CERPEN

De NanasManis98

494K 43.3K 2.7K

Kumpulan beberapa cerita..... LIST : ⬇️ 1. CERPEN : CITRA✔️ 2. CERPEN : ODIT✔️ 3. CERPEN : AURORA✔️ 4. CERPEN... Mai multe

SALAM MANIS
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CEPREN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA

CERPEN : KALEA

3.2K 410 21
De NanasManis98

Part 14
______

"Ayah mau ke mana?" tegur Kalea pada Ayah yang terlihat rapi.

"Mau pergi belanja ke supermarket. Ayah mau bikinin kamu lasagna," sahut Ayah dengan senyuman lebar. Kemudian menatap Kalandra yang sibuk menatap Ipad-nya. "Mas Kala mau carbonara?"

Kalandra hanya mengangguk. Kalea berdiri dan ikut dengan Ayah. "Biar aku yang nyetir  Yah."

"Biar Ayah. Kamu jago nyetir karena siapa?"

Kalea tertawa pelan, ia membiarkan Ayah menyetir. Menyetir, menggambar bahkan bisa bela diri semua Ayah yang mengajarkan. Ayah tidak pernah lelah membimbingnya meski ia nakal. Ayah bahkan selalu menegurnya dengan lembut. Pria yang merawatnya sejak kecil tersebut berperan sebagai ayah sekaligus ibu, bagi dirinya, Kalandra dan Kalee.

Membuat Kalea tidak pernah berpikir menginginkan seorang ibu, karena baginya Ayah sudah cukup.

Kalea sebenarnya malas jika berbelanja, apalagi ke supermarket, tapi mulai sekarang ia bertekad akan menemani Ayah ke manapun Ayah pergi. Tidak ingin membuat Ayah merasa sendiri.

Mereka berkeliling, Kalea yang mendorong troli mengikuti ke manapun Ayah pergi diselingi perbincangan hangat mereka. Hingga kehabisan topik pembicaraan. Ayah sibuk memilih daging sapi yang segar.

Kalea mengetuk-ketukkan kakinya.

"Ayah ...," panggilnya yang membuat Ayah berdehem, tapi belum menatapnya. "Aku udah lama gak diceritain tentang Bunda. Aku kangen."

Ayah menatapnya dan senyum Ayah terbit serta tatapan yang penuh kerinduan. Kalea tersenyum kecil.

Ketika ia masih kecil, Ayah sering kali menceritakan tentang Bunda, masa kecil Bunda, pertemuan Ayah dan Bunda, saat Bunda mengandung Kalandra, dirinya dan juga Kalee.

Hingga saat Kalea mengerti akan suatu hal.

Menemukan Ayah yang menangis sendirian di dalam kamar usai menceritakan hal tersebut. Hingga saat itu ia tak ingin mendengarnya lagi karena tidak ingin Ayah menangis.

"Hm mulai dari mana, ya? Masa kecilnya Bunda?" Mereka mulai kembali berjalan seraya Ayah melihat-lihat daging segar lainnya.

"Pertemuan Ayah dan Bunda," ujar Kalea. Ia tak ingin Ayah kembali menceritakan semuanya karena itu sama saja membuat Ayah bersedih meski tiap kali Ayah bercerita binar mata Ayah selalu terlihat ceria. Jadi, Kalea memilih Ayah menceritakan tentang pertemuan dengan Bunda.

"Ayah sama Bunda ketemu pertama kali di sekolahnya Ayah." Ayah tertawa merasa geli. "Waktu itu umur Ayah masih tiga belas tahun, umurnya Bunda dua puluh tahun dan jadi pelatih beladiri taekwondo. Ayah kagum sama dia. Umurnya masih sangat muda, tapi sudah sabuk hitam. Lama kelamaan rasa kagum Ayah berubah jadi rasa suka." Ayah berhenti sejenak, menoleh sekilas menatap Kalea yang tersenyum tipis.

