"Jin, ini kenapa tanjakannya ga selesai selesai? cape gue"
"brenti ngeluh, lo ga biasanya ngeluh Min" sarkas Hyunjin yang terus jalan didepannya
Seungmin diam, ntah kenapa dia malas untuk bicara dan memberi tahu bahwa kepalanya sangat sakit
daritadi Seungmin jalan menanjak sambil memegang semua yang ada di sampingnya, berharap bisa menahan badannya yang mau tumbang.
Tanjakan yang waktu itu mereka lalui terasa lebih panjang dan berulang-ulang.
"lo gapapa Min?" tanya Hyunjin yang berhenti dan menolehkan pandangannya ke Seungmin
Merasa aneh dengan Seungmin yang sebelumnya banyak mengeluh dan tiba tiba sekarang tidak ada suara apa apa
"Min?! MIN LO DIMANA?!" teriak Hyunjin panik dan kembali turun tanjakan melihat Seungmin sudah tidak mengikutinya
matanya menerka lingkungan sekelilingnya, berharap ada Seungmin disana
tapi nihil. Seungmin juga hilang.
Hyunjin berlutut dan menangis, lagi - lagi tidak berhasil menyelamatkan teman yang sudah ia anggap keluarganya itu.
kenapa mereka harus pergi dengan cara seperti itu?
kenapa m Hyunjin tidak mengalami hal yang sama?
kenapa Hyunjin masih mengingat mereka?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Seungmin bangun di tempat yang sangat gelap dan tidak berujung
'ini dimana?'
seingatnya tadi ia masih mengikuti Hyunjin ke danau dan memang sempat terpeleset
tapi ia yakin kalau tadi ia sudah berpegangan dan berhasil untuk tidak jatuh.
"sekarang giliranmu"
suara seorang kakek kakek menggema di kegelapan itu tanpa ada wujud yang muncul
sebelum Seungmin bisa bertanya ataupun menjawab
Darah sudah terus merembes keluar dari mulut dan hidungnya, padahal tubuh Seungmin tidak merasakan sakit
Genangan darahnya sendiri itu terus mengalir dan melebar di kegelapan
Seungmin jatuh berlutut dan terasa semakin lemah dari menit ke menit.
'ga ada jalan keluar. Gue bakal mati'
batin Seungmin menerima kenyataan konyolnya yang mati tanpa ada yang melihat maupun menolong.
tubuhnya sudah tergeletak di genangan darahnya sendiri, dan benar kata orang
saat seseorang sudah diambang kematian, semua history kehidupannya akan terputar kembali di kepalanya.
Wajah ayah kandung yang sudah lama tidak ia temui, ekspresi Bundanya yang selalu menangis di malam hari
wajah ayah tiri yang ia benci, dan adik tiri yang selalu membuatnya iri.
Masa-masa bahagia bersama dengan teman juga terputar disana. Teman yang selalu punya cara mereka sendiri untuk menyemangati satu sama lain
Hyunjin, Felix dan Jisung
Seungmin sedikit tersenyum, akhirnya dia mengingat siapa 2 orang berharga yang sempat ia lupakan akhir akhir ini.
'maaf kalo gue lupa sama kalian, kalian bisa maklumin kan? sebelum kalian hilang, kalian rasain hal yang gue rasain sekarang juga kan?'
Seungmin akhirnya menghembuskan nafas terkahirnya, di tempat yang bahkan ia tidak tahu dimana dengan cara yang diluar akal.
diakhir, dia berharap Hyunjin bisa tetap hidup dengan terus mengingat mereka
walaupun terdengar jahat dan kasihan terhadap Hyunjin yang akan terus di hantui oleh kematian temannya.
end?
belum kok belum