Nightmare's Heaven [GOT7 Mark...

By bey25yj

43.5K 3.3K 281

Namanya Hwang Miyeon. Gadis itu merasa yakin kalau dia telah menemukan surganya sendiri. Kenyataannya, ia ter... More

1. Is This a Dream?
2. First Impression
4. The Beginning of The Nightmare
5. What's Going on Here?
6. Insiden (Kecil)
7. One-and-a-Half Date
8. P.D.K.T
9. Good dream? Bad dream?
10. Cobaan?
[NOT AN UPDATE] New story?
11. Faith-less
12. Sakit
13. Unpredictable
14. "Teman"
15. Putus
16. Come Back Home
17. Moving Forward
[NOT AN UPDATE] CRUX PUBLISHED!!!
18. One Fine Day
19. Aku, Kamu, Dia?
20. Replay

3. Teman Baru

2.4K 207 6
By bey25yj

this is the third part of the story.

###

"Mark..."

"Hmm?" Mark bahkan tak mengalihkan pandangannya dari layar televisi.

"Aku akan tidur dimana?"

-

[Miyeon's POV]

"Miya! Hwang Miya! It's already 5!"

Aish. Namaku benar-benar rusak karenanya. Kudengar suara Mark yang berteriak dari dapur, akupun langsung menyusulnya.

Ia langsung meletakkan segelas air di meja saat aku sudah duduk di hadapannya.

"Kau lama sekali, Miya."

Namaku jadi begini karena pronounciation Korea Mark yang...awful.

_flashback_

"What's your name again?"

"Hwang Miyeon. Hwang. Mi. Yeon."

"Apa bedanya that 'e' 'o' with just 'o'? I don't really get it. Miyeon, Miyon, Miyeon I think it's the same."

"It's totally different, Mark!"

"Sudah bagus kupanggil kau Miya tadi."

"Terserah kau saja."

---

[Author's POV]

"Ini, untuk kau minum obat." Mark menyodorkan segelas air tersebut ke depan Miyeon.

Miyeon meminum obatnya tanpa berkata apapun. Mark yang duduk dihadapannya hanya memperhatikan prosesi minum obat Miyeon.

"So... Itu obat untuk apa?" Tanya Mark ketika Miyeon sudah meminum obatnya.

Miyeon menjawab pertanyaan Mark sambil memainkan tempat obatnya. "Ini hanya untuk berjaga-jaga saja. Mengurangi kemungkinan penyakitku untuk kambuh."

Mark penasaran, tentu saja. Dengan hati-hati ia bertanya, "Kau.. Sakit apa?"

Awalnya Miyeon ragu untuk memberitahu Mark, namun mengingat dialah satu-satunya orang yang tinggal dengannya saat ini, Miyeon pun meyakinkan dirinya untuk memberitahu Mark. "Umm.. Well, paru-paruku.. Aish bagaimana aku menjelaskannya padamu? Paru-paruku bisa dibilang tidak bekerja dengan sempurna. Kapasitas maksimal paru-paruku jauh dibawah normal. Seperti itu kira-kira. Aku menjelaskannya aneh ya?"

Mark mengangguk samar menanggapi penjelasan Miyeon. "Tidak juga, aku mengerti penjelasanmu. Jadi misalkan aku bisa menghirup udara 100%, paru-parumu hanya bisa sekian persen?"

Miyeon mengangguk sambil tetap memainkan tempat obatnya.

"Kau bilang obat itu menghindari kambuh, memangnya kalau kambuh seperti apa?"

"Aku akan sulit bernafas. Nafasku akan tersengal-sengal. Itu kalau sudah parah, sih."

"Kalau yang tidak parah?"

"Nafas berat, mengerti tidak? Aku menghirup udara dengan panjang seakan-akan ingin menghabiskan seluruh oksigen di ruangan ini. Saat mengeluarkannya juga seakan kau sedang membuang semua udara dalam tubuh. Di dada juga rasanya sesak, sakit."

Mark sedari tadi memperhatikan Miyeon yang berbicara dengan wajah lesu. Yah, penyakitnya bukan penyakit serius, tapi bagi seseorang yang mengalaminya itu benar-benar burdensome.

Kalau begitu ia tidak bisa terlalu lelah dan melakukan aktivitas berat, pikir Mark. Dengan senyumannya Mark berkata pada Miyeon, "Kalau begitu, aku akan mengingatkanmu untuk minum obat setiap hari."

Miyeon terkejut. Kepalanya yang sedari tadi merunduk seketika mendongak menatap wajah Mark dihadapannya.

"Are you serious?"

Mark menatap lekat gadis di depannya. "Yeah, why not? You'll live with me anyway. Aku tak akan membiarkan kau hidup tidak tenang denganku." Mark berdiri dari kursinya. "Okay, let's eat dinner!" Katanya sembari melangkah ke dapur diikuti Miyeon. Dari sudut matanya ia melihat Miyeon yang mulai tersenyum.

