Fighter's Prejudice (Tamat, P...

By Sheila_Mu

364 101 45

Pasca kehancuran bumi 150 tahun silam, tatanan baru kehidupan dimulai di Prexogalla. Namun kemunculan Blatta... More

Intro
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21(End)

Bab 8

14 4 0
By Sheila_Mu

Sinar matahari yang mengintip dari celah jendela membangunkan Albie. Untuk pertama kalinya setelah kemunculan blatta Albie baru merasakan yang namanya tidur pulas. Entah karena jaiden yang memberi warna baru dalam hidupnya, atau karena dia telah berhasil memusnahkan setidaknya tiga sarang blatta.

Albie berjalan tergesa menuju bangunan berbentuk persegi panjang yang merupakan kamar para Hunter. Niatnya ingin menemui Jaiden karena lelaki itu kemarin berjanji akan membawa Albie untuk menemukan fakta baru tentang sarang blatta. Entah mengapa Albie sempat menahan napasnya sebelum membuka salah satu kamar di ujung lorong yang baru saja kemarin dia berikan kepada jaiden untuk ditempati.

Sayangnya begitu mengetuk pintu, tidak ada jawaban dari dalam kamar. Albie memanggil Jaiden beberapa kali dan tetap tidak mendapatkan jawaban. Padahal ketika Albie terbangun dari tidurnya dia sudah membayangkan akan melihat senyum Jaiden yang meneduhkan. Dia juga mengharapkan menjadi sosok pertama yang Jaiden temui pagi ini.

Albie ingin berbalik menuju tempat lain, tetapi entah tekad dari mana yang membawanya melangkah menuju petak kamar dan menyusuri ruangan yang penuh dengan aroma Jaiden. Diam-diam perempuan itu tersenyum masam. Jatuh cinta bisa membawanya menjadi sosok yang tidak punya sopan santun karena menyusup ke kamar orang lain, sekali pun orang itu merupakan orang terdekatnya saat ini.

Tidak ada yang aneh dengan ruangan yang ditinggali Jaiden, tidak ada barang-barang selain pakaian yang biasa digunakan untuk bertempur dengan blatta. Albie duduk di atas tempat tidur dengan alas kain putih. Perempuan itu mengusap permukaan tempat tidur dengan tangannya, keajaiban apa yang terjadi sampai dia begitu tergila-gila pada sosok yang semalam tidur di tempat itu.

Lalu dengan tidak tahu malu Albie meraih bantal Jaiden dan menghirupnya dalam-dalam. Matanya terpejam membayangkan bagaimana lelaki pemilik bantal ini tersenyum, lagi-lagi membuat dadanya tergelitik.

Albie sadar diri, lantas dia menyimpan kembali bantal itu di tempat semula, tetapi gerakan tangannya terhenti kala melihat sebuah lembar serat pohon yang dilipat dan sengaja disimpan di bawah bantal.

Kemarin Albie memang sempat melihat Jaiden mengantongi benda itu, tetapi tidak menyangka isinya begitu penting sampai dia menyimpannya di bawah bantal.

Sebelum mengambil lembaran serat pohon itu terlebih dahulu Albie menyeret langkahnya untuk menutup pintu.

Yang Albie lihat adalah gambar seekor blatta lengkap dengan coretan-coretan dengan bahasa ilmiah yang tidak begitu dia pahami. Keningnya berkerut, memperhatikan bagian demi bagian dengan tulisan yang berbeda.

Di bagian paling bawah tertulis salah satu bakteri yang ditemukan di bagian tubuh blatta,

Pseudomonas aeruginosa, bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil. Tulisan tangan Jaiden yang rapi tidak membuat Albie kagum, dia justru sangat kebingungan. Ada satu misteri yang disembunyikan oleh Jaiden. Albie bertekad akan menguaknya.

*

Berhasil menyusup ke salah satu gedung membuat Jaiden ketagihan. Lelaki itu sangat optimis bisa mengulang keberhasilan dan menemukan Museum Bumi serta data yang dia perlukan untuk melanjutkan penelitian.

Karenanya pagi-pagi sekali pemilik badan tegap tersebut meninggalkan kamar, mengendap selayaknya seorang penyusup.

Ada satu gedung yang menarik perhatiannya, orang-orang yang diduga prodigy serta Hunter lalu-lalang melewati pintu masuk yang dijaga ketat oleh penjagaan robotic serta Hunter.

