Obsesi Antagonis [ON GOING]

By coretan_virtual

1.2M 156K 14.4K

Transmigrasi ke dalam novel? Mungkin, itu hal biasa dalam dunia fiksi. Lalu bagaimana jika Seline Andromeda s... More

1. Awal Mula
2. Takdir Novel yang perlahan diubah
3. Tokoh Antagonis Pria
4. Mengenal Theo lebih dalam
5. Sudut pandang yang mulai berubah
6. Perubahan yang baik
7. Rasa posesif yang mulai timbul
8.Pertemuan dengan tokoh utama wanita
9. Hama menjijikan
10. Para tokoh berkumpul
11. Manjanya seorang Theodore Calderion
12. Seline bodoh!
13. Theo, ayo putus!
14. Sudut pandang Theo
15. Tidak bertepuk sebelah tangan
16. Kepemilikan
17. Ngidam pertama bunda Widya
18. Jujurlah padaku
19. Random
20. Mati
21. Angga guru cinta
22. Duhh
23. ABS Theo
25. Aura Anggita
26. Putri Tidur
27. Move on
28. Theo yang terlalu pintar
29. Tambah & Berhenti.
30. Die
31. Mimpi?
32. Theo

24. Bimbang

16.6K 2.5K 304
By coretan_virtual

"pengen balik ke masa dimana kita masih bersama.Sebentar, namun penuh dengan kenangan. Aku tak melupakanmu, namun, kadang kala, aku merasa kamu lebih pantas mendapat yang baru. Yang jauh lebih baik dariku."

Kangen banget.

AER

.

.

.

Lihatlah sekarang...

Seline tidak jadi pergi ke rumah sakit!

Setelah adegan tadi, Theo malah membawanya balik ke kamar dan pergi keluar entah kemana, lalu tak lama seorang dokter 'wanita' datang dan memeriksanya. Namun, selama itu pula Seline belum melihat keberadaan Theo lagi.

Seline kan, jadi ga tau harus gimana...

Seline menatap tv kamarnya yang sedang menampilkan drama yang lagi trending dikalangan remaja.

Seline akui, pemainnya memang tampan, tapi menurut Seline, lebih menggoda abs Theo yang tadi Seline pegang...

Shhh

Seline dengan cepat memukul kepalanya. Efek kelamaan ga nikah ni mah!

Jika dihitung dengan umurnya yang dulu, harusnya sekarang dia minimal sudah menikah lah, atau sudah bekerja, menjadi wanita karir. Sepertinya seru. Daripada harus terjebak kisah kasih SMA.

Ceklek

Seline menoleh ke arah pintu, Theo yang muncul dengan rambut yang basah. Theo mandi?

Seline menatap ke arah jam dinding.

"Theo? Kamu mandi?"tanya Seline menatap Theo aneh. Ini baru jam 1 siang, memangnya seberapa sering Theo mandi?

"Ah iya, gerah, jadi lebih baik mandi biar seger."jawab Theo melihat ke arah tv yang menyala.

Seline mengangguk tanda mengerti, memang si udara terasa panas sehingga tak heran jika mandi supaya segar.

"Theo."panggil Seline.

Theo menoleh ke arah Seline kemudian duduk disamping Seline yang sedang duduk di ranjang.

"Bentar lagi kamu ulang tahun kan? Mau kado apa?"tanya Seline jujur. Lebih baik ia bertanya langsung pada yang ulang tahun daripada harus pusing mencari kado.

"Anak."jawab Theo singkat lalu berbaring dengan berbantalkan paha Seline.

"Hah? Maksudnya?"tanya Seline cepat.

"Jika Seline hamil lalu melahirkan anakku, itu bakal jadi kado terindah seumur hidup."jawab Theo sambil menutup mata.

"Shhh argh."Theo langsung mengaduh saat Seline dengan sekuat tenaga menarik rambutnya seakan ingin memisahkan rambutnya dari kepalanya.

"Ngomong apa tadi hm?"tanya Seline dengan suara rendah membuat Theo sedikit merinding.

"Shhh canda doang. Sekarang lepas ya."bujuk Theo lembut. Akhirnya Seline melepaskan tarikannya.