-

[Miyeon's POV]

Mark sudah pergi dari pagi. Semalam ia bilang ingin ke supermarket untuk membeli persediaan makanan sepulang kuliah. Dan aku tertinggal sendiri di rumah sejak aku membuka mata dari tidurku.

Perihal kamar tidur itu, Mark dengan senang hati meminjamkan kamarnya untukku, sedangkan ia sendiri tidur di sofa. Ia bilang akan membuatkan kamar untukku di ruangan kosong di sebelah kamarnya. Ternyata dia baik.

"Sudah jam 3." Kataku pada diriku sendiri. Aku benar-benar bosan.

Lalu sebuah ide terlintas di pikiranku. Aku segera mengambil secarik kertas dan menuliskan sesuatu di atasnya.

'Bored. I'm going out. I'll back before 5! -Miya-'

Aku ada di Los Angeles, why not? Aku mengganti pakaianku, meletakkan pesan itu diatas meja pantry, dan bergegas pergi keluar.

-

Los Angeles sangat berbeda dengan Seoul. Different environment, of course.

Dan disinilah aku, berjalan menyusuri S Bixel St. sampai Wilshire Blvd. hingga kutemukan sebuah kedai kopi dengan papan bertuliskan 'Starbucks Coffee' di depannya.

Mungkin aku hanya akan membeli segelas green tea latte dan berjalan berkeliling. Aku tak akan pergi jauh dari apartment, Los Angeles is all new for me.

Kling

Aku yang menghasilkan bunyi itu. Aku membuka pintu dan melangkah menuju kasir. Antriannya sedang kosong.

"Good afternoon. Mau pesan apa?"

"1 green tea latte, please."

"4.50 dollars, miss."

Aku mengambil sejumlah uang di dompetku dan memberikannya pada laki-laki di belakang meja kasir. Ia baru saja mau membuatkan green tea latte pesananku, namun tiba-tiba ponselnya berbunyi.

"Aish. Fred, bisa kau buatkan 1 green tea latte untuk nona ini? Aku ada telepon." Ia berteriak pada temannya.

Aku hanya memperhatikan orang yang bernama Fred itu berjalan menuju dapur dan mulai membuat pesananku. Sementara orang tadi mengangkat teleponnya di depanku.

Sedetik kemudian aku membelalakkan mataku. Apa dia bilang 'Yeoboseyo'?

Tanpa pikir panjang aku menyerobot percakapan telponnya. "Kau orang Korea?!"

Dia diam. Tidak membalas pertanyaanku. Padahal aku sengaja bertanya dalam Bahasa Korea.

"Here's your green tea latte, miss." Fred. Akhirnya pesananku jadi juga. Aku mengambilnya tapi memalingkan kepalaku tetap ke orang Korea itu, yah sepertinya.

"Kau orang Korea?" Aku mengulangi pertanyaanku.

"Bisa dibilang begitu." Akhirnya dia menjawabnya. Tahukah ia aku benar-benar berharap ia orang Korea? Akhirnya aku punya teman di sini!

"Mau temani aku jalan-jalan?"

Is that me? Sepertinya seorang Hwang Miyeon tak akan berani berkata seperti itu pada orang yang baru dikenalnya.

But, dia benar-benar keluar dari belakang kasir.

"Fred, gantikan aku sebentar!"

Apa dia benar-benar ingin menemaniku? How nice he is!

"Duduk dulu disini."

Kami duduk di salah satu bangku kosong di dekat jendela.

"Kau sedang liburan ke sini?"

Aku baru saja mau membuka mulutku untuk menjawabnya. Tapi tak jadi. "Before that, boleh aku tahu namamu?"

"Namaku?" Tanyanya bingung. Yah, apa dia lupa namanya? Dia melanjutkan ucapannya. "Kau dulu sebutkan namamu. Kau kan yang awalnya sok kenal denganku."

Dia benar. Aku saja yang sok kenal sok dekat dengannya. "Aku Hwang Miyeon." Kataku sambil tersenyum. Lalu kulihat wajahnya. Kenapa dia kaget sekali? "Hei, kenapa kau kaget sekali? Namamu siapa?" Tanyaku tidak sabaran.

Dan akhirnya ia seakan sadar, raut wajahnya kembali seperti biasa. Ia menjulurkan tangannya, tersenyum miring ke arahku. "Panggil aku Junior."

###

Pada ngerti kan yang bagian miyon miyeon miyon and such? HAHAHA i think i lost my mind, that scene is just weird lol. hope you guys can understans this story heuheu. muchlavvv:**

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 81.2K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
1M 84.2K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
150K 15.2K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
71.4K 3.2K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...