Jaiden menegakkan tubuhnya, berusaha berjalan dengan percaya diri. Mengikuti orang-orang yang lalu-lalang melewati pintu tersebut.

Penjagaan benar-benar ketat, selain menunjukkan kartu identitas seluruh tubuh digeledah. Tidak dapat dipungkiri, meskipun dia sangat yakin dengan diri sendiri perasaan takut tetap menyelinap.

Ekor matanya mengarah ke salah satu penjaga yang bersiap memeriksa tubuhnya. Dia berharap degup jantungnya yang menggila tidak ikut terdeteksi.

Begitu lampu indikator pemeriksaan berubah warna menjadi biru, Jaiden mendesah lega. Luar biasa, meski dirinya harus mati-matian menyembunyikan hologram berfoto Hunter lain. Ternyata penjagaan di Greamor masih bisa ditembus dengan mudah.

Begitu melewati pintu besar yang dijaga oleh dua Hunter, Jaiden barulah mengerti kalau tempat itu seperti sebuah pabrik. Atau mungkin bengkel, dia tidak tahu persis sampai akhirnya berjalan ke depan, melihat sendiri bagaimana pekerja-pekerja menyusun sebuah kapsul besar.

Pertanyaan-pertanyaan yang berlompatan di kepalanya, dia simpan. Akan sangat mencurigakan Jika seorang Hunter, tidak mengetahui apa yang sedang dibuat di tempat ini.

Langkah kakinya berhenti, di sebuah pijakan yang mana di sana banyak sekali Prodigi yang memimpin jalannya pekerjaan. Ada sebuah papan besar, sketsa kapsul yang sedang dikerjakan oleh pekerja.

"Maaf, Hunter dilarang masuk ke area ini. Silakan kembali ke belakang." Prodigi berwajah ketus mengusir Jaiden tanpa perasaan.

Jaiden mengangguk, takzim. Bukan tempat ini tujuannya, tetapi dia juga masih enggan untuk keluar. Ada banyak yang bisa dia temukan di tempat ini.

*

"Whoaaah!" Albie terlonjak kaget setelah pelan-pelan membuka pintu kamar Jaiden. Logan berdiri tepat di depan kamar itu.

"Khan! Apa yang Anda lakukan di sini?" tegur Logan.

"Tidak ada," tegas Albie.

"Khan, ini salah," cetus Logan. "Sepanjang sejarah prodigi yang terhormat tidak boleh bersatu dengan Hunter."

Albie tertegun, tidak pernah sekalipun dia mengumbar tentang hubungannya dengan Jaiden. Hanya dia yang tahu, dengan Jaiden tentu saja.

"Apa yang Jaiden ceritakan kepadamu logan?"

Logan menangkap ketakutan dalam suara Albie. Dari raut wajah perempuan itu terjawab sudah apa yang menjadi pertanyaan Logan selama ini.

"Saya bisa melihat, Khan. Tolong hentikan semuanya sebelum Khan Damian mengetahui semuanya."

Ada nada permohonan dalam getar suara lelaki itu. Albie hanya menatap Logan tanpa bisa memberikan jawaban. Logan dengan setia menanti jawaban dari Albie. Albie hanya membuka bibirnya tidak ada suara, dia tiba-tiba membisu.

"Khan, anggap permohonan ini adalah permohonan pria yang ingin melindungi sahabatnya. Kumohon."

Albie tertegun tanpa bisa berkata apa-apa. Bayangan diharuskan berpisah dengan Jaiden menjadi sesuatu yang terasa menyesakkan dada. Baru saja dia merasakan percik-percik kebahagiaan, rasanya tidak rela jika harus melepas kebahagiaan itu begitu saja.

Lagi pula, baik Prodigi maupun Hunter sama-sama manusia yang berhak memperjuangkan perasaannya.

Pada akhirnya Albie hanya bisa mengangguk sekilas sambil membuang pandangannya ke arah lain. Tanpa menunggu lama lagi, dia memilih meninggalkan tempat itu agar tidak terus berhadapan dengan Logan.

Logan adalah seorang Hunter yang sangat dipercaya oleh Damian untuk menjaga Albie sejak kecil. Loganlah yang mengajarkan berbagai hal kepada Albie. Dibandingkan dengan seorang Hunter, Logan memang lebih pantas disebut sebagai seorang sahabat. Ada banyak sekali momen di antara Logan dan Albie, tanpa Albie sadari ada rasa lain yang dipendam Logan bertahun-tahun lamanya.

"Tunggu!" teriak Logan.

