Hello Max

By virgogerls

856K 79.1K 1K

Percayakah kamu akan transmigrasi? Awalnya, Althaia tak percaya akan transmigrasi yang terjadi pada novel-nov... More

00. ā€¢Prologā€¢
01. ā€¢Dunia Lainā€¢
02. ā€¢Sadarā€¢
03. ā€¢Bertemuā€¢
04. Althaia
05. Maximilian Archard
06. Bertemu lagi
08. Mata-mata
09. Luka
10. Murid Baru IHS
11. Max dan Dylan
12. Bimbang
13. Bertahan
14. Bahaya
15. Restu
16. Bukan Keluarga Bahagia
17. Mengunjungi Mama
18. Waktu Berdua
19. Malam Bahagia
20. Marah
21. Tak Sengaja Bertemu
22. Fakta Baru
23. Awal Kehancuran
24. Mimpi
25. Damai dan Bahagia
26. Berlalu
27. Pilihan
28. Maaf
29. Terikat
30. Firasat
31. Bertahan atau Meninggalkan?
32. End
X-tra Part 1&2
X-tra Part 3
announcement+ask
X-tra Part 4+5
Cerita Baru

07. Pulang

34.4K 3.5K 46
By virgogerls

Waktu menunjukkan pukul 14.00. Artinya, jam pulang sekolah akan segera berbunyi. Dan benar, tak lama kemudian, bel nyaring menggema seantero SMA Erlangga.

Banyak murid berbondong-bondong keluar dari kelas setelah guru yang mengajar mengakhiri pembelajaran.

Namun, hal itu tak berlaku bagi seorang Maximilian Archard. Laki-laki itu nampak santai berjalan di koridor kelas 12 menuju parkiran. Ia tak mengikuti mata pelajaran terakhir sebab ia memilih untuk bolos.

“HEI MAX!”

Teriakan itu menghentikan kegiatan Max yang hendak berjalan menuju motornya. Ia membalikkan tubuh dan menaikkan sebelah alisnya sebab melihat Diego dan yang lain menghampirinya.

“Lo lupa? Kita akan war sama geng Rajawali hari ini,” ucap Steve seraya berkacak pinggang.

Max menepuk jidatnya pelan. “Bangsat gue lupa! Pending bisa? Gue mau jemput cewek gue,” kata Max.

Diego mengernyit. “Cewek? Sejak kapan Lo punya cewek? Jangan halu deh lo.”

“Kepo lo!” ketus Max.

“Gak bisa, Max! Ini demi harga diri,” sahut Naufal.

Max mengacak rambutnya frustasi. “Wait, gue mau hubungi cewek gue dulu,” ucapnya dengan senyum mengembang yang terlihat aneh bagi Diego, Steve, Naufal, dan Julius.

Althaia

Sorry gue gak bisa antar Lo pulang karena ada yang lebih penting. Lo bisa pulang sendiri kan?|

|Gue malah bersyukur gak pulang sama Lo!!!

Awas aja Lo.|

Max tersenyum geli melihat room chatnya. Dan hal itu semakin membuat keempat laki-laki yang melihat Max mengernyit jijik.

“Asli Lo kayak orang stres,” ucap Steve dengan lirih.

Max menatap tajam ke arah Steve. Ia menyimpan handphone di dalam saku seragamnya seraya memasang helm.

“Anggota yang lain dimana?”

“Ada yang udah di markas, ada juga yang masih on the way.

Max mengangguk. Ia menginstruksikan keempat laki-laki tersebut untuk berangkat menuju markas.

[Hello Max]

“Lo pulang sama gue aja,” ucap Grace.

Althaia yang sedang memasukkan buku ke dalam tasnya menoleh. “Gak apa-apa? Rumah kita kan beda arah.”

“Gak apa-apa lah.”

“Oke.”

Setelah selesai memasukkan buku ke dalam tas, Althaia segera bangkit dari duduknya.

“Ayo pulang!” ucapnya yang langsung diangguki oleh Grace.

Keduanya berjalan beriringan di sepanjang koridor menuju parkiran tempat kendaraan Grace terparkir.

Di tengah perjalanan, Althaia merasakan tangannya dicekal oleh seseorang dengan begitu kencangnya. Ia memberontak dan melihat seseorang yang mencekalnya secara tiba-tiba. Mulutnya berdecih melihat Dylan yang ada di depannya dengan wajah terlihat marah. Entah karena apa.

“Gue pikir Lo gak akan macam-macam lagi sama Maudy, tapi ternyata dugaan gue salah! Lo masih aja ganggu Maudy,” desis Dylan seraya mengeratkan cengkraman di tangan Althaia.

Althaia meringis. “Sakit! Lo gila ya!” pekiknya kesal.

