TERNYATA JODOH

By ratuTiana

15.6K 2K 112

Sinopsis Tilia January menanam kebencian yang teramat sangat pada keluarga Adam yang juga merupakan mantan ke... More

OPEN PO
1 | Tillia
2 | Adam Tirtando
3 | Informasi Perjodohan
4 | Pertemuan Pertama
5| Orang-orang dari masa lalu
6| Samuel
7: Hari sial tiba
8: Suami istri
9: Hari Pertama
11:
12:
13:
14
15:
16
17
18
19
20
TERNYATA JODOH
21
22
23
24

10:

520 79 3
By ratuTiana

Sudah satu minggu ini Tila mengambil cuti libur untuk pernikahannya. Setelah seminggu libur, Tila akhirnya memutuskan untuk masuk ke kantor.

Dengan seragam kantor yang ia kenakan, Tila melangkah turun menuju lantai 1 rumah Aris Tirtando dimana ruang makan berada. Tila tidak terlambat sedikitpun ketika tiba di ruang makan. Pasalnya, Tila adalah orang pertama yang tiba.

"Mau sarapan apa, Nyonya?" Asisten rumah tangga bernama Sari menatap Nyonya muda di depannya. Sari sudah mempersiapkan beberapa menu untuk sarapan para majikan.

"Mau roti aja, Bi."

Sari langsung menyerahkan roti di dalam piring dengan selai di dalam botol yang langsung diambil oleh Tila.

"Terima kasih, Bi."

Sari tersenyum. "Mau minum apa, Nyonya?" tanya Sari.

"Saya minta tolong air putih saja. Terima kasih sebelumnya."

Sari menggangguk. Wanita 35 tahun itu kemudian menuangkan air putih ke dalam gelas Tila. Setelah itu Sari kembali ke dapur untuk menyiapkan kopi panas untuk para majikan laki-laki.

Tak berselang lama, Adam Tirtando tiba di lantai dasar dan masuk ke ruang makan. Pria itu melirik dingin ke arah istrinya. Tanpa menyapa wanita itu, Adam mengambil posisi duduk di seberangnya.

"Kopi hitamnya, Tuan."

Sari yang sadar akan kedatangan Tuan mudanya segera meletakkan satu cangkir kopi hitam di hadapan Adam. Pagi hari Adam memang tidak terlalu sering sarapan. Pria itu hanya akan meminum satu cangkir kopi sebelum berangkat ke kantor.

"Hm."

Adam meneguk kopi dalam cangkir sambil diam-diam melirik ke arah Tila yang tengah menikmati roti bakar hasil masakan Sari.

Tila tahu jika Adam diam-diam meliriknya.  Tila kemudian menatap lurus ke arah Adam dengan tatapan tenangnya.

"Ada apa dengan mata kamu? Apa sekarang kamu terpesona dengan saya?" celetuk Tila disela keheningan mereka.

Wajah Tila menampilkan ekspresi datar membuat Adam tidak bisa menebak jalan pikiran Tila yang dengan berani mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya.

Adam tahu dengan sangat, jika Tila adalah wanita pemalu dan tidak pernah berani mengungkapkan apa yang ada dipikirannya. Mungkin waktu merubah sifat seseorang dari seorang gadis pemalu menjadi gadis penuh keberanian dan percaya diri.

Adam tersenyum miring. "Rasa kepercayaan diri itu, kamu dapatkan dari mana?" Adam bertanya dengan santai. Tidak jelas dengan pikiran Tila yang terkadang sering berubah-ubah. Sama seperti dirinya.

Tidak menjawab, Tila mengangkat bahunya acuh.  Malas meladeni Adam, Tila memilih bangkit dari kursi dan mengambil tas yang tersampir di pundak kursi.

Tanpa pamit, Tila segera berangkat menuju kantor. Kendaraan Tila masih berada di bengkel. Akhirnya dengan terpaksa, Tila harus memesan taksi sebelum berangkat.

Tila menunggu taksi di depan gerbang rumah Adam.  Wanita itu melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Tila berdecap. Kurang lebih 30 menit lagi jam kantornya akan dimulai. Tila tidak ingin terlambat di hari pertamanya masuk setelah mengambil cuti  libur.

Tak selang lama, sebuah mobil keluar dari gerbang. Kaca mobil terbuka hingga memperlihatkan sosok pria dengan jas hitam yang dikenakannya.

Adam Tirtando.

Pria itu menoleh menatap ke arah Tila dengan kacamata hitam bertengger di matanya.

Adam tersenyum miring menatap Tila. Kemudian tanpa memberi  tawaran tumpangan, Adam melajukan kendaraannya dengan knalpot mobil yang sengaja dibuat bising.

"Dasar sinting." Tila mencibir kelakuan Adam yang menurutnya sangat kekanakan. Tak lama, taksi yang dipesan Tila akhirnya tiba. Tila langsung masuk ke taksi dan meminta sopir untuk melaju dengan cepat sebelum ia terlambat ke kantor.

Tak berselang lama Tila akhirnya tiba di kantor dengan selamat tanpa terlambat. Setelah membayar ongkos taksi, Tila segera turun dan memasuki lobby. Banyak karyawan yang menyapa dan memberinya selamat atas pernikahannya. Bahkan beberapa karyawan yang tidak sempat hadir juga memberikan kado sehingga membuat Tila kesulitan membawanya.

