Sepotong luka

By Dewi_sulstri

33.9K 3.5K 88

Titaniyas Ambara. Wanita malang yang memohon kematiannya pada orang tercintanya, dia lebih memilih mati dari... More

1.
2.
3.
11.
4.
12.
5.
13.
6.
14.
7
8.
9.

10.

3.1K 284 4
By Dewi_sulstri

<<JANGAN LUPA FOLLOW& VOMMENT>>

Kasih tau kalo ada typo hehe:v

“Berhenti tersenyum bodoh, kamu terlihat menyebalkan. Untung saja, dia yang menemukan mu jika orang lain aku tak yakin kamu masih hidup sekarang ini” Sinis Bramasta menatap jengah kakak sepupunya, 20 menit terus tersenyum tanpa henti.

Klarvis tidak memperdulikan perkataan sinis Bramasta, dirinya sedang bahagia.

“Jika menyerang selalu membuat ku berada di dekatnya, aku akan sering-sering menyerang mereka sendirian” Seru Klarvis membuat Bramasta menatapnya tajam.

“Dasar idiot. Bisa-bisanya menyerang mereka tanpa rekan. Jika ingin mati beritahu aku, aku siap menjadi malaikat maut mu” Marah Bramasta.

Dua jam lalu Bramasta menerima telepon dari Bondan bahwa Klarvis menyerang musuh bebuyutannya tanpa membawa senjata atau pun rekan. Tentu semua orang panik langsung mencari dimana keberadaan pria itu.

“Saat itu aku kalut, melihat kondisi putra dan istriku” Balas Klarvis.

“Apa kalut bisa membuat orang bodoh? Hanya kamu yang kalut masuk ke kandang setan”

Klarvis melirik Bramasta sekilas. “Berhenti mengomel, kamu sudah seperti ibu ku saja. Apa kamu sudah mengirim bodyguard untuk putra pertama ku?” Tanya Klarvis serius.

“Hm”

“Beritahu Bondan agar menarik kembali pasukan, aku baik-baik saja” Lanjut nya direspon decakan kesal.

Mengambil handphone dan langsung menghubungi sepupunya itu.

Klarvis merebahkan tubuhnya di kepala tempat tidur, menatap plafon polos yang hanya terdapat sebuah lampu.

“Mereka benar, dia nampak berbeda” Lirih Klarvis memejamkan matanya.

Tok

Tok

Ceklek

“Bram, aku harus kembali ke rumah sakit. Tolong jaga dia untuk sementara waktu, dokter akan datang sebentar lagi” Jelas Fanya berdiri di depan pintu memakai pakaian casual sambil menggendong putra keduanya.

Bramasta yang sedang menelpon pun segera memutuskannya. “Nyonya akan kembali ke rumah sakit? Ini sudah larut malam” Balas Bramasta melirik sekilas arloji di tangannya.

“Aku tak bisa meninggalkan Ax sendiri, ya meski ada perawat dan bodyguard tapi tetap saja aku tak bisa tenang” Jelas Fanya menepuk punggung kecil Exel.

“Membawa tuan muda kedua?” Fanya mengangguk.

“Dia sedikit rewel, aku memutuskan untuk membawanya”

“Angin malam sangat tidak baik untuk kesehatan tuan muda kedua, apa tidak sebaiknya tuan muda di rumah saja?” Sedingin dan sedatar apa pun Bramasta, dia tetap peduli bagaimana pun Axel dan Exel tetap keponakannya.

“Bram benar, kalian di sini saja. Lagi pun di sana sudah banyak penjaga, kita bisa kembali besok pagi sebelum dia bangun” Jelas Klarvis berhasil mengundang tatapan curiga dari Fanya.

“Ada apa? Kenapa menatap ku seperti itu? Kamu tidak perlu khawatir putra kit--ah maksud ku putra mu aman dan baik-baik saja, aku bisa menjaminnya” Lanjut Klarvis ketika melihat tatapan curiga dari wanitanya.

Aku semakin curiga jika dia seorang penjahatBatin Fanya.

“Sebelumnya terima kasih atas kebaikannya, tapi maaf sekali tuan tawaran sebagus itu aku tolak dan anda tidak perlu menjamin keselamatan putra ku. Bram, siapkan mobil” Tegas Fanya berlalu pergi meninggalkan Klarvis yang terdiam.

“Tidak usah berkecil hati, dari awal dia memang sudah keras” Ujar Bramasta hendak pergi namun Klarvis menahannya.

“Tunggu, aku ikut” Cegat Klarvis mencoba bangun dari tempat tidur nya.

Bramasta menahan bahu Klarvis cepat. “Jangan macam-macam kak, kamu sedang sakit. Istirahat saja, aku akan mengantarkan kakak ipar dengan selamat” Ujar Bramasta.

“Tapi, aku tak tega membiarkan pergi sendiri” Bantah Klarvis.

“Jika kakak pergi sekarang dia akan memutuskan untuk merawat kakak di rumah sakit, sangat kecil kemungkinan untuk kakak bertemu dengannya lagi. Sekarang waktunya, ambil langkah untuk mendekatinya kamu tak perlu lagi memantau mereka dari layar monitor atau pun menunggu laporan kami. Dan ada aku yang akan menjaga kakak ipar” Potong Bramasta.

Dia tau kakak nya sangat bodoh dalam urusan cinta jadi dia sebagai adik yang baik akan membantunya.

“Kakak sudah melewati masa pertumbuhan Ax jangan sampai kakak juga melewati pertumbuhan Ex” Lanjut Bramasta.

Klarvis termenung, adiknya benar dia sudah gagal menjadi ayah untuk Axel jangan sampai dia juga gagal untuk Exel.