"Makanya Ayah daftar di club tempat Bunda jadi pelatih tetap soalnya kalau cuma eskul di sekolah ketemu sama Bunda cuma seminggu sekali. Apalagi setelah naik ke kelas tiga SMP, Bunda digantiin jadi pelatih di sekolah. Untung aja Ayah udah jadi anggota club makanya gak cemas, kalau gak ketemu Bunda." Ekspresi Ayah sedikit berubah. "Tapi Ayah juga gak ketemu Bunda setiap kali latihan di club, karena Bunda ikut pelatihan buat jadi atlet taekwondo. Ayah ikut seneng karena Bunda akan wakilin negara kita."

Kalea ikut tersenyum saat melihat senyuman Ayah. Entah kenapa ia membayangkan dirinya menjadi anak kecil lalu di hadapannya saat ini ada Ayah dan Bunda yang perutnya besar karena mengandung Kalee berjalan beriringan dan saling bergandengan tangan. Kalandra sendiri mendorong troli.

"Karena Bunda mau ikut lomba, makanya Ayah beraniin diri deketin Bunda, ngasih dia ucapan selamat dan semangat. Bunda waktu itu agak heran karena memang kami gak salinag kenal, ya cuma Ayah yang kenal Bunda."

"Ayah kenapa gak ajak Bunda kenalan?"

"Ayah malu." Ayah tersenyum geli. Walau bagaimanapun di masa lalu, Bunda adalah sosok yang dewasa, sementara dia hanyalah anak ingusan. Tapi kemudian ekspresi Ayah bersedih. "Karena Bunda terlalu giat berlatih, Bunda sampai cedera dan Bunda digantiin atlet lainnya."

Ayah menghela nafas pelan. "Sore itu Ayah lupa botol minum Ayah di tempat club. Jadi, Ayah kembali ke sana dan Ayah kira sudah gak ada orang. Tapi, Ayah denger suara orang nangis. Ayah penasaran terus cari tau sampai Ayah menemukan Bunda yang menangis keras dan memukul kakinya sendiri dan ngomong, 'gak berguna' sama dirinya sendiri." Ayah melirik Kalea. "Bunda pendiam kayak Mas Kala, tapi sikapnya yang keras kayak kamu."

Kalea kembali tersenyum tipis. Ia membayangkan bagaimana sakit hatinya Bunda saat tidak bisa menjadi atlet karena cedera yang dialami.

"Ayah kira Bunda kesurupan. Makanya Ayah baca doa terus karena ada sisa air di botol minum Ayah, Ayah siram Bunda. Eh Bunda diam." Ayah tertawa diikuti Kalea. Kemudian melanjutkan ceritanya.

Darius menyengir usai menyiram Kinanti air. Kinanti hanya diam dan mencoba berdiri, tapi tidak bisa. Darius pun membantu Kinanti meski mendapat penolakan. Karena tidak bisa berjalan sendiri jadi Kinanti membiarkan Darius membantunya berdiri bahkan berjalan.

"Harusnya kamu di rumah sakit, kan?" ujar Darius pelan lalu berjongkok di hadapan pujaan hatinya itu yang hanya diam menatapnya dingin. Tapi, kemudian mendesis sakit. Seraya memegang paha sebelah kanannya.

Kinanti mengalami cedera hamstring. Otot hamstring merupakan otot yang terletak di bagian belakang paha. Cedera yang terjadi berupa robekan regangan otot. Cederanya cukup hebar hingga Kinanti mengalami nyeri hingga tidak bisa berjalan.

Darius berdiri dan panik sendiri. Lalu kembali berjongkok, tapi posisinya memunggungi Kinanti. "Ayo naik, aku antar ke rumah sakit."

Karena tidak ada pergerakan pada Kinanti membuat Darius kembali berdiri dan berhadapan dengan Kinanti. "Kinan! Kamu mau makin parah?! Kalau kamu biarin pasti akan semakin parah?! Emang kamu gak mau jalan lagi?! Aku tau kamu kecewa dengan situasi sekarang ini, tapi jangan sampai kamu gak sayang sama diri kamu sendiri!"

Nafas Darius tersengal karena emosi, panik, juga cemas. Ia menarik Kinanti agar berdiri kemudian ia berjongkok. Postur tubuhnya lebih kecil daripada Kinanti, tapi ia sanggup menggendong Kinanti hingga keluar gedung bahkan menunggu angkot selama satu jam lebih.

