunya.

"Bertahan hidup, ya?" Baskara bergumam. "Gue bakalan ngelakuin apa pun yang gue bisa untuk bekerja. Soal gue yang harus dirawat di rumah sakit, gue nggak akan peduli dan nunggu kematian. Soal temen gue yang harus dirawat, gue nggak perlu mikirin itu karena gue nggak akan punya teman di jalan."

Mendengar Baskara yang membawa kematian membuat Bintang terguncang. Dia ingin segera mengakhiri pembicaraan berat ini.

"Hei, kalau lo mau hidup di jalan, lo nggak mau nikah, ya?" Bintang menggigit bibir. Niat untuk mengalihkan pembicaraan justru tiba-tiba mengungkapkan hal yang mengganggu pikirannya.

"Ah, gue nggak mikir sampai ke sana."

"Kenapa...?"

"Karena gue nggak mikir ke sana."

Bintang menunduk dan tersenyum kecil. Apakah itu sesuatu yang harus dia khawatirkan? Pembahasan kali ini kembali membuat Bintang berpikiran tentang mesin waktu.

Setelah itu, keduanya terdiam oleh pikiran masing-masing.

Bintang mengalihkan pikirannya pada hal lain. Dia sudah memutuskan hubungannya dengan papanya dan sejak bertahun-tahun lalu mereka adalah orang asing untuk satu sama lain.

Dia akan menjadi orang sukses. Demi dirinya, demi Shareen dan mendiang Prof.Alva, dan demi mendiang Mama.

Suatu saat dia pasti akan menjadi orang yang berguna.

***

Meskipun Bintang berusaha keras untuk tidak datang ke tempat ini, pada akhirnya dia berhasil masuk tanpa sepengetahuan Shareen.

Sudah beberapa menit terlewati sejak dia duduk di depan sebuah mesin yang masih tertutupi oleh kain putih. Bintang sedang merenung. Jika benar dia akan menggunakan mesin waktu itu, maka kapan dia akan menggunakannya?

Jika benar sesuatu hal buruk akan terjadi pada Baskara, maka Bintang tak akan bisa membayangkan bagaimana dia bisa melewati semua itu. Apakah dia akan berhasil?

Dia sudah terbiasa dengan kehadiran Baskara di sampingnya.

***

catatan: 

.

Kalian tim mana? 👇

#TimSpoiler

#TimNoSpoiler

.

satu pertanyaan lagi:

#TimHappyEnd

#TimSadEnd

sampai ketemu di part depan!

thanks for reading!

love,

sirhayani

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

27.5K 385 3
Spin off dari Devil For Rent. Zefanya Claudia Jacob, tidak pernah menyangka kalau gadis yang ia tolong ialah adik dari Alvin Canavaro Pratama. Kesal...
Precognition بواسطة farrasls

قصص المراهقين

1.1K 196 25
Hidup Adena Laquitta, gadis biasa penyuka novel fantasi, berubah drastis sejak dirinya bertemu cowok bernama Oris Lizio. Sayangnya, Oris jauh dari ka...
2K 290 60
[PART MASIH LENGKAP] Menurutmu apa definisi keajaiban? Menurutku, keajaiban adalah bertemu kamu ditengah peliknya hari-hari yang ku lalui. . Neisha t...
Partner Tutor [TAMAT] بواسطة An!

قصص المراهقين

1K 122 30
[Buat anak IPS sini merapat, kita belajar bareng] ciaaelah kayak yang nulis udah pinter aja╥﹏╥ • • Di antara tiga puluh murid penghuni kelas kenapa j...