"Aku ga butuh kado apapun. Kalo pun butuh sesuatu aku tinggal beli. Memang apa yang ga bisa aku dapetin didunia ini?"tanya Theo sombong.

Seline memutar bola mata malas mendengarnya.

"Ah iya, ada."lanjut Theo.

Seline langsung menatap Theo dan menaikkan sebelah alisnya.

"Apa?"tanya Seline kepo.

"Ucapan cinta dari Seline."jawab Theo santai.

Berbeda dengan Seline yang langsung terdiam.

Theo terkekeh sebentar sebelum menarik satu tangan Seline kemudian mengecupnya.

"Aku bercanda. Aku yakin aku cukup mampu buat Seline jatuh cinta sama aku. Kalaupun engga." Theo menjeda ucapannya.

"Aku, aku akan melakukan apapun supaya Seline tetep disamping aku. Meski aku hanya akan dimanfaatkan. Aku rela. Yang penting Seline ga pergi."lanjut Theo.

Seline menatap Theo dalam diam. Theo nampak mengucapkan nya dengan tulus. Sangat tulus, hingga Seline merasa bahwa dia adalah orang yang sangat kejam.

"Tapi aku pengen besok pas ultah, Seline kasih kejutan ke aku. Kue nya harus buatan Seline sendiri. Terus ada tulisan Selamat ulang tahun Theo nya Seline. Trus ntar kita dansa berdua. Tapi Seline ga usah dandan cantik cantik. Ntar banyak yang suka. Biar Theo aja yang suka Seline."ucap Theo panjang lebar.

Sebenarnya Theo hanya bercanda agar Seline tidak memikirkan ucapan Theo.

Theo, tak bisa memaksakan perasaanya terus.

Theo takut, Seline justru berfikir pergi jauh darinya karena tekanan yang ia berikan.

Seline hanya mendengarkannya dan mengingatnya. Mungkin, itu bisa jadi referensi buat ulang tahun Theo nanti.

"Ngomong ngomong. Kamu, mau punya anak berapa?"tanya Seline iseng.

Theo tersenyum lebar membuat Seline bergidik ngeri.

"Kenapa? Mau buat? Ayo. Mumpung udah pas suasananya."ucap Theo senang.

Mereka hanya berdua.

Dikamar.

Orang tua Seline belum pulang.

Tunggu apalagi?

"Arghh" Theo refleks berteriak saat Seline menarik rambutnya kembali. Entah sudah berapa helai rambutnya yang rontok akibat tarikan Seline.

"Ngomong ngawur lagi jangan harap besok masih punya rambut."ucap Seline kesal. Ia lebih suka Theo yang polos polos macam kucing daripada Theo yang fikirannya buat anak Mulu.

"Ck, iya iya. Lepas."oke, dari nadanya sepertinya Theo sudah sangat kesal karena tarikannya. Seline yang merasa suasana berubah langsung melepaskan tarikannya.

'Dasar antagonis.'batin Seline kesal.

"Sejadinya aja."gumam Theo yang masih bisa didengar oleh Seline.

"Apa?"tanya Seline meminta kejelasan.

"Ck, ga perlu pake target. Kalo nanti aku bilang target aku lima tapi kamu hamil sepuluh kita bisa apa?"ucap Theo tanpa dosa.

Berapapun hasilnya, asal itu anak Theo-Seline pasti menyenangkan.

"Ck. Apa apaan jawaban kayak gitu."cibir Seline.

"Aku pengen punya 3 anak. 2 cowo dan 1 cewe."lanjut Seline.

"Kenapa?"tanya Theo penasaran.

"Karena aku pengen banget punya kakak cowo. Cuma ga kesampaian aja. Lagipula, kalo cowo yang jadi kakak, aku yakin nanti dia bisa jaga adeknya."jelas Seline.

Baik dikehidupan sebelumnya dan sekarang, itu adalah cita citanya. Bisa memiliki seorang kakak. Namun sayangnya tidak pernah kesampaian.

Anak tunggal

Kata siapa menjadi anak tunggal adalah suatu kenikmatan sendiri?

Dimanja?