Karena terlalu lama Darius memutuskan untuk berjalan.

Di tengah perjalanan, ia mendengarkan isakan kecil dan ia tak menegur Kinanti. Membiarkan Kinanti menangis.

Sejak saat itu Kinanti mengenalnya.

Dan meski Kinanti telah berhenti dari dunia taekwondo, tapi Darius tetap belajar pada wanita tersebut. Mendatangi rumah Kinanti dan mereka menghabiskan waktu di lapangan yang ada di sekitar tempat tinggal Kinanti.

Darius merebahkan dirinya di atas rumput usai latihan, ia mengatur nafasnya karena kelelahan.

"Lo belajar giat kayak gini mau jadi atlet?"

Darius menoleh menatap sosok Kinanti yang duduk tidak jauh darinya, ia tersenyum dan mengangguk.

"Lo ada bakat lain, gak?"

"Em ... aku bisa menggambar."

"Kalau gue jadi lo, lebih baik gue tekunin bakat gue yang menggambar." Darius mengerutkan keningnya, ia beringsut duduk dan semakin menatap intens Kinanti yang memainkan mencabut asal rumput di hadapannya.

"Kenapa kamu ngomong gitu?"

Kinanti menatap bocah delapan belas tahun terebut. "Kata orang  jadi atlet gak ada masa depannya."

"Terus kenapa dulu kamu pantang menyerah? Bahkan saat kamu cedera, kamu gak pantang menyerah?"

"Gue nyerah," sahut Kinanti dingin. "Karena gue gak punya bakat apapun selain ini." Kinanti membuang pandangannya dan menerawang. "Kalau gue punya banyak duit, gue mau buka club belajar taekwondo."

"Pasti kamu bakal punya kok."

Kinanti tertawa hampa. "Gak bisa. Gue miskin, terus sekarang pengangguran. Nyesel gue gak dengerin kata orang tua. Harusnya gue lanjut kuliah, ya?" Lalu Kinanti diam sejenak. "Atau terima aja lamaran ..."

"Lamaran siapa?!" sela Darius cemas. Kinanti kembali menatap Darius.

"Ada laki-laki yang mau dijodohin ama gue, tapi gue gak mau. Tapi, setelah dipikir-pikir, umur gue udah gak muda lagi."

"Jadi kamu mau nikah?!" Darius menaikkan nada suaranya membuat Kinanti agak terkejut.

"Lo kenapa?"

"Jangan nikah sama dia!"

"Hah?"

Darius berdiri. "Tunggu aku dua tahun lagi!"

"Ngapain tunggu lo?"

"Aku mau nikahin kamu."

Sejak saat itu Kinanti tau perasaan Darius. Hingga Darius membuktikan ucapannya. Menikahi Kinanti yang berusia dua puluh tujuh tahun. Yang pada jaman dulu, usia tersebut dianggap perawan tua bagi sebagian orang. Tapi, Darius tak peduli meski usianya masih sangat muda. Giat kuliah juga bekerja untuk istrinya yang apalagi mengandung Kalandra saat itu.

●•••●

"Irisnya yang bener Lea," tegur Ayah saat Kalea mulai mengiris bawang. Hal yang baru Kalea lakukan dalam hidupnya. Membantu Ayah memasak. Bahkan memegang pisau yang di gunakan untuk mengiris bahan masakan atau mengupas kulitnya.

"Widih! Tumben nih. Ada angin apa yang sambar lo, Le?" Kalee yang baru turun melihat Kalea yang membantu Ayah memasak. Ayah tertawa melihat ekspresi masam Kalea yang di goda Kalee terus menerus. "Jangan-jangan Kalea udah siap jadi istri, Yah. Makanya mulai belajar masak. Ah tadi pagi dia juga beresin kamarnya."

Kalee tertawa saat Kalea mengacungkan pisau.

"Oh ya?" Ayah antusias mendengar perkataan Kalee. "Kamu punya pacar, Nak?"