Tila tidak kehilangan ide. Wanita itu menitipkan kado yang diberikan karyawan lain pada resepsionis dan berjanji akan diambil saat pulang kerja nanti.

Setelah itu Tila pergi ke ruangannya dan mulai bekerja seperti biasa.

Jam makan siang sudah dimulai membuat Tila yang sejak tadi memfokuskan dirinya pada pekerjaan segera bangkit dari kursinya. Sekretarisnya sudah memberi tahu jika jam makan siang sudah lewat 3 menit yang lalu. Sebagai karyawan perfeksionis, Tila tidak ingin kembali terlambat setelah jam istirahat.

Wanita cantik dengan blouse putih dipadukan dengan blazer kuning melangkah santai menuju kantin yang terletak di lantai dasar. Tila memesan nasi dan sayur sebagai menu makan siangnya. Sementara minuman, wanita itu hanya memesan satu botol air putih.

Tak lama setelah Tila duduk, Randy Aditya datang dan duduk di depan Tila tanpa meminta izin wanita itu. Randy melempar senyum dan menyapa Tila dengan hangat.

"Hey."

Tila mencoba menarik sudut bibirnya mendapat sapaan hangat dari pria yang sudah seringkali ia tolak.

"Selamat atas pernikahanmu. Meskipun aku kecewa karena ternyata kita tidak berjodoh." Randy berkata santai sambil mengangkat bahunya. "Walaupun kamu sudah sering menolakku, kalau untuk menjadi teman, tidak masalah 'kan?" Randi tersenyum tenang menatap perempuan yang ia sukai dan dekati namun tidak membuahkan hasil.

Tila tersenyum. "Kenapa harus menolak ketika ada orang yang ingin berteman?"  Tila mengangkat sebelah alisnya menatap Randy.

Randy mengangkat bahunya acuh. "Siapa tahu kamu tidak ingin berteman denganku?"

"Itu persepsi-mu sendiri."

"Ah, Tila-ku yang selalu cuek." Randy terkekeh melihat sikap acuh dan tak peduli Tila.

"Sorry, boy. I'm not your."

"Yah, lagi-lagi aku ditolak."

"Ehem!"

Suara deheman seorang perempuan membuat Tila dan juga Randy menoleh. Tak jauh dari mereka duduk, ada Lula dan juga Sam tengah menatap ke arah mereka.

"Satu minggu menghilang, bukannya kasih kabar, ini justru enakkan di kantin,"  sindir Lula.

Kakinya melangkah mendekati meja tempat Randy dan Tila berada. Tanpa sungkan, Lula duduk di samping Tila. Sementara Sam sendiri duduk disamping Randy.

Lula masih cukup waras untuk membuat suaminya cemburu karena duduk tepat di samping pria lain. 

"Aku sudah memberitahu kalian melalui pesan di ponsel. Apa lagi?" Tila menatap Lula. Queen drama satu ini tidak berhenti merecokinya untuk menanyakan kabarnya di setiap hari. Padahal Tila hanya terkurung di dalam rumah dan tidak diizinkan keluar oleh Adam.

"Tapi melalui ponsel kurang puas, Mbak." Lula bersungut menatap cemberut  pada Tila. "Enakkan seperti ini. Face to face."

"Hm." Tila menyahut datar. Malas berdebat dengan Lula yang tidak akan pernah bisa menemukan akhir.

"Bagaimana dengan kandunganmu? Baik-baik saja?" Tila mengalihkan topik pembicaraan agar pembahasan mereka tidak melulu tentang menghilangnya Tila dari hadapan Lula.

"Kandunganku baik-baik saja. Semua ini berkat suami tercinta." Lula menatap Sam dengan tatapan memuja, membuat Randy dan juga Tila memutar bola mata mereka.

"Bagaimana kabarmu, Ran? Hatimu masih utuh atau sudah hancur berkeping-keping?" Sam tersenyum miring menatap temannya yang memiliki status sebagai Playboy sejati. Pantas saja Tila tidak pernah mau dengan pria ini, pikir Sam dalam hati.

"Cukup hancur hingga berkeping-keping." Randy menyahut santai. "Kalau kamu ada rekomendasi wanita yang memiliki sifat seperti Tila, hubungi aku."

"Untuk apa?" Kali ini, Lula yang bertanya pada Randy.

"Tentu saja untuk dijadikan istriku. Tila sudah tidak sendiri lagi. Jadi, aku tidak bisa terus menggodanya."

"Wanita yang memiliki sifat seperti Mbak Tila? Aku ada rekomendasi untukmu."

"Oh, siapa itu?" Randy tertarik dengan ucapan Lula.

"Ibunya mbak Tila. Kan, sifat mereka sama."

"Astaga, Lula." Randy menekan dadanya menatap Lula yang masih menampilkan ekspresi polosnya. "Kamu mengajarkan aku untuk menjadi pebinor." Randy menggeleng kepalanya dramatis.

"Siapa suruh mau cari calon istri yang sifatnya seperti Mbak Tila."

Kali ini Lula menampilkan ekspresi polos yang sungguh membuat Sam gemas. Terkadang, Lula memang menyebalkan dengan sifat polosnya.




Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 84.3K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
637K 27.9K 65
Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba - tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi...
793K 7.6K 9
(Sedang dalam proses revisi, di publikasikan berkala) Dokter Rony Mahendra Nainggolan tidak pernah tahu jalan hidupnya. Bisa saja hari ini ia punya k...
1.3M 127K 49
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...