CERPEN

By NanasManis98

494K 43.3K 2.7K

Kumpulan beberapa cerita..... LIST : ⬇️ 1. CERPEN : CITRA✔️ 2. CERPEN : ODIT✔️ 3. CERPEN : AURORA✔️ 4. CERPEN... More

SALAM MANIS
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CEPREN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA

CERPEN : KALEA

2.6K 337 27
By NanasManis98

Part 10
______

Balairung kampus yang diberi julukan Kampus Perjuangan tersebut dipenuhi orang-orang yang merayakan kelulusan mereka atau hari wisuda. Wisudawan dan wisudawati serta keluarga masing-masing bersuka cita.

Setelah rangkaian acara selesai, semuanya menghambur keluar. Saling berpelukan dan mengucapkan selamat atas kelulusan mereka. Juga ada yang mulai melakukan potret bersama. Mencari tempat yang bagus. Salah satunya keluarga Kalee. Pria itu begitu gagah memakai toga. Senyumnya terus menerus mengembang. Menerima ucapan selamat dari sesama teman-temannya dan keluarganya.

"Senyumnya gak usah lebar!" Kalee memperbaiki caranya bersenyum. "Aelah! Gak usah sok dingin. Lo bukan Mas Kala!"

Kalee menyesal menyuruh Zian yang menjadi fotografernya. Ya, tapi kalau ada gratis, kenapa harus cari yang lain!

Mengikuti arahan Zian hingga ia puas berfoto sendirian. Zian memperlihatkan hasil fotonya. "Kalau jelek. Lo maklum aja. Soalnya gue biasanya moto monyet atau anjing." Kalee mendelik pada Zian. "Tapi tenang aja. Ini bagus kok."

Temannya itu cengengesan.

Ayah serta Tante Feby, Desya dan dua anak Ayah lainnya juga hadir. Begitupun Kalandra. Kakaknya itu berpenampilan rapi. Mengikat rambut gondrongnya dan mencukur brewok dan kumisnya menjadi sedikit lebih tipis dari sebelumnya.

"Yuk, yuk foto. Abis itu kita makan," suruh Zian menyengir saat Kalee melotot kesal padanya.

"Tunggu Lea dulu," ujar Ayah. Lalu menatap Kalandra. "Kalea mau ke sini, kan?"

Beberapa hari ini, Kalea memang menginap di rumah Kalandra.

Kalandra hanya mengangguk pelan.

"Kenapa gak bareng lo sih, Mas?" protes Kalee. Ia merasa kesal pada Kalea karena kakaknya itu tidak melihatnya saat upacara kelulusan tadi. Ia pun juga was-was jika Kalea tidak hadir karena ada istri Ayah serta anak-anak Ayah lainnya.

"Bang Kalee congratulation!" Seruan tersebut membuat mereka menoleh, melihat sosok Mauri yang membawa buket balon wisuda.

Zian mengernyit menatap adiknya itu yang tiba-tiba datang.

"Eh Ri, gue yang wisuda bukan Mas Kala!" tegur Kalee dengan tampang datar menatap Mauri yang malah memeluk Kalandra. Gadis tujuh belas tahun itu terkikik, memasang tampang sok malu.

"Ih salah peluk. Tadi kakiku keseleo." Kemudian memeluk Kalee dan memberikan buket balon tersebut pada Kalee. Kalandra sendiri masih datar menatap kelakuan bocah tersebut. Sudah biasa, jika bertemu dengan Mauri, Mauri selalu bertingkah centil.

"Hai Kanaka! Ih dasar gembul!" seru Mauri pada Kanaka dan mengecup pipi bayi enam bulan tersebut yang tersenyum cerah. Mauri juga menyapa Om Darius dan Tante Feby. Pokoknya gadis itu sangat heboh!

"Lo sama siapa ke sini?!" tanya Zian pada adiknya itu.

"Ih fotoin dulu dong!" Mauri memeluk lengan Kalee. Memerintah Zian agar memotretnya bersama Kalee.

Kalee siap tersenyum, tapi sosok yang sejak tadi ia nanti membuatnya mendorong Mauri hingga hasil fotonya berantakan. Mauri menggerutu karena hampir saja terjatuh. "Ih Bang Kalee, aku hampir jatuh!"

"Hampir doang," balas Kalee dengan ringisan pelan. Lalu beralih menatap sosok Nora yang kini tiba di hadapannya. Ada juga Sharma.

Nora memberikan paper bag dari brand ternama pada Kalee. Suara lembut wanita itu menyapanya. "Selamat Kalee atas kelulusannya."

