Miss Scapegoat Changed Her De...

Por RainiFr

609K 78.3K 2.2K

"Happy birthday to me ... Fuhh." Sebelum meniup lilinnya, Valerie Rowena mengucapkan suatu permohonan di hari... Más

Prolog
1 - Beradaptasi
2 - Para Tokoh
3 - Keluarga
4 - Hubungan Orang Tua
5 - Teman
6 - Belanja
7 - Jamkos
8 - Perpustakaan
9 - PDKT
10 - UKS
11 - Kesehatan Mental
12 - Kedekatan
13 - Nilai Try Out
14 - Kencan
15 - Dendam, Gelisah, Bahagia
16 - Pesta Ulang Tahun
17 - Terungkap
18 - Dunia Paralel?
19 - Mulai Bergerak
20 - Bukti-bukti
21 - Foto
22 - Cinta Segitiga
23 - Perasaan Tidak Enak
24 - Bukan Kambing Hitam Lagi
25 - Saudari Dan Teman
26 - Ketenangan Sebelum Badai
27 - Menuju Konflik
28 - Sister Time
29 - Perkelahian
30 - Akhir Adhitama
31 - Bermaafan
33 - Berdamai
34 - Mencapai Ending
Epilog
Apa ada Extra Part?

32 - Ingatan

6.9K 1.1K 31
Por RainiFr

≪•◦ Happy reading ◦•≫

Saat ini, ketiga anggota keluarga Serenity berada di ruang makan mansion mereka dan baru selesai menghabiskan sarapan mereka.

"Fiona, besok hari ulang tahunmu. Kamu mau dirayain di mana?" tanya Narendra.

"Gak usah dirayain," jawab Fiona.

"Eh? Ini ulang tahun ke-18 Kakak loh! Hari kedewasaan!" celetuk Olivia.

Narendra yang masih ingat perkataan Fiona di rumah sakit kemarin tidak mau anaknya itu mengalami paksaan sehingga ia mau mencoba membujuk terlebih dahulu. "Kenapa? Karena 'para penjilat'? Kalau memang itu masalahnya, Papa nanti bakal taruh beberapa bodyguard di dekatmu supaya gak ada 'serangga-serangga' yang dekatin kamu. Papa gak mau maksa tapi kamu pasti paham, pesta ini penting buat pamor-mu sebagai pewaris perusahaan Srnty."

Fiona berekspresi tidak peduli, dia yakin sebentar lagi dunia ini akan mencapai ending dan berakhir, yang berarti dia tidak akan sempat memimpin perusahaan Srnty, jadi untuk apa dia memikirkan pamor-nya. Dia menghela nafas pelan sambil menyibak rambut depannya. Seketika ia berhenti saat memegang dahinya yang terasa sedikit panas. Pantas tadi saat bangun dia merasa pusing, ternyata dia demam.

"Aku gak enak badan hari ini, Pa. Gak tau besok bakal sembuh atau engga, jadi gak usah dirayain aja," jelas Fiona yang sudah mendapat alasan bagus.

Fiona pikir Narendra akan berucap 'besok mungkin sembuh. Tapi kalo belum sembuh, kamu pamer wajah aja sebentar, baru ke kamar istirahat, yang penting pestanya tetap jalan' atau balasan semacamnya, karena setahunya meski Narendra sangat menyayangi anak-anaknya tapi dia lebih mementingkan reputasi perusahaannya. Namun sekarang ayahnya malah memegang dahinya, dan tidak terlihat akan memaksanya.

"Panas banget. Kenapa baru bilang sekarang?" Narendra menjauhkan tangannya. "Pergi ke kamarmu dan istirahat. Papa bakal panggil dokter."

Olivia berekspresi khawatir sembari berdiri. "Ini pasti karena Kakak main hujan kemaren." Dia lalu merangkul lengan kiri Fiona. "Ayo kuantar ke kamar."

"Kalo gitu pesta--"

"Gak dirayain, kamu sakit begitu," sela Narendra melirik Fiona sebentar, kemudian menatap smartphone-nya dan menghubungi dokter.

Fiona menatap tidak percaya, lalu kembali berekspresi datar dengan perasaan tidak nyaman. Ternyata dia salah mengira, kasih sayang Narendra terhadap anak-anaknya lebih besar dibandingkan apapun di hidupnya. Dia kemudian mengikuti Olivia yang membawanya menuju lantai atas.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Saat ini Fiona berbaring di kasurnya, sendirian di kamar. Sebelumnya dia sudah diperiksa dokter yang bilang dia hanya demam ringan, dokter itu pun menganjurkannya minum obat dan banyak beristirahat saja. Setelah dirinya minum obat, dokter, Olivia, dan Narendra meninggalkannya sendiri supaya ia bisa beristirahat.

Fiona berbaring menyamping dan melihat smartphone-nya di atas nakas. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dia mengambil smartphone-nya, lalu memesan sebuah cake ulang tahun yang dilengkapi lilin melalui aplikasi belanja online. Setelahnya, dia menaruh kembali smartphone-nya di atas nakas, lalu memejamkan mata.

Kurang lebih empat jam tidur, Fiona bangun akibat suara ketukan pintu. Setelah sadar sepenuhnya, ia berjalan menuju pintu dan membukakannya. Terlihat di sana berdiri salah satu asisten rumah tangga di mansionnya.

"Kenapa?" tanya Fiona.

"Cake pesanan Nona sudah datang. Tuan muda Raymond juga datang, katanya mau ketemu Nona. Beliau menunggu di ruang tamu sekarang."

"Oh. Taruh cake-nya di kulkas. Terus suruh Raymond tunggu lagi bentar," balas Fiona, diangguki asisten rumah tangga itu yang kemudian pergi.

Fiona masuk kembali ke kamarnya dan mengambil jaket Raymond yang sudah dicuci. Dia lalu turun ke lantai bawah, melihat ayahnya juga berada di sana dan baru saja duduk di depan sofa yang diduduki oleh Raymond.

"Selamat siang, Om," sapa Raymond. Dia melirik kedatangan Fiona. "Hai! Siang, Fiona."

Fiona hanya berdeham, kemudian menyodorkan jaket yang langsung diterima Raymond.

"Kau ternyata perhitungan banget. Baru sehari minjamin jaket, besoknya langsung datang," sindir Narendra.

"Bukan gitu, Om. Jaket ini mah gak penting. Tujuan saya cuma mau cepat-cepat ketemu Fiona," jelas Raymond tersenyum cerah.

Narendra berdecih sinis. "Sudah sana pulang. Fiona harus istirahat." Dia beralih menatap Fiona dengan sorotan sedikit lembut. "Fio, istirahat sana. Kepalamu pasti masih pusing."

Fiona mengangguk paham, kemudian melangkah menuju tangga.

Raymond seketika berdiri. "Eh? Fiona sakit?"

"Ya. Jadi sana pulang," ucap Narendra.

Raymond melihat Fiona yang sudah menaiki tangga. "Fiona!" Dia menatap khawatir sambil tersenyum sedikit saat gadis itu menoleh. "Istirahatlah. Semoga cepat sembuh!"

Fiona tersenyum tipis saja sebagai tanggapan. Dia kembali menghadap depan dan melanjutkan langkahnya.

Putriku sudah besar, batin Narendra menghela nafas panjang melihat kedekatan kedua remaja tersebut.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Fiona terbangun dari tidurnya saat suara petir menyambar terdengar keras disertai melodi tetesan hujan. Dia duduk, melirik jendelanya yang tertutupi gorden dan menampilkan beberapa kilatan cahaya petir. Dia lalu melirik smartphone-nya di atas nakas dan mengambilnya. Terlihat layar menampilkan pukul 01.00 pagi.

"Ini hari ulang tahunku, ah lebih tepatnya ulang tahun Fiona."

Fiona menaruh kembali smartphone-nya di atas nakas seraya bangkit dari kasur. Dia lalu keluar dari kamarnya dan menuju lantai bawah. Itu tidak menyeramkan meski suasana cukup mencekam akibat suara hujan dan petir, sebab lampu-lampu di mansion dibiarkan menyala sepanjang malam.

Fiona memasuki dapur dan membuka kulkas di sana. Dia mengambil sebuah kotak dalam plastik yang mempunyai label toko cake pesanannya. Setelah mengeluarkan dan menaruh cake-nya dari kotak ke piring, ia membawanya ke kamarnya.

Di kamar, Fiona menaruh cake itu ke atas kasur. Dia lalu mengambil korek gas dari salah satu laci nakasnya dan memakainya untuk menghidupkan lilin dengan angka 18 di atas cake itu.

"Selamat ulang tahun, Fiona." Fiona menarik nafas panjang. 'Semoga ini gak terlalu sakit', batinnya berharap. Kemudian dia meniup api pada lilin.

Fiona tiba-tiba merasa kepalanya dipukul kuat, sontak ia memegang kepalanya. Ingatan-ingatan milik Fiona sejak kecil sampai dia mati di dunia novel muncul di pikirannya.

≪•◦ ❈ ◦•≫

"Bagaimana bisa kamu ngelakuin itu sama adik kandungmu? Kamu bukan putriku sekarang! Jangan pernah nginjakin kakimu lagi ke rumah!" Narendra menarik tangan Fiona keluar dari mobil. Setelahnya dia masuk ke mobil dan pergi dari sana.

"Papa bahkan gak ngasih aku waktu buat jelasin." Fiona menatap dingin mobil ayahnya yang menjauhinya.

Fiona tidak memedulikan mobil di sampingnya, sebelumnya mobil itu berhenti bersamaan dengan mobil ayahnya, tapi sekarang masih berada di sana. Dia lalu berjalan di trotoar sambil menunduk dengan tatapan kosong. Tidak peduli seseorang yang berjalan di belakangnya dan tiba-tiba sudah berada di hadapannya. Fiona spontan berhenti dan mendongak, melihat orang itu adalah Raymond.

"Sepupu gue bangsat ya? Bener-bener biang masalah," ucap Raymond.

Fiona menunduk sambil tersenyum sinis, dalam hati menyetujui ucapan Raymond. Dia kemudian memikirkan masalah ia yang difitnah, dalangnya pasti Yolanda karena cuma gadis itu yang menyukai Ethan sekaligus tidak menyukai kehadirannya dan Olivia. Dia kembali mengangkat wajahnya.

"Apa lo bisa selesaiin salah paham di acara sekolah tadi? Pelakunya itu Yolanda. Selain buat nama gue kembali bersih, mungkin lo bisa gunain informasi ini juga buat balas dendam ke sepupu lo yang kepedean itu. Sejak tahu sifat buruknya, gue bener-bener gak setuju dia deketin Olivia," ucap Fiona. Tanpa menunggu jawaban Raymond, dia melewatinya dan berjalan menyeberang jalan raya.

Raymond terdiam sebentar sebab mendengar permintaan Fiona yang menatapnya kosong dan putus asa sebelumnya. Dia lalu berbalik badan, melihat Fiona di tengah jalan raya. Matanya membulat kaget saat melihat sebuah bus melaju ke arah Fiona.

Suara klakson bus itu membuyarkan lamunan Fiona. Dia terkejut melihat bus itu, dan segera berlari ke pinggir jalan. Tapi terlambat, tubuhnya tetap terkena pinggir badan bus tersebut membuatnya terlempar jauh dan membentur trotoar.

Fiona merasakan sakit pada seluruh tubuhnya, ia juga bisa melihat darah dari kepalanya mengalir menghiasi wajahnya. Tatapannya lalu terfokus pada mobil yang berhenti lumayan dekat dengannya, ayahnya keluar dari sana lalu mendekatinya dan berlutut.

"Fi-Fiona," panggil Narendra bergetar. Dia berniat mengangkat tubuh Fiona, tapi berhenti saat putrinya itu menyentuh lengan bagian atasnya.

"Ke-Kenapa Papa datang? Bukannya a-aku sudah bukan putri Papa?" ucap Fiona.

"Fiona, jangan bahas masa--"

"Papa masih anggap aku bersalah?" Fiona tersenyum sinis. "Apa Papa gak mikir a-aku gak mungkin lakuin itu? Ah ya Papa mana pe-peduli aku benar atau salah karena yang je-jelas aku u-udah ngerusak citra keluarga kita. Papa kan lebih mentingin re-reputasi, dan gak pernah sayang sa-sama aku."

"Papa sayang sama kamu! Papa tadi cuma kecewa--"

"Artinya Papa te-tetap gak percaya sama aku, kan? Papa ba-bahkan gak ngasih aku kesempatan buat jelasin." Fiona menatap kosong. "Aku capek. Aku gak mau nga-ngadapin sifat Papa lagi. A-Aku capek jagain Olivia. Aku pengen pe-pergi aja."

"Apa maksudmu pergi?! Oke, Papa bakal dengerin penjelasanmu. Jangan ngomong begitu!" teriak Narendra.

"Papa telat, aku bener-bener udah capek. Aku mau pergi," lirih Fiona dengan senyuman sendu.

Setelah beberapa tahun, Fiona yang sudah lama tidak tersenyum selain senyuman sinis, kini tersenyum lagi tapi dengan menampakkan kesakitan hati dan fisiknya. Melihat itu, dada Narendra menjadi sesak dan sontak meneteskan air mata.

Narendra mengangkat kepala Fiona. "Fi-Fiona, Papa bakal mohon kalo itu maumu. Papa mohon bertahanlah. Jangan pergi! Papa menyayangimu, sungguh." Dia mencium dahi Fiona berulang kali, seolah memberikan kekuatan kepada putrinya untuk bertahan.

Namun akhirnya Fiona memejamkan mata dan kehilangan kesadaran.

≪•◦ ❈ ◦•≫

"Ukh ... hah ... hah ...." Fiona membuka kelopak matanya yang telah banjir air mata. Ingatannya sudah berakhir tapi kepalanya tetap terasa pening, belum lagi tubuhnya terasa kaku sekarang akibat mengingat tubuhnya yang terlempar membentur trotoar.

Fiona memindahkan cake-nya ke atas nakas, kemudian berbaring secara menyamping. Awalnya dia ingin memejamkan mata supaya dapat menghilangkan sakit di kepalanya dengan tidur, tapi tidak jadi karena pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Terlihat Narendra di ambang pintu.

"Papa?"

"Fiona? Kau belum tidur?" Narendra mendekati kasur. Matanya membulat kaget saat melihat jelas air mata yang membasahi wajah Fiona. Lampu di kamar itu memang dimatikan sebab Fiona tipe orang yang tidak bisa tidur jika ruangan terang, makanya tadi Narendra tidak dapat melihat jelas wajah Fiona. "Kamu kenapa nangis?"

"Sakit," jawab Fiona pelan kemudian memejamkan matanya saja, seketika ia kehilangan kesadaran entah tidur atau pingsan.

: ̗̀➛Date : 15 Maret 2022

Seguir leyendo

También te gustarán

398K 45K 43
Karena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Ize...
1.1M 114K 45
Di novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketena...
2.3M 165K 47
Ketika Athena meregang nyawa. Tuhan sedang berbaik hati dengan memberi kesempatan kedua untuk memperbaiki masa lalunya. Athena bertekad akan memperb...
814K 74.7K 36
Lembayung Rinai Kayana. Wanita itu tidak menyangka bahwa hidupnya dalam sekejap hancur berkeping-keping setelah mengetahui fakta menyakitkan tentang...