Bab 8

14 4 0
                                    

Sinar matahari yang mengintip dari celah jendela membangunkan Albie. Untuk pertama kalinya setelah kemunculan blatta Albie baru merasakan yang namanya tidur pulas. Entah karena jaiden yang memberi warna baru dalam hidupnya, atau karena dia telah berhasil memusnahkan setidaknya tiga sarang blatta.

Albie berjalan tergesa menuju bangunan berbentuk persegi panjang yang merupakan kamar para Hunter. Niatnya ingin menemui Jaiden karena lelaki itu kemarin berjanji akan membawa Albie untuk menemukan fakta baru tentang sarang blatta. Entah mengapa Albie sempat menahan napasnya sebelum membuka salah satu kamar di ujung lorong yang baru saja kemarin dia berikan kepada jaiden untuk ditempati.

Sayangnya begitu mengetuk pintu, tidak ada jawaban dari dalam kamar. Albie memanggil Jaiden beberapa kali dan tetap tidak mendapatkan jawaban. Padahal ketika Albie terbangun dari tidurnya dia sudah membayangkan akan melihat senyum Jaiden yang meneduhkan. Dia juga mengharapkan menjadi sosok pertama yang Jaiden temui pagi ini.

Albie ingin berbalik menuju tempat lain, tetapi entah tekad dari mana yang membawanya melangkah menuju petak kamar dan menyusuri ruangan yang penuh dengan aroma Jaiden. Diam-diam perempuan itu tersenyum masam. Jatuh cinta bisa membawanya menjadi sosok yang tidak punya sopan santun karena menyusup ke kamar orang lain, sekali pun orang itu merupakan orang terdekatnya saat ini.

Tidak ada yang aneh dengan ruangan yang ditinggali Jaiden, tidak ada barang-barang selain pakaian yang biasa digunakan untuk bertempur dengan blatta. Albie duduk di atas tempat tidur dengan alas kain putih. Perempuan itu mengusap permukaan tempat tidur dengan tangannya, keajaiban apa yang terjadi sampai dia begitu tergila-gila pada sosok yang semalam tidur di tempat itu.

Lalu dengan tidak tahu malu Albie meraih bantal Jaiden dan menghirupnya dalam-dalam. Matanya terpejam membayangkan bagaimana lelaki pemilik bantal ini tersenyum, lagi-lagi membuat dadanya tergelitik.

Albie sadar diri, lantas dia menyimpan kembali bantal itu di tempat semula, tetapi gerakan tangannya terhenti kala melihat sebuah lembar serat pohon yang dilipat dan sengaja disimpan di bawah bantal.

Kemarin Albie memang sempat melihat Jaiden mengantongi benda itu, tetapi tidak menyangka isinya begitu penting sampai dia menyimpannya di bawah bantal.

Sebelum mengambil lembaran serat pohon itu terlebih dahulu Albie menyeret langkahnya untuk menutup pintu.

Yang Albie lihat adalah gambar seekor blatta lengkap dengan coretan-coretan dengan bahasa ilmiah yang tidak begitu dia pahami. Keningnya berkerut, memperhatikan bagian demi bagian dengan tulisan yang berbeda.

Di bagian paling bawah tertulis salah satu bakteri yang ditemukan di bagian tubuh blatta,

Pseudomonas aeruginosa, bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil. Tulisan tangan Jaiden yang rapi tidak membuat Albie kagum, dia justru sangat kebingungan. Ada satu misteri yang disembunyikan oleh Jaiden. Albie bertekad akan menguaknya.

*

Berhasil menyusup ke salah satu gedung membuat Jaiden ketagihan. Lelaki itu sangat optimis bisa mengulang keberhasilan dan menemukan Museum Bumi serta data yang dia perlukan untuk melanjutkan penelitian.

Karenanya pagi-pagi sekali pemilik badan tegap tersebut meninggalkan kamar, mengendap selayaknya seorang penyusup.

Ada satu gedung yang menarik perhatiannya, orang-orang yang diduga prodigy serta Hunter lalu-lalang melewati pintu masuk yang dijaga ketat oleh penjagaan robotic serta Hunter.

Jaiden menegakkan tubuhnya, berusaha berjalan dengan percaya diri. Mengikuti orang-orang yang lalu-lalang melewati pintu tersebut.

Penjagaan benar-benar ketat, selain menunjukkan kartu identitas seluruh tubuh digeledah. Tidak dapat dipungkiri, meskipun dia sangat yakin dengan diri sendiri perasaan takut tetap menyelinap.

Fighter's Prejudice (Tamat, Proses Revisi)Where stories live. Discover now