"S-sama-sama!"

"Jangan lupa napas lo!" ejek Zian membuat wajah Kalee memerah apalagi semuanya ikut mengeje, kecuali Kalandra yang hanya diam.

"Kado lo mana, Shar?" tanya Zian pada Sharma.

"Kehadiran gue sekarang jadi kado selamat buat Kalee!" ujar Sharma percaya diri. Membuat Kalee mendelik malas.

"Gue gak butuh." Suara tawa Mauri mengudara. Menertawakan Sharma yang kini tampangnya sangat sangat kesal.

"Lo harusnya ngerti kalau gue ini single parent. Biaya susu sama popok itu mahal!"

"Curhat Mbak!" sahut Zian membuat Sharma semakin kesala. Memicing kesal pada pria itu.

Tawa Mauri semakin menjadi-jadi. Bahkan tangannya hendak memukul lengan Kalandra, tapi Kalandra segera menghindar dan tak sengaja menyenggol lengan Nora. Nora refleks menjauh dan tersenyum canggung saat pandangannya bertemu dengan pandangan datar Kalandra.

Suara klakson mobil membuat mereka menoleh. Mauri berhenti tergelak saat melihat sosok yang keluar dari mobil mewah tersebut.

Kalea yang seperti biasa gayanya ala-ala penyanyi rock. Menggunakan kacamata hitam membingkai kedua matanya. Berdiri dengan gaya keren di dekat mobil tersebut.

"Lea!! Lo emang kakak terbaik!!" seru Kalee terharu, seketika lupa untuk tampil cool di depan Nora. Menghambur ke arah Kalea yang langsung membuka kacamatanya. "Makasih banget lho udah beliin gue hadiah kelulusan!" Kalee mencium kap depan mobil tersebut dan mengelusnya dengan pelan.

"Kampret! Ini mobil gue!"

"Hah?!" Kalee menganga berhenti mengelus mobil tersebut.

Kalee menepuk pelan kap mobil tersebut. "Lihat nomor platnya." Kalee menunduk untuk melihatnya. 'B 69 LEA'. "Nama, Bulan dan tanggal lahir gue," jelas Kalea.

Kalee tersenyum kecut. Padahal ia pikir mobil tersebut untuknya. Kini ia malu sendiri. Apalagi di hadapan Nora. Wanita itu tersenyum geli menatapnya.

"Kok enam sembilan? Harusnya sembilan enam dong. Jadinya kan ambigu gitu kalau enam sembilan," sahut Zian ikut nimbrung di dekat mobil tersebut.

"Ya pikiran lo aja yang mesum! Suka-suka gue dong!" ujar Kalea ketus.

Mauri ikut mendekat. "Wah!! Aku naik mobilnya Kak Lea aja!" Belum sempat Kalea melarang Mauri, gadis itu telah naik ke kursi penumpang di depan. Lalu membuka kaca jendelanya. "Ayo dong berangkat!! Kita makan-makan bareng, kan?! Gimana kalau di restoran barbeque aja?!"

"Gue kan yang wisuda! Ngapain lo yang nentuin tempatnya?!" protes Kalee.

"Turun lo dari mobil gue!" ujar Kalea kesal pada Mauri tapi Mauri mengunci pintu tersebut dan menaikkan kacanya. Zian pun ikut naik membuat Kalea menggeram kesal. Dua bersaudara ini kenapa senang sekali membuatnya naik darah?!

●•••●

Usai makan bersama----yang terpaksa bagi Kalea, Kalea ikut pulang bersama yang lainnya di rumah Ayah. Tidak lagi menginap di rumah Kalandra karena Ayah memaksanya pulang.

Pulang mengendarai mobil barunya. Langsung masuk ke kamar untuk tidur karena semalam ia begadang bermain game. Baru terbangun setelah malam menjelang.

Untuk menyegarkan dirinya, ia langsung mandi. Karena malas untuk bergabung makan malam bersama orang-orang, ia menolak panggilan ART saat memintanya untuk turun makan.

Kalea malas makan bersama dengan orang yang ia benci. Cukup siang tadi. Kalau bukan karena hari kelulusan Kalee, sudah pasti ia tak akan bergabung bersama mereka.

Setelah memastikan meja makan kosong juga dapur, ia turun. Memeriksa keadaan dapur.

"Kamu mau makan?"

Kalea tersentak lalu menoleh menatap Ayah yang berdiri di depan sink untuk menyimpan cangkir.

Ayah membalas tatapannya, tapi ia melengos kembali menatap isi kulkas.