Albie berhenti dan langsung menoleh.

"Kalaupun tidak ada batas antara prodigi dan Hunter, kenapa harus dia? Masih banyak yang lebih dari sekadar Jaiden."

Jika memang harus melanggar batas dan norma, kenapa saya yang terlebih dahulu masuk ke kehidupan Anda tidak bisa menjadi seperti dia.

Logan tidak sanggup mengutarakan isi hatinya.

"Aku hanya mau dia." Bisik Albie. Dia menantang Logan dengan tatapan tajam matanya. Albie seakan menegaskan bahwa keinginannya sama sekali tidak bisa dibantah.

"Dia bukanlah yang terbaik untuk Anda, Khan. Salah kami sedang menyelidiki dan mencari kebenaran tentang pria bernama Jaiden Smith. Satu hal yang harus Anda ketahui bahwa ...."

"Cukup!" potong Albie. "Jangan pernah membuat alasan yang mengada-ngada, jika bukan karena Jaiden, kami tidak akan menemukan sarang blatta dan memberantasnya dengan mudah. Lakukan saja tugasmu dengan benar jangan mengusik kehidupan orang lain."

Kali ini Albie benar-benar pergi, meski sebenarnya dia melihat ada luka di tatapan mata Logan.

Ketika keluar dari ruangan itu, dengan rakus menghirup udara banyak-banyak. Ketahuan menyelinap ke kamar Hunter cukup memalukan. Di tambah setiap perkataan Logan benar-benar membuatnya sesak.

Asap hitam membumbung di arah selatan pertanda adanya blatta yang berhasil dilumpuhkan. Ingatannya kembali pada potongan-potongan tulisan yang tersimpan rapi di bawah bantal Jaiden.

Entah harus mulai dari mana untuk mengungkapkan semuanya, jika langsung bertanya kepada Jaiden maka lelaki itu akan tahu kalau Albie lancang masuk ke kamarnya.

Jika dia pendam dan menunggu Jaiden mengungkapkan dengan sendirinya, maka misteri itu akan terus menghantuinya siang dan malam.

*

Jaiden menemukan jawaban tentang kapsul raksasa yang dia lihat gedung itu. Kapsul-kapsul itu memiliki pintu di sisi kanannya, yang jika dibuka menampakan bagian dalam yang bisa dinaiki oleh manusia.

Banyak korban yang berjatuhan, mereka tidak sempat tertolong karena terlambat diberikan pertolongan. Untuk itulah mereka menciptakan benda tersebut, yang kemudian ditarik oleh eageleon guna membawa seluruh korban tersebut Clinic.

Satu lagi ide yang bisa Jaiden terapkan untuk dipraktikkan di Eqouya. Dengan kecerdasannya, Jaiden mampu membuat dan mendesain alat pengangkut itu menjadi lebih baik dari yang sekarang.

Mungkin tidak hanya digunakan untuk mengangkut korban-korban blatta yang berjatuhan. Tetapi bisa dijadikan alternatif pengganti eageleon yang langsung ditunggangi.

Puas melihat-lihat di bagian dalam tempat pembuatan kapsul-kapsul tersebut, Jaiden kembali menyelinap. Misi yang sebenarnya belum bisa dia selesai. Mencari Museum Bumi dan mengumpulkan data tentang serangga cikal bakal lahirnya blatta di Prexogalla.

Dengan langkah yang ringan, Jaiden menyusuri jalanan sepi. Sampah-sampah berterbangan di beberapa area, sangat disayangkan semua tatanan kota agak berantakan sejak kemunculan blatta.

Meskipun hari ini dia tidak berhasil mencapai ke Museum Bumi, tetapi dirinya yakin, setelah hari ini akan mendapatkan semua yang dia butuhkan. Rasanya tidak sabar, ingin bertemu dengan Laura dan menceritakan semua penemuannya di Greamor.


Continue Reading

You'll Also Like

452K 33.4K 24
[ BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] @rryaxx_x8 Adrea tidak percaya dengan yang namanya transmigrasi. Mungkin didalam novel itu wajar. Tapi bagai...
13.4M 1.1M 81
β™  𝘼 π™ˆπ˜Όπ™π™„π˜Ό π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β™  "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
8.4M 518K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
Morgan Story By Enjoyxyl

Science Fiction

38.3K 3.1K 15
[BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] @rryaxx_x8 Amora Stephanie putri Gadis cantik, kaya, dan pintar yang hampir dikatakan sempurna. Apapun yang d...