Grace pun tak tinggal diam. Ia berusaha melepaskan cekalan yang dilakukan oleh Dylan di tangan Althaia. Namun sia-sia, tenaga Dylan lebih kuat darinya.

Satu tangan Dylan yang lainnya merambat mencengkeram dagu Althaia dengan kencang. Seraya memojokkan tubuh gadis tersebut ke dinding.

“Gue udah berusaha sabar selama ini, melihat Lo semena-mena dan egois, tapi kalau Lo selalu menyakiti Maudy dalam hal apapun, gue gak akan tinggal diam! Dan gue akan balas apapun yang udah Lo perbuat ke Maudy, gak peduli kalau Lo cewek!”

“Gue gak ngapa-ngapain cewek Lo, bangsat!” teriak Althaia di sela rasa sakitnya.

“DYLAN LO KETERLALUAN! ALTHAIA CEWEK!” teriak Grace.

Dylan melepaskan cengkeraman di tangan dan juga dagu Althaia. Ia mengusap pipi Althaia begitu pelan sebelum menamparnya dengan cukup kencang. Dan membuat pipi Althaia memerah.

Althaia yang tak terima pun menendang perut Dylan dengan kencang. Ia terlanjur emosi dengan ucapan-ucapan Dylan tadi. Bahkan ia tak pernah menyentuh Maudy seujung jari pun.

Dylan tersungkur ke lantai akibat tendangan Althaia yang tak main-main. Wajahnya semakin memerah menahan emosi. Setelah itu, Dylan bangkit dan hendak melayangkan sebuah pukulan pada Althaia.

Namun, sebelum tangan Dylan mengenai wajah Althaia, sebuah tangan sudah mencegah terlebih dahulu.

Ketiganya menoleh dan langsung mendapati wajah Athena merah padam penuh amarah.

BUGH

Satu pukulan melayang di rahang Dylan. Dan pelakunya adalah Athena. Pukulan Athena tak main-main, wajah Dylan langsung membiru dengan luka sobek di sudut bibir.

“Itu peringatan dari gue karena ganggu Althaia! Kalau Lo sampai berani mengusik Althaia lagi, gue gak segan-segan buat habisi lo.”

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Athena menarik lengan Althaia untuk pulang. Tak lupa Grace yang juga mengikut.

Meninggalkan Dylan yang mengerang kesakitan akibat pukulan Athena tadi. Meskipun perempuan, tapi tenaga Athena tak bisa dianggap enteng. Sebab Athena mengikuti ilmu beladiri sejak kecil. Maka tak ayal jika kekuatannya cukup kuat. Bahkan jika mau, Athena Nia menumbangkan Dylan saat ini juga.

[Hello Max]

“Mana yang sakit?” tanya Athena meneliti wajah Althaia dengan seksama. Keduanya kini berada di kamar Althaia. Sejak melihat kejadian di sekolah tadi, Athena benar-benar tak tenang jika membiarkan adiknya tanpa pengawasan.

“Udah gak sakit,” jawab Althaia pelan. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang dengan tatapan menerawang jauh.

“Gue gak habis pikir sama Lo, bisa-bisanya suka sama cowok yang ringan tangan seperti dia,” omel Athena.

Althaia menghela nafas panjang. “Gue gak suka sama dia.”

“Kalau gak suka, kenapa Lo kejar-kejar dia?”

“Entah. Intinya gue udah gak suka sama dia.”

“Bagus! Sampai kapanpun gue gak akan biarin Lo sama cowok brengsek seperti dia.”

Ceklek

Baik Althaia maupun Athena menoleh ke arah pintu yang dibuka oleh Hani.

“Althaia, ada temanmu di depan,” ucapnya membuat Althaia mengernyit.

“Teman siapa? Grace?”

Mama Hani menggeleng. “Cowok. Mama belum pernah lihat dia sebelumnya.”

Althaia langsung bangun dari tidurnya. Berbeda dengan Athena yang kini dilanda kecemasan, takut jika laki-laki yang mencari Althaia adalah Dylan.

“Dylan?” tanya Athena pada Althaia.

“Gak mungkin Dylan.”

“Terus siapa? Memangnya Lo punya teman dekat cowok selain Dylan?”

“Gak tahu.”

Althaia beranjak keluar dari kamar untuk melihat siapa seseorang yang mencarinya. Sesampainya di depan pintu wajahnya membulat terkejut melihat sosok Max yang berdiri di hadapannya dengan senyum lebarnya.

“LO KOK BISA DI SINI?” teriak Althaia cukup kencang.

Athena yang kini berada di samping Althaia pun memindai penampilan Max dari bawah hingga atas. Ia berdecih sinis saat berpikiran jika Max adalah laki-laki berandal. Dilihat dari tampilannya yang urakan, juga wajah Max yang terdapat beberapa luka memar. Dan sepertinya luka tersebut baru didapatkan.