Jangan lupakan bahwa selain dimanja, anak tunggal juga satu satunya harapan orang tua, mungkin orang tua tidak akan menuntut. Tapi, secara sadar mereka pasti akan merasakan nya.

Bahasa kasarnya, "punya anak satu, goblok lagi."

Selain itu, kesepian.

Berbeda dengan orang yang memiliki saudara dan bisa bertengkar, curhat atau melakukan sesuatu bersama, anak tunggal?

Theo terdiam saat mendengar ucapan Seline.

"Shhh udah si, jadi kemana mana kan. Mending liat flim itu. Liat deh."ucap Seline mengalihkan pembicaraan.

Theo mengikuti arah pandang Seline, dimana sepertinya pemeran utama pria sedang bermain basket.

Theo berdecak kesal saat cowo dalam film tebar pesona dengan merapikan rambutnya yang basah karena keringat. Dia mengalihkan pandangannya ke Seline yang tampak menikmati film dan mulai mengabaikannya.

Dengan gerakan lambat Theo berjalan menuju tv kamar Seline dan menariknya sekuat tenaga hingga jatuh ke lantai.

Brakk

"THEO TV NYA KENAPA DIRUSAK!"

***

"Theo. Aku pengen ayam geprek."ucap Seline to the point.

Theo langsung melihat ke arah jam dinding.

Pukul 19.30

Memang waktunya untuk makan malam. Hampir saja ia lupa.

"Aku suruh pelayan buat bikin ya?"ucap Theo. Ayam geprek Seline memang yang terbaik. Namun Seline tak mungkin memasak dengan kakinya yang seperti itu.

'huh, harusnya gue belajar masak.'batin Theo menimang.

"No. Aku mau makan diluar. Mumpung malem Minggu. Bisa kan?"tanya Seline.

"Anything for my Seline."jawab Theo diakhiri senyum. Dengan sigap Theo mengangkat Seline ala bridal style menuju mobil. 

Seline langsung mengalungkan kedua tangannya di leher Theo dan menenggelamkan wajahnya pada dada Theo.

Takut khilaf dia tuh.

***

"Untuk Selinenya Theo." Ucap Theo sambil menyerahkan ayam geprek pesanan Seline pada Seline.

"Makasi."ucap Seline sambil tersenyum.

"Kembali kasih."jawab Theo. Akhirnya mereka makan bersama dengan tenang.

***

"Theo."

Cekrek

Seline tertawa melihat hasil fotonya. Saat ini mereka sedang berada di taman kota setelah selesai makan.

"Seline! Hapus."ucap Theo kesal dengan cepat mencoba menarik handphone Seline. Wajahnya pasti jelek! Ia tak ingin Seline menjadi ilfil nantinya. Theo ga akan biarin itu!

Cekrek

Seline berhasil kembali memfoto Theo dan tertawa puas.

"Lucu banget. Tetep ganteng kok. Gausah dihapus ya."ucap Seline menggoda Theo. Tapi, lebih ke fakta si, karena memang faktanya, Theo tetap ganteng saat difoto dalam kondisi apapun.

Seline kembali tertawa saat ia memegang pipi Theo dan terasa hangat. Theo? Blushing?

"Lucu banget si Theonya Seline."ucap Seline gemas menarik kedua pipi Theo.

Diam diam Theo tersenyum tulus. Rasanya ia sangat bahagia hanya dengan melihat Seline yang bahagia. Hanya dengan hal sederhana seperti itu saja, Seline sudah terlihat sangat bahagia. Ia beruntung mendapatkan Seline yang tidak pernah menuntut apapun. Ia bahagia saat Seline bahagia. Karena itu, bukankah jika ia ingin bahagia maka ia harus terus membuat Seline bahagia?

'Theonya Seline'

Kata itu terus teringiang ngiang di fikiran Theo. Kata itu seperti mendeklarasikan bahwa Theo milik Seline.

Pipi Theo terasa panas hingga ke telinga.

'gue salting brutal.'batin Theo.

***

"Ayah, bunda."panggil Seline saat orang tuanya sedang berdiri didepan kamarnya. Seline memang sudah sampai rumah 20 menit yang lalu, sedangkan Theo? Dia sudah Seline usir.