“Pergilah, jaga wanita ku” Suruh Klarvis di respon anggukan mantap pria muda itu.

“Besok adalah langkah awal kita, tolong bekerjasama lah untuk kembali bersama” Setalah nya pria itu tertidur menunggu esok pagi dengan kehidupan baru.

‡‡‡‡‡

Matahari sudah mulai menampakkan wujudnya, sinarnya menerobos masuk kedalam celah-celah jendela mengganggu pria kecil yang tertidur nyenyak.

“His matahari menyebalkan, menyingkir lah aku masih mengantuk” Kesal Axel.

Fanya yang sedang memberi Exel sarapan pun terkekeh geli, melihat mulut anak pertamanya mengomel namun matanya yang masih tertutup.

“Hari sudah siang, kakak tidak ingin bangun? Adik kecil saja sudah mandi kok kakaknya masih tidur” Sindir Fanya.

Dengan kesal Axel membuka matanya, menatap pancaran sinar matahari dengan tajam.

“Pengganggu” Sinis nya beralih menatap ibunya dengan lembut.

“Mami disini kan kakak yang sedang sakit seharusnya kakak yang di suapi bukan adik” Rengek Axel mengambil duduk di hospital bed.

Fanya terkekeh menatap wajah kesal putra pertamanya. “Kakak sudah besar jadi bisa makan sendiri, kalau adik masih kecil perlu bantuan mami untuk makan" Goda Fanya menatap Axel jahil.

“Kan ada bibi Jini, berikan saja adik pada bibi. Mami bantu kakak” Balas Axel dengan nada cemburu.

“Bibi Jini pulang kampung pagi tadi, jadi tidak ada yang menjaga Ex”

“Masih ada bibi Mey”

“Bibi Mey sudah tua, adik Ex akan merepotkan nya”

“Kalau begitu titipkan adik ke panti asuhan” Kesal Axel sedikit berteriak.

Fanya melotot garang. “Heh mana boleh seperti itu, kamu pikir membuat adik mu ini tidak sulit. Ya meski bukan aku yang membuatnya” Seru Fanya melirih di akhir kalimat.

Axel menatap cemberut pada ibunya. “Mami” Teriak Axel kesal, matanya sudah berkaca-kaca.

Fanya terkekeh mengelap mulut Exel dengan tisu basah lalu menggendongnya mendekat pada Axel.

“Lihatlah adik, kakak mu akan menangis” Ledek Fanya duduk kursi samping Axel.

Exel merespon dengan suara dan wajah tengil nya membuat Axel melotot pada adiknya itu.

“Mami lihat wajah adik meledek” Adu Axel.

Cup

“Tidak tuh, wajah adik tampan” Balas Fanya mencium pipi Exel.

Melihat itu Axel semakin melotot. “Mami ini tidak adil, pertama Mami menyusui Ex. Kedua mencium Ex ini namanya pilih kasih” Ujar Axel menangis.

Fanya tertawa cukup keras hal itu membuat Axel semakin menangis kencang.

“Haha lihat wajah jelek kakak mu itu, Ex” Ujar Fanya di sela tawanya.

Ceklek

“Eh apa saya mengganggu waktu pasien?” Ujar seorang dokter muda yang masuk kedalam ruangan Axel.

Fanya menghentikan tawanya menoleh pada dokter muda itu. “Ah tidak dokter, silakan masuk” Ujar Fanya beranjak berdiri.

Dokter bertag nama Zee, tersenyum ramah masuk dikuti dua suster di belakangnya.

“Selamat pagi, bagaimana pagi mu apakah menyenangkan” Sapa dokter Zee pada Axel yang terdiam.

“Sangat buruk” Balas Axel sinis mengusap kasar air matanya.

Fanya menahan tawanya. Sedangkan dokter Zee tersenyum canggung.

“Baiklah mari langsung saja, ibu dokter periksa ya”

Axel membiarkan dokter Zee memeriksa, tapi matanya masih menatap sang adik tajam.

“Kondisi putra anda sudah membaik, tetap jaga kesehatan nya jangan dibiasakan untuk menahan lapar, perbanyak minum air putih dan makanan yang berkhasiat” Jelas dokter Zee menatap Fanya.

Fanya sedikit menyunggingkan senyum tipisnya. “Terima kasih atas sarannya, saya akan lebih ketat lagi menjaga pola makan nya”

Dokter Fanya tersenyum beralih menatap Axel. “Cepat sembuh anak baik, kalau begitu saya pamit”

“Tunggu. Apa saya sudah di bolehkan pulang?” Tanya Axel.

“Melihat kondisi mu, sepertinya boleh. Tapi tunggu sampai cairan infusnya habis kamu baru boleh pulang” Jelas dokter Zee lembut.

Axel melirik sekilas kantong infus itu yang ternyata masih cukup banyak. “Itu akan lama, dia menetes sangat lambat. Apa perlu saya meminumnya saja, itu jauh lebih cepat”

Fanya menatap Axel ngeri. “Jika ingin mati silakan saja” Sinis Fanya.

“Mami sangat jahat” Rajuk Axel menutup kepalanya dengan selimut.

Menghela napas. “Saya minta maaf atas tingkah putraku, sekali lagi terima kasih akan saya hubungi kembali jika infus nya sudah habis” Papar Fanya.

“Tidak apa-apa, semoga putra anda cepat sembuh. Kalau begitu saya permisi” Fanya hanya tersenyum tipis menatap kepergian dokter dan susternya pergi.

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 148K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
338K 19.7K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
319K 18.6K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
57.5K 6.1K 23
Zoana lexy, sebuah karakter piguran dalam sebuah novel, dimana piguran itu baru saja keluar dari hutan, dan mati saat bertemu dengan pemeran utama. ...