"Astaga!! Enggak!" jerit Kalea kesal.

"Bukan enggak. Belum Yah. Soalnya Kalea enggak peka."

"Apa sih lo?! Diem! Bacot!" desis Kalea kesal. Wajahnya memerah. Ya ... mungkin efek pedas dari bawang merah di hadapannya.

"Ayah kenal?" tanya Ayah.

"Please stop!! Mending Ayah fokus masak deh." Kalea semakin kesal dan mulai beralih pada Kalee. "Mending lo diem! Gue doain lo gak jodoh sama Nora!"

Kalee mencibir tanpa suara.

Sosok Kalandra yang juga baru turun terlihat terkejut menatap Kalea berada di dapur.

"Mas lihat deh, Kalea masak," ujar Kalee masih belum puas menggoda Kalea.

"Kalee, udah. Jangan godain kakaknya terus," tegur Ayah membuat Kalea menjulurkan lidahnya pada Kalee yang merengut kesal.

Kalandra pun ikut membantu Ayah. Karena Kalee merasa tidak melakukan apapun, ia juga turun tangan. Dapur tersebut diisi oleh pertengkaran mulut antara Kalea dan Kalee. Ayah yang menegur, sementara Kalandra hanya diam, fokus memasak.

Ayah tersenyum melihat putranya itu yang sikapnya sangat mirip dengan Bunda.

Mereka juga makan bersama diiringi obrolan hangat bahkan Ayah melemparkan candaan garing. Khas bapak-bapak. Meski tidak lucu, tapi mampu membuat Kalandra mendengus geli.

Usai makan, mereka sempat menonton bersama. Tapi, Kalea memutuskan untuk naik ke kamarnya karena ingin menyelesaikan pekerjaannya sejenak.

Beberapa saat kemudian, saat merasa haus, ia kembali turun ke dapur. Suasana menjadi hening. Sepertinya semuanya telah kembali ke kamar masing-masing.

Kalea meneguk air dan tatapannya tertuju pada vitamin Ayah. Sepertinya Ayah belum minum vitamin.

Ia pun memutuskan ke kamar Ayah dan membawa vitamin tersebut. Membuka pelan kamar Ayah tanpa menimbulkan suara.

Tangan Kalea tertahan, mengurungkan niatnya untuk membuka lebar pintu tersebut saat mendengar suara Ayah yang bergetar.

Ia mengintip, menatap Ayah yang tetap tersenyum meski suaranya bergetar menatap layar ponsel. "Udah ya nangisnya. Kanya bobok sekarang. Udah tengah malem lho." Terdengar juga suara rengekan dari ponsel tersebut. Suara Kanya yang belum lancar bicara, tapi mudah dipahami jika Kanya ingin tidur dengan Ayah.

Kalea meremas botol vitamin di tangannya, ia menatap Ayah.

Apakah selama beberapa hari ini sikap Ayah yang begitu ceria hanya pura-pura? Bahkan seharian ini Ayah terlihat senang.

Kalea memutuskan tidak mengganggu Ayah yang masih melakukan panggilan video dengan Kanya.

Ia menghela nafas kasar.

Lalu mengembalikan botol vitamin Ayah ke tempatnya.

Ia hendak keluar untuk menghirup udara segar, tapi langkahnya tertahan saat melihat pintu belum tertutup.

Ia kembali melanjutkan langkahnya dan menemukan Kalandra yang duduk di kursi teras, menikmati rokoknya.

Kalea memutuskan duduk di ambang pintu dan memeluk kedua lututnya. Bersandar di daun pintu.

Kalandra menoleh sekilas. Lampu ruang tamu telah dimatikan jadi penerangan hanya berasal dari teras rumah.

"Gue gak tau apa harus marah atau enggak," ujar Kalea lirih seraya tatapan matanya melamun. Ingin marah. Tapi tidak tau alasan ia marah. Terjadi keheningan beberapa saat. Kalandra tak kunjung bersuara. Ia menatap kakaknya yang masih merokok. "Mas Kala kenapa diam aja padahal lo tau Ayah bakal nikah. Apa lo restuin hubungan Ayah dan perempuan itu? Lo biarin perempuan itu gantiin Bunda?"