Jika tidak diusir maka Seline yakin Theo tidak akan pernah mau pergi dari sisinya apalagi sampai pulang kerumah.

Morgan dan Widya segera mendekati Seline dan memeluknya. Widya bahkan menangis melihat Seline lagi dan lagi kembali terluka.

"Bagaimana kakimu? Sudah baikan?"tanya Morgan lembut sambil mengelus kepala Seline pelan.

Seline mengangguk. Pandangannya mengarah ke perut Widya yang sudah terlihat buncit. Ia tanpa sadar mengelus perut Widya.

"Halo? Apa kabar adik? Sehat terus ya."ucap Seline.

"Baik kakak."jawab Widya menirukan suara anak kecil membuat Semua tertawa.

"Seline."Seline menghentikan tawanya saat melihat Morgan yang menatapnya dengan tatapan serius.

"Apapun yang terjadi nantinya. Kami akan selalu menyayangimu."

***

"Seline. Ck."

Seline tersadar dari lamunannya saat mendengar panggilan disertai tepukan dari Theo. Seline masih kepikiran dengan perkataan Morgan semalam. Meski terlihat sederhana, namun kata kata itu cukup mengganjal untuk Seline. Rasanya firasatnya tidak enak.

"Kamu beneran mau bolos?"tanya Seline mengalihkan pembicaraan dan memastikan. Yang benar saja, Theo sudah berada dirumahnya sejak jam 5 pagi dan mengatakan bahwa dia tidak akan masuk sekolah karena ingin menemani Seline.

"Iya. Kan udah bilang tadi."jawab Theo acuh tak acuh. Masalah nya ini sudah pertanyaan ke 18 dari Seline. Ia bahkan sudah lelah menjawab.

"Aku ga mau ya punya calon suami goblok."cibir Seline pedas. Ia hanya bercanda, ia ingin Theo tetap masuk sekolah.

"Heh! Omongannya!" Ucap Theo.

"Apa? Kan bener. Ga sekolah ntar goblok."pancing Seline. Sepertinya, membuat Theo kesal akan menjadi hobi barunya.

"Goblok goblok."ucap Theo menirukan Seline yang langsung dibalas Seline dengan menatap Theo tajam.

"Ck. Aku bakal tetep pinter meski bolos sebulan."ucap Theo bangga.

"Cih, Zion juga ganteng, tapi ga sombong."komentar Seline.

Theo langsung kesal saat Seline tiba tiba membawa nama Jamet.

"Pinteran aku, gantengan aku, kaya an aku."ucap Theo tak mau kalah.

"Sorry aku ga Mandang fisik."ucap Seline.

"Iya, Tapi Mandang harta."lanjut Theo.

"Itu tau."jawab Seline santai.

Theo mengelus dadanya sabar.

'untung gue kaya.'batin Theo.

"Tapi Zion juga kaya kok. Kalo aku sama dia digabung jadi kaya kaya."gumam Seline yang masih didengar oleh Theo.

"Eca juga cantik. Kalo aku sama dia digabung jadi tampan dan cantik."jawab Theo menirukan ucapan Seline.

"Siapa Eca?"tanya Seline memincingkan matanya. Ia tak pernah dengar nama Eca. Apalagi ini Theo yang menyebut.

Ingat, Theo.

"Eh? Dia? Psikolog yang rawat aku." Jawab Theo ragu?

Seline mengerutkan keningnya.

"Waktu itu bukannya aku bilang kamu mulai konsul setelah bunda 4 bulan?"tanya Seline.

Bukan apa apa, Seline ingin mendampingi Theo selama konsultasi. Namun pada saat itu, ia masih belum siap. Ia masih terpukul dengan kepergian bi Lusi. Seline bahkan sudah mendapatkan psikolog terbaik untuk Theo. Ia tak tau bahwa ternyata Theo sudah menemukannya sendiri bahkan sudah mulai? Dan apa itu tadi? Eca? Perempuan?

"Maaf. Aku, aku cuma pengen aku cepet sembuh. Dan aku juga ngga mau merepotkan Seline. Itu aja."ucap Theo sambil menunduk dan meremas tangannya sendiri.