"Mau Ayah bikinin lasagna?" meski Kalea hanya diam, tapi Ayah tetap beranjak memeriksa lemari kabinet. Mengambil bahan-bahannya. Kalea sendiri diam mengamati Ayah yang dengan cekatan membuat makanan kesukaannya tersebut.

Hingga sejam lebih kemudian, lasagna sudah siap di hadapan Kalea. Ayah memberikan peralatan makan untuknya serta botol saus pedas.

Kalea pikir Ayah akan beranjak, tapi tidak.

Ayahs duduk di kursi sebelahnya. Ia pun mulai makan.

Kapan terakhir kali Kalea makan masakan Ayah?

Kalea sudah lupa saking lamanya. Entah kenapa matanya berkaca-kaca. Bukan karena masakan Ayah yang sangat lezat, ya memang lezat. Tapi, bukan karena itu. Bukan juga karena pedas.

Ia menunduk seraya mengunyah. Melirik Ayah saat Ayah berdiri lalu memberikannya air minum.

"Pedas, ya? Makanya jangan banyak-banyak naruh sausnya," tegur Ayah lembut seraya mengusap rambutnya. Kalea sendiri hanya diam. Enggan menatap Ayah. Bahkan berhenti makan. "Kenapa Nak?"

Terjadi keheningan beberapa saat. Kalea mencengkeram erat sendok yang di genggamnya. Mulut Kalea terbuka ingin bicara, tapi ia mengurungkan niatnya. Kemudian menggeleng pelan dan melanjutkan makannya. Hingga selesai makan Ayah masih duduk di tempatnya.

"Kenapa kamu beli mobil gak ngomong sama Ayah dulu?"

Kalea menatap Ayah. Entah kenapa ia merasa dimarahi padahal suara Ayah pelan dan lembut.

Atau mungkin karena ia merasa bersalah?

Membeli mobil tanpa sepengetahuan Ayah dan melimpahkan semua pembayaran pada Ayah?

Karena Kalea menyuruh Megumi untuk menagih pada Ayah. 

"Ayah gak ikhlas beliin mobil buat aku?!" ujar Kalea sinis. Lalu mendengus. "Ayah aja beliin anak Ayah mobil. Masa aku enggak!"

"Kalea, bukan itu maksud Ayah," Ayah mendesah pelan. "Ayah kan beliin Kanya mobil-mobilan. Harganya gak sampai ratusan juta. Terus kamu beli mobil yang harganya ..."

"Ya terus kenapa?!" sela Kalea. "Ayah kan punya banyak duit?! Apa salahnya sih beliin aku mobil yang mahal! Kurang lebih enam tahun Ayah gak biayain aku! Gak ngasih aku uang!"

"Ayah gak permasalahin mahalnya mobil itu Lea, tapi kamu yang gak bilang dulu ke Ayah kalau kamu mau beli mobil."

Kalea tersenyum sinis. "Dulu Ayah gak ngomong waktu nikah sama istri Ayah itu." Ayah bungkam. "Tiba-tiba datang terus ngasih tau kalau kalian udah nikah."

Setelah mengatakan itu keheningan tercipta di antara mereka.

Ayah menghela nafas cukup kasar. "Kamu gak mau kerja di tempat Ayah?"

Kalea tau Ayah mengalihkan pembicaraan. Tapi, bukan Kalea namanya jika begitu saja dapat teralihkan. "Kenapa nyuruh aku kerja?! Ayah gak mau lagi ngasih aku duit soalnya udah punya istri dan anak? Gitu?"

"Astaga Lea, bukan seperti itu. Ayah ..."

"Aku gak mau kerja!" sela Kalea. Jika istri dan anak-anak Ayah menikmati uang Ayah begitu saja, maka Kalea pun bermasa bodoh untuk bekerja.

"Ayah sudah tua. Kalau bukan kamu, siapa yang gantiin Ayah di perusahaan."

"Ada Kalee. Dia kan baru aja tamat!"

Ayah pun diam kemudian mengangguk pelan. "Ya udah terserah kamu." Mengusap puncak kepalanya lembut lalu pamit untuk masuk ke kamar meninggalkan Kalea sendiri di meja makan tersebut.

●•••●

Kalea menikmati appetizer, manisan wortel madu. Tidak perlu menunggu seseorang yang ingin ditemuinya. Karena ia memang lapar. Tidak sabar menunggu hidangan utama.

Tidak berapa lama hidangan utama datang. Salah satu menu yang menjadi andalan utama Ar's Restaurant and Bar tersebut.

Kalea makan dengan lahap. Hingga seseorang duduk di hadapannya.

Kalea berhenti mengunyah. Ia meraih gelas tinggi yang berisi wine jenis carbenet merlot lalu meneguknya.

Seorang pelayan menghampiri mereka dan bertanya pada El. "Selamat siang Pak Erlang. Bapak mau pesan apa?"

"Sama aja yang dia pesan," ujar El pelan. Salah satu pelayan menuangkan wine ke gelas untuk El. Lalu mereka pergi. Meninggalkan Kalea dan El.

"Abis ngapain lo?" tanya Kalea karena melihat wajah El yang lebam di bagian rahang juga keningnya lecet.

"Tiga hari yang lalu Mas Banyu ajakin gue duel tinju. Harusnya gue gak terima, tapi karena ego gue tinggi, ya terima aja."

Bukannya bersimpati, Kalea malah tertawa. Menertawakan El yang langsung mendengus.

"Cemen banget lo. Masa lo gak bisa ngalahin Mas Banyu. Udah tua kan dia?" ujar Kalea pelan masih dengan tawanya.

"Enggak juga. Mas Banyu gak setua bokap. Staminanya masih kuat." Lalu tubuh El condong ke depan. "Makanya punya banyak sugar baby." Lalu El kembali bersandar. "Untung aja Mbak Una gak jadi nikah sama Mas Banyu," lanjutnya.

"Tapi sama Mas Arsen, kan?" ujar Kalea. Mengingat cerita El tentang dua kakak tiri pria itu. Kalea cukup tercengang karena Arsen yaitu kakak tiri El, merupakan mantan gebetan Aurora.

"Kalau dia mah udah tobat. Eh itu Zian, kan?" Kalea menoleh ke arah yang ditunjuk El. Matanya memicing untuk melihat jelas sosok Zian.

"Nah itu salah satu sugar baby-nya Mas Banyu," ujar El.

Kalea masih menatap dua orang beda jenis kelamin tersebut. Saat wanita itu mengecup pipi Zian secara bergantian entah kenapa Kalea semakin mengamati wanita tersebut. Mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Zian menyukai wanita yang seperti itu?

Kalea tersadar atas pemikirannya sendiri. Kenapa juga dia memikirkan hal tersebut?

Bergidik ngeri, ia memutuskan untuk lanjut makan.

"Woy Yan!" panggil El pada Zian yang membuat Kalea melotot pada El yang malah menyengir.

Zian langsung menoleh dan melotot melihat Kalea makan bersama El. Dengan langkah lebar ia mendekat ke arah dua orang itu. "Ngapain kalian?"

"Lagi berak," jawab Kalea ketus. "Lo gak punya mata. Udah lihat ini restoran, ya kami makanlah!"

"Cewek tadi siapa? Cewek lo, ya?" sahut El dengan seringai menyebalkan yang membuat Zian melotot.

"Eh." Zian menggaruk tengkuknya. "Tadi lo lihat dia nyium pipi gue, ya? Lo cemburu?" Zian malah beralih menatap Kalea yang langsung menganga. Zian seketika panik.

"Lo jangan salah paham dulu. Qara emang gitu suka cium pipi, sesama ke cewek pun juga gitu. Lo tau Qara, kan? Dia beauty vlogger, punya kanal youtube terus dia ada program dan gue ..."

"Ngapain lo jelasin?!" sela Kalea kesal karena makan siangnya terganggu. El sendiri tertawa puas melihat Zian kena marah.

"Biar lo gak cemburu." Zian menyengir lebar.

"Dih siapa yang cemburu?!" sembur Kalea.

"Kalau gak cemburu kenapa teriak kayak gitu?!"

"Gue gak cemburu!!"

"Nah kan!!"

"Udah-udah. Ini bukan hutan." El mencoba melerai. Tapi malah balik dimarahi.

"Diam!!" teriak Kalea dan Zian galak.

>>>>>THE NEXT PART 11<<<<<

Continue Reading

You'll Also Like

364K 10.3K 66
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
36.8K 239 4
oneshoot 🔞🔞 lanjutan Polos polos binal yang dihapus sama akun nya juga di hapus Karina X All Warning!!! 🌚🥵 penuh dengan uh ah
326K 1.3K 5
ONE SHOOT 21+ If you found this story, u clearly identified as a horny person. So find ur wildest fantasy here and just let's fvck, yall. Underage ki...
1.7M 126K 57
Ini tentang Jevano William. anak dari seorang wanita karier cantik bernama Tiffany William yang bekerja sebagai sekretaris pribadi Jeffrey Alexander...