"Gak ada yang gantiin Bunda," sahut Kalandra pelan. "Walaupun Ayah nikah sama Tante Feby, bukan berarti Tante Feby gantiin Bunda."

Tatapan Kalea tertuju pada rak yang terdapat bingkai berukuran sedang. Ada foto Bunda di sana yang perutnya besar duduk kalem bersama Kalandra yang tanpa ekspresi. Di belakang Bunda ada Ayah yang menggendongnya, dirinya yang tersenyum menampilkan giginya yang ompong.

Juga beberapa di dinding menuju ke lantai dua. Ada foto Bunda yang bersama dirinya, bersama Kalandra juga.

Foto-foto tersebut tidak pernah dipindahkan. Kalea baru menyadari hal tersebut. Kalea menatap Kalandra.

"Emangnya bisa mencintai dua orang?"

Kalandra menatap Kalea. "Bisa aja." Kalandra diam sejenak. "Asalkan gak di waktu yang sama. Karena pastinya ada yang terluka."

Kalea menghembuskan nafas kasar, ia membuang pandangannya.

"Apa lo inget waktu Bunda masih hidup, Bunda pernah ngomong sesuatu?"

"Umur gue lima tahun, Mas. Ingatan gue gak setajem itu," ujar Kalea menggeleng pelan.

Kalandra kembali diam menatap Kalea. "Waktu itu lo ditemenin main sama Ayah, gue ngerjain PR dan Bunda nonton sinetron. Terus tiba-tiba Bunda nyeletuk, 'Yah, kalau Bunda lebih dulu meninggal, Ayah bakal nikah, gak?'"

Kalea diam mendengarkan Kalandra. Kalandra saat itu berusia delapan tahun, tentu ingatannya tidak selemah dirinya.

"Terus Ayah lihat Bunda dan senyum geli. Bunda sendiri tetap fokus nonton sinetron tentang suami yang nikah lagi setelah istrinya meninggal."

"Ayah jawab apa?"

"Ayah gak mau. Bahkan Ayah bilang mereka bakal menutup usia bersama-sama setelah kita bisa hidup tanpa mereka." Kalandra menghela nafas pelan. Saat itu, meski ia tak menatap orang tuanya, tapi ia diam mendengarkan.

Juga mendengarkan perkataan Bunda selanjutnya ...

"Kalau Bunda yang lebih dulu meninggal, Ayah bisa kok nikah lagi. Apalagi kalau gak ada yang ngurus anak-anak."

Ayah beranjak dan duduk di sebelah Bunda meninggalkan Kalea bermain sendirian.

"Kok ngomongnya gitu?"

Bunda tersenyum tipis.

"Tapi, kalau anak-anak udah gede ..."

"Gak boleh nikah?" sela Ayah tersenyum geli. Bunda kembali tersenyum seraya menggeleng.

"Boleh kok. Apalagi kalau anak-anak udah punya keluarga sendiri. Mau gak mau Ayah bakal hidup sendiri."

"Ngomongnya mulai ngawur. Ayo tidur."

Kalea mendengus pelan usai mendengar cerita Kalandra. Kedua matanya memerah dan berkaca-kaca. "Jadi  itu yang bikin lo gak protes Ayah nikah lagi?

>>>>>>THE NEXT PART 15<<<<<<

Continuă lectura

O să-ți placă și

43.3K 263 4
oneshoot 🔞🔞 lanjutan Polos polos binal yang dihapus sama akun nya juga di hapus Karina X All Warning!!! 🌚🥵 penuh dengan uh ah
633K 48.1K 38
Perpindahan jiwa musim 4 🌼follow akun author untuk membaca🌼 Karalina yang meninggal dunia, tiba-tiba terbangun di tubuh Elisa Karaline. Si antagon...
1.5M 32K 23
Yusuf Kuswanto, 35 tahun. seorang duda yg ditinggal pergi oleh istrinya saat melahirkan sang buah hati Ery Putri Kuswanto. anaknya sensitif dengan su...
0 402 5