Eca

Nama itu terngiang ngiang difikiran Seline. Entah mengapa ia merasa dejavu mendengar nama itu.

"Siapa Eca? Apa aku kenal?"tanya Seline pada Theo.

Theo langsung mendongak lalu mengangguk.

"Dia kerabat jauhmu. Selama ini dia tinggal diluar negeri. Kita pernah bertemu dengannya saat kecil."ucap Theo menjelaskan.

Kapan?

Satu pertanyaan itu melintas dikepala Seline. Seline rasa tidak pernah bertemu dengan orang yang bernama Eca. Apa itu adalah pertemuan sebelum dirinya memasuki dunia ini?

"Dia masih muda?"tanya Seline. Sungguh tidak ada ingatan apapun yang ditinggalkan Seline asli mengenai sosok Eca.

Theo mengangguk ragu. Theo heran saat melihat Seline yang seperti sama sekali tak mengingat Eca.

"Umurnya 22 tahun. Dia termasuk orang yang pintar sehingga bisa menyelesaikan kuliahnya dengan cepat. Aku memilihnya karena dia kerabat jauhmu. Aku fikir, mungkin kamu akan lebih tenang jika orang yang menangani ku adalah kerabatmu sendiri."jelas Theo panjang lebar.

Seline mengangguk mengerti. Dia mencoba mengenyahkan rasa mengganjal dihatinya. Rasanya bukan itu alasan dia merasa dejavu dengan nama Eca. Namun, ia lebih memilih diam.

"Kamu udah berapa kali Konsul?"tanya Seline iseng.

"4. Seminggu sekali."jawab Theo. Seingat Theo dia Konsul sudah yang ke empat kalinya. Karena ia Konsul seminggu sekali.

"Selama itu?"tanya Seline tak percaya. Ia bahkan baru mengetahui hal ini. Itupun karena ketidaksengajaan.

Theo terdiam.

"Lain kali, cobalah buat jujur apapun itu dan sekecil apapun. Ingat, hubungan awet didasari oleh kepercayaan. Jangan sampe karena kamu keseringan ngga jujur apalagi bohong sama aku. Kepercayaan aku ilang gitu aja. Kalo dasar hubungan aja udah goyah gimana hubungan itu mau awet?"ucap Seline memperingati Theo. Ia hanya tak suka saat seseorang menutupi sesuatu darinya. Sekali, dua kali, lalu berkali kali.

Theo menunduk mendengar ucapan Seline. Theo, jadi merasa bersalah.

"Maaf. Aku, kedepannya, aku akan jujur sama Seline."hanya itu yang bisa Theo katakan saat ini.

"Lain kali ajak aku. Meski dia kerabatku. Dia tetaplah seorang wanita. Jangan sampe, berawal dari pasien naik menjadi my husband."ucap Seline.

Entah mengapa Seline merasa aneh saat mengetahui ada wanita lain yang bisa dekat dengan Theo selain dirinya. Harusnya Seline senang bukan?

Tapi, entahlah. Seline sendiri bingung harus bagaimana.

"Apa, Seline cemburu?"tanya Theo pelan. Tatapan binar Theo membuat Seline menatap Theo datar.

"Oke. Jika keadaannya dibalik. Aku diam diam bertemu 'cowo'. Meski itu hanya 'berobat'. Apakah kamu akan terima?"tanya Seline menantang dan menekan kata cowo dan berobat.

Mengenai Zion, Seline benar benar hanya bercanda. Mana mungkin ia bersama Zion? Ia sudah menganggap Saskia seperti adiknya sendiri. Ia tak mungkin menikung Saskia bukan? Selain itu, sejak dulu, Seline tak pernah memasukkan Zion kedalam rencana hidupnya. Meski di kehidupan dulu Seline menyukai tokoh Zion, bukan berarti sekarang ia harus menyukai apalagi bersama Zion.

"Ngga. Seline ngga boleh ketemu cowo diam diam apapun alasannya. Oke. Besok aku akan mengajak Seline bertemu dengan Eca. Dan aku akan mengajak Seline setiap konsultasi."ucap Theo mutlak.

'begitu, lebih baik.'batin Seline.

***

Seline menatap mobil Theo yang meninggalkan perkara gan rumahnya. Ia masih teringat dengan Eca. Ia seperti melupakan sesuatu. Namun ia sendiri tak ingat apa itu. Ia bingung harus bertanya pada siapa.

Ngomong ngomong soal itu, apa Seline siap saat Theo berhasil sembuh dari traumanya?

Seline hanya, takut.

Ia yang terbiasa dengan Theo disekitarnya, Seline yang terbiasa Theo yang bergantung padanya, dan Seline yang terbiasa menjadi wanita satu satunya yang bisa disamping Theo. Apakah ia sudah siap jika keadaan suatu waktu berubah?

Seline akui, dia egois.

Dia hanya takut, Theo menemukan wanita yang lebih baik darinya setelah traumanya sembuh.

Jika orang lain mengira Theo lah yang bergantung pada Seline.

Itu salah.

Nyatanya, Seline juga membutuhkan Theo.

Kadang Seline merasa sendirian didunia ini. Hanya Theo, hanya dia lah yang selalu ada untuk Seline. Morgan dan Widya? Mereka memang ada, namun hanya Theo lah yang secara nyata selalu berada disampingnya dan memastikannya aman.

Dan selama ini, Seline tak pernah melihat Theo dekat dengan wanita manapun.

Lalu, saat mendengar Theo memuji wanita lain. Mengapa perasaan nya terluka? Rasanya ia benar benar tak rela. Seline benci perasaan ini. Katakanlah ia terlalu overthingking.

Tapi, coba kalian bayangkan, kalian bangun didunia yang sama sekali kalian tidak kenal. Dunia dimana nyawa seakan tak berarti.

Lalu saat ada seseorang yang menemanimu setiap hari, memprioritaskan mu bahkan menjadikanmu satu satunya mulai mengenal wanita lain dihidupnya, bolehkah dia egois?

Seline berusaha untuk tidak terbawa perasaan apapun selama ini. Ia hanya terlalu takut. Ia takut dikhianati oleh rasa itu sendiri.

Namun nyatanya, itu tak ada bedanya. Sekuat apapun ia berusaha, perasaan itu tetap muncul.  Seline tak bisa terus mengelak.

Seline mencintai Theo.

Seline menatap bulan dari balkon kamarnya.

"Theo. Gue harap Lo ga akan berubah apapun keadaannya. Gue, gue cinta sama Lo."gumam Seline lirih.

Entah kapan Seline siap mengucapkan kalimat itu didepan Theo.

Jika ia siap mengatakan itu, maka ia juga harus siap dengan segala konsekuensinya. Termasuk, sakit hati.

Seline menutup pintu balkonnya dan berjalan tertatih menuju ranjangnya.










***
VOTENYA JANGAN LUPA!

SEMANGAT UJIAN BUAT YG UJIAN

Mau Seline ngaku perasaannya cepet apa ntar aja?

Pernah denger kata "orang yang penting buat kita adalah orang yang pertama kali muncul difikiran kita saat kita sedih ataupun sedang dalam masalah."?

Ga semua cowo selingkuh

Tapi ga sedikit cowo yang selingkuh

Tapi, gue pernah dapet Vidio ini di TT

Cewe : kita buat perjanjian pranikah

Cowo : oke

Cewe : kalo diantara kita ada yang selingkuh, maka, seluruh harta orang selingkuh akan jadi milik orang yang diselingkuhi.

Cowo : ...

Ngerti kan?

Keknya, trik itu bisa dicoba😌🖐🏻

SPILL MAKANAN YANG ENAK MENURUT KALIAN👉🏻

Continue Reading

You'll Also Like

552K 37.1K 44
menikah dengan duke Arviant adalah hal yang paling Selena syukuri sepanjang hidupnya, ia bahkan melakukan segala cara demi bisa di lirik oleh Duke Ar...
1.9M 147K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
1.1M 103K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
132K 8.5K 42
Aletta Cleodora Rannes, seorang putri Duke yang sangat di rendahkan di kediamannya. ia sering di jadikan bahan omongan oleh para pelayan di kediaman...