“Dia siapa?” tanya Athena membuka suara.

Max pun langsung maju dan mengulurkan tangannya di depan Athena. “Gue Max, calon suaminya Althaia,” ucapnya penuh percaya diri.

Althaia yang mendengarnya langsung melotot memperingatkan Max. Bukannya takut, Max justru terkekeh gemas melihat wajah Althaia yang lucu.

“Jangan percaya, ini orang suka ngaku-ngaku.”

“ATHENA MASUK!” teriak Mama Hani  dari dalam membuat Athena berdecak. Namun, mau tak mau ia harus masuk ke dalam. Meninggalkan Althaia dan Max sendirian di luar.

Althaia langsung menarik Max untuk duduk di kursi yang ada di teras.

“Lo ngapain sih ke sini?” tanyanya ketus.

“Obati gue,” ucap Max seraya menunjuk beberapa luka yang ada di wajah juga lengannya. Luka akibat tawuran tadi.

“Lo pikir gue babu!” Althaia menatap Max dengan tajam.

“Bukan. Lo itu ibu dari anak-anak gue nanti.”

“Cowok stres.”

“Yeah. Dan cowok stres ini yang akan jadi suami Lo di masa depan nanti.”

Althaia mengacak rambutnya frustasi. Ia beranjak dari duduknya hendak pergi ke dalam. Namun, lengannya dicekal oleh Max.

“Mau kemana?”

“KATANYA MAU DIOBATI.”

Lama-lama, Althaia terkena darah tinggi karena menghadapi laki-laki bernama Max. Bukannya memilik rasa pada Max, tapi ia merasa kasihan dengan luka yang ada di wajah Max. Ia masih memiliki rasa kemanusiaan.

Max menunggu Althaia mengambil obat ke dalam. Sesekali meraba wajahnya yang terdapat luka. Ia meringis merasakan perih saat luka tersebut terkena tangannya.

Max menoleh merasakan seseorang datang. Dan orang itu bukanlah Althaia. Melainkan Hani, yang Max ketahui adalah Mama Althaia.

Hani tersenyum melihat Max. “Diminum ya, maaf seadanya.”

“Makasih tante.”

“Sama-sama. Kalau begitu Tante masuk ya.”

Max mengangguk. Rasa hangat tiba-tiba merayap di hatinya saat melihat Hani. Ia seperti melihat sosok ibunya dalam diri Hani. Dan kerinduan itu kembali hinggap.

“HEH!”

Max tersentak kaget mendengar panggilan Althaia yang menurutnya aneh. Padahal ia memiliki nama.

“Sini!” perintah Althaia agar Max memajukan wajahnya. Max pun mengikuti perintah Althaia.

Jarak keduanya sangat dekat. Bahkan Max bisa mencium aroma vanilla yang menguar dari tubuh Althaia. Aroma yang membuatnya candu mulai detik ini.

“Lo tawuran?” tanya Althaia membuka suara. Ia sedikit meringis saat mengobati Max.

“Yes. Demi harga diri.”

Althaia kesal dan menekan luka Max dengan kuat. Hal itu sukses membuat Max memekik kesakitan.

“Lo yang tawuran, kenapa gue yang harus jadi dokter dadakan.”

Max tak menjawab. Ia sibuk mengamati wajah cantik milik Althaia yang berhasil membuatnya tertarik saat pertama kali bertemu. Dan ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadikan Althaia miliknya.

Tangan Max mengusap pipi Althaia yang terlihat memerah. Hal itu membuat Althaia mematung di tempat. Merasakan gugup luar biasa saat Max memajukan wajahnya hingga kini keduanya tak berjarak.

“Pipi Lo, kenapa?”

Akhirnya Althaia tersadar dari pikiran-pikiran anehnya. Ia refleks memegang pipinya bekas tamparan Dylan tadi.

“Gak kenapa-kenapa.”

Namun, Max tak percaya dengan jawaban yang diberikan oleh Althaia. Pasti ada sesuatu yang ditutupi oleh gadis tersebut. Dan Max akan mencari tahunya sendiri.

*•.¸♡ To Be Continue♡¸.•*'

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen.
Jika berkenan kalian bisa share ya. Terima kasih>.<

Continue Reading

You'll Also Like

571K 22.2K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
1.4M 127K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
87.3K 8.7K 18
[Complete]āœ”ļø Parralel Universe...adalah dunia lain yang sama dengan dunia kita, hanya saja kehidupan dan nasib yang terjadi berbanding terbalik. Cont...
8K 612 26
CERITA LENGKAP!! [13+] = Toxic Masa gua sama orang rendahan? Gak Level kali. Tanpa kusadari kata-kata 'gak level' menjadi kata andalanku untuk menola...