Kennand Perfect Boyfriend

BแปŸi _avocadish_

93.8K 6.1K 636

'๐ฌ๐ข๐ง๐ ๐ค๐š๐ญ ๐ฌ๐š๐ฃ๐š ๐ข๐ง๐ข ๐š๐๐š๐ฅ๐š๐ก ๐ค๐ข๐ฌ๐š๐ก ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐›๐ž๐ซ๐š๐ฐ๐š๐ฅ ๐๐š๐ซ๐ข ๐ค๐ž๐ฉ๐ฎ๐ซ๐š-๐ฉ๐ฎ๐ซ๏ฟฝ... Xem Thรชm

PROLOG
Part : 1
Part : 2
Part : 3
Part : 4
Part : 5
Part : 6
Part : 7
Part : 8
Part : 9
Part : 10
Part : 11
Part : 12
Part : 13
Part : 14
Part : 15
Part : 16
Part : 17
Part : 18
Part : 19
Part : 20
Part : 21
Part : 22
Special parts: Tentang Hazel
Part : 23
Part : 24
Part : 25
Part : 26
Part : 27
Part : 28
Part : 29
Part : 30
Part : 31
Part : 32
Part : 33
Part : 34
Part : 35
Part : 36
Part : 37
Part : 38
Part : 39
Part : 40
Part : 41
Part : 42
Part : 43
Part : 44
Part : 45
Part : 46
Part : 47
Part : 49
Part : 50
Part : 51
Part : 52
Part : 53
Part : 54
Part : 55
Part : 56
Part : 57
Part : 58
Part : 59
Part 60
Part : 61
Part : 62
Part : 63
Part : 64
Part : 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70 [Ending]

Part : 48

645 52 2
BแปŸi _avocadish_

Happy reading

(Hazel's birthday special chapter, yay)


Pagi ini Jio masih juga ada di rumah Hazel. Alasannya, ia malas pulang malam tadi. Ingat hanya alasan, padahal aslinya ia memang lebih suka tidur di rumah Hazel dibanding kamarnya sendiri di rumah.

"Kamu dianterin sama Jio dulu, Abang ada urusan skripsi" kata Azlan yang tengah membereskan berkas-berkas kuliahnya.

"Oke, tapi bukannya kak Jio lagi ujian?"

"Jam sembilan eneng, nganterin kamu dulu bisa" timpal Jio menjawab.

"Orang gak tau, dikira jam tujuh atau delapan"

"Enggak, sarapan dulu cepet"

Hazel melangkah, mengambil dua buah roti dan mengisinya dengan beragam rasa selai. Sarapannya pagi ini.

"Abang" panggil Hazel dengan mulut penuh roti.

"Apa? Kunyah dulu telen itu makanan"

"Acel udah mutusin," Hazel menjeda katanya.

"Kamu mutusin Kennand?!" Seru Jio dengan nada tinggi.

"Bukan itu, maksudnya keputusan yang om Abhi itu"

Azlan meneguk salivanya agak ragu. "Gitu? Apa keputusan kamu?"

Hazel menggeleng. "Nanti aja sekalian kalau ada om Michael sama Tante Alana"

Azlan mengangguk, tersenyum kecil. "Apapun keputusan kamu, selagi seratus persen dari hati kamu, Abang setuju"

Hazel mengangguk serius. "Ini udah Acel pikirin mateng-mateng"

"Yang penting kamu sembuh, hidup Abang gak akan tenang kalau kamu gak sembuh"

"Acel sembuh Abang, Acel pasti sembuh kalau udah ketemu ibu" jujur, Hazel berkata seperti ini hanya berniat bercanda.

"Apa maksud ketemu ibu?" Jio menimpali, Jio sensitif sekarang.

"Bercanda kak Jio, serius amat"

"Gak lucu, lagian" omel Jio yang juga tengah memakan potongan roti.

"Abang," panggil Hazel lagi.

"Apa? Jangan ngomongin yang aneh-aneh" peringatnya sebelum adiknya itu melanjutkan kata yang akan ia sampaikan.

"Enggak, Acel mau tanya doang, kenapa di sebelah makam ibu tanahnya kosong?"

Agaknya, Hazel bertanya seperti ini hanya didasarkan rasa penasaran. Tapi hati Azlan mengarah ke arah yang lain. Sungguh.

Azlan menggeleng. "Abang juga gak tau, cuma waktu itu ayah beli emang sepanjang itu, gak tau buat apa"

"Kalau seandainya ya, seandainya inget. Acel gak dikasih umur lagi, Acel mau di sebelah ibu"

Perkiraan Azlan benar, ia tidak bisa mengelak jika adiknya sudah berbicaralah seperti itu. Jangankan Azlan, Jio pun sama diamnya.

Azlan hanya bisa menatap adiknya lembut. Ia ingin sekali marah jika Hazel sudah membicarakan soal kematian. Tapi lagi-lagi ia teringat perkataan Abhi alias ayahnya.

"Abang? Kenapa gak jawab?"

"Udah, ssttt jangan ngomongin itu dulu sekarang kamu fokus sekolah udah mau ujian kelulusan, biar bisa masuk universitas yang bagus"

"Kalau Acel mati sebelum ujian gimana?"

"Adek," Azlan melengguhkan pandangannya. "Abang mau liat kamu pake baju toga, kamu bisa wujudin impian Abang?"

Hazel mengangguk semangat. "Bisa! Besok Acel mau sewa bajunya terus kasih Abang lihat"

Perlu diingat, bukan Hazel namanya kalau tidak berpikir langsung ke intinya. Alias Hazel lebih sering mencari alternatif lain selain peka perasaan kakaknya.

"Bukan itu yang Abang mau dek"

"Liat Acel pake baju toga kan?"

"Pinter tapi tolol" cibir Jio.

"Acel gak tolol ya kak Jio, cuma mencari alternatif lain, andai andai waktu Acel itu habis sebelum lakuin impian Abang"


"Kennand kemarin--"

"Diem kak Jio!" Potong Hazel cepat. "Gak mau ngomongin soal itu!" Jelasnya.

Jio mengangguk paham, ia kembali melihat jalan di depannya, kembali menyetir walaupun tak terlalu fokus.

"Mau digeplak tapi Kennand atasan, kakak masih bawahannya dia"

"Gak usah ada acara begituan"

"Kenapa? Biar aja, bisa-bisanya dia begitu sama kamu, pengen digeprek anu nya"

"Jangan jadi orang pendendam" kata Hazel sembari mengikat rambutnya kebelakang.

"Kamu juga jadi orang jangan terlalu baik"

"Baru sekali kok, anggap aja khilaf"

"Nih, asal kamu tau kalau udah ngelakuin yang kayak gitu sekali, terus dibiarin bakal keterusan, percaya sama kakak"

"Jangan jadiin banyak kebaikan ketutup sama satu kesalahan, gak baik" ujar Hazel yang membuat Jio terdiam.

Sekitar kurang lebih lima belas menit akhirnya perjalanan mereka sampai di depan gerbang sekolah Laskar gemilang.

"Hati-hati, nanti kalau kamu udah pulang tapi kakak belum, tungguin jangan ikut yang lain"

"Iya kak Jio, dah Acel mau masuk"

Jio mengangguk, tetap terfokus pada gadis itu sampai akhirnya pandangannya sudah tak menangkap lagi keberadaan gadis itu.

Saat Hazel sampai di lorong ia sangat tepat berpas-pasan dengan Kennand.

"Zel.."

Kennand belum melanjutkan perkataannya, Hazel sudah berjalan melewatinya begitu saja. Tanpa berkata satu huruf pun.

Kennand membalikan pandangannya, ia tetap menatap gadisnya yang berjalan begitu cepat, bisa dibilang setengah berlari.

Ia cukup bingung, apa ia punya salah? Selama hubungannya hanya ada cek cok biasa yang keesokan harinya bisa dibicarakan baik-baik. Tapi kali ini kenapa?.

Hazel menghela nafasnya begitu sampai di depan pintu kelasnya. Beruntung ia bisa menjauh dari Kennand secepat itu.

Yaa, Hazel sudah memutuskan tidak ingin berkeras kepala, untuk langsung menuruti ego-nya. Ia lebih memilih menjauh dari Kennand untuk sementara waktu, supaya ia bisa menenangkan diri juga.

"Masuk lah Zel, ngapain diem disitu?" Tanya Riko kebingungan.

"Diem," Hazel menyodorkan telunjuknya tepat di depan wajah Riko. "Boti itu gak diajak" lanjutnya.

"Ya Allah gini amat, cewek cakep"

"Annyeong yeorobun!!" Seru Qila.

"Gimana lo udah geplak Kennand belum?"

Beruntung, hanya sedikit siswa yang ada di kelas jadi agak aman. Walau sebenarnya tidak ada kata aman jika menyebutkan nama Kennand di kelas ini.

"Gak akan gue geplak"

"Aduh Cel, geplak sekali aja gak apa-apa, beneran" ucap Lia geram sendiri.

"Gak akan gue geplak sampai kapanpun"

"Terus mau apain dia? Nakal begitu cewek seksi nauzubillah dia liatin dengan adem ayem"

"Gue mau jauhin dia buat sementara waktu, biar gue bisa nenangin ego gue juga"

Qila menghela nafas panjang. "Gue gak bisa kayak lo Cel, waktu tau Axel selingkuh pertama kali, gue sampe sodorin dia pisau dapur"

"Lagian gue kan gak tau itu Kennand atau bukan, siapa tau kembarannya, kan katanya kita punya tujuh kembaran di dