Bab 20

12 5 1
                                    

Na Malova, adalah sebuah pernyataan cinta yang tidak boleh sembarangan diungkapkan. Dan Jaiden sudah mengatakan itu lebih dari satu kali kepada Albie. Keduanya sama-sama memiliki perasaan yang sama. Sayangnya ada satu kekhawatiran yang dirasakan mereka. Cinta keduanya tidak bisa bersatu.

Setelah setengah abad akhirnya dua wilayah yang berseteru melakukan sebuah kerja sama untuk memberantas blatta. Dengan syarat, Damian tidak menghendaki adanya imbalan apa pun termasuk peralihan kekuasaan di Prexogalla.

Elijah yang memang tidak pernah gila terhadap kekuasaan menyetujuinya. Hidup damai bersama penduduk Eqouya saja sudah lebih dari cukup untuk Elijah. Sayangnya keputusan kedua belah pihak yang bersyarat itu mengundang kegelisahan Albie dan Jaiden. Apakah pengesahan hubungan keduanya akan dianggap salah satu syarat bagi dua orang tua yang baru saja berdamai itu?

“Lakukan saja tugas kita, jika satu masalah bisa kita hadapi bersama tanpa kendala maka ke depannya kita tidak akan pernah kesulitan.” Jaiden mengeratkan genggaman tangannya saat mereka akan berpisah. Albie akan pulang dan mulai memimpin untuk proyek pembangunan sarang jebakan di dua wilayah, Greamor dan Eqouya.

Selain itu Albie juga akan membuat dan memperbanyak senjata yang akan melumpuhkan blatta. Sementara Jaiden tentu saja akan membuat beberapa formulasi spray dan pengasapan, aerosol dan juga baiting gel.

“Tolong yakinkan aku bahwa usaha ini tidak sia-sia,” pinta Albie. Matanya sendu, ada sedikit keraguan setelah syarat yang diberikan oleh Damian membuat mentalnya sedikit jatuh.

“Apakah kamu ragu setelah kita melangkah sejauh ini? Di mana Albie yang selalu percaya diri dan optimis?”

Jaiden mendekat, tangannya dibiarkan mengelus pipi Albie, menyentuhnya memberikan seedikit rasa nyaman meski ragu masih tersimpan dalam diri Albie. Keraguan untuk bisa bersatu tanpa hambatan apa-apa.

Apalagi setelah melihat Laura, prodigi yang memiliki kecerdasan tinggi. Cantik dan mungkin Elijah akan berpikir gadis itu lebih pantas bersama Jaiden dibandingkan dengan dirinya. Lihat saja, dari segi penampilan pun sangat berbeda jauh, Albie tidaklah anggun. Rambutnya selalu terikat dan tangannya kasar.

“Jangan berpikir macam-macam. Masalah sebesar ini saja bisa kita lewati bersama, percayalah masalah cinta kita akan bisa dilewati semudah ini juga.” Jaiden mengelus pipi Albie, jarak keduanya semakin dekat. Albie bahkan bisa merasakan hangat napas Jaiden menyapu permukaan pipinya.

Debar dalam dada tidak dapat mereka redam. Sampai akhirnya Damian lah yang memisakan kedekatan itu.

“Mari kembali,” ajak lelaki setengah baya itu. Tidak ada ekspresi pada wajahnya dia lalu berbalik meninggalkan Albie yang tengah dibakar rasa takut selayaknya seorang gadis yang ketahuan Da mereka saat bersama kekasih pertamanya.

“Semangat dan lakukan yang terbaik,” pesan Jaiden. Albie mengangguk dan tersipu karena bersamaan dengan itu Jaiden mengecup punggung tangannya.

Sebagai tanda penghormatan, rombongan Damian beserta Albie dan juga Hunter yang mengawalnya diantarkan sampai penghujung The infinite Canal.

“Jangan mengecewakanku.” Hanya itu yang diucapkan Damian ketika pada akhirnya mereka sampai di istana pemerintahan di Greamor.

Diberikan kesempatan untuk yang kesekian kalinya membuat Albie harus benar-benar serius menangani semuanya dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Ketakutannya dijadikan kekuatan untuk bisa menyelesaikan semua sesuai dengan apa yang diharapkan.

Albie tidak membuang waktu, dikumpulkannya Hunter dan juga pekerja yang akan membangun sarang buatan untuk menjebak blatta, sisanya dikerahkan untuk membuat senjata yang akan digunakan untuk melumpuhkan makhluk itu.

Fighter's Prejudice (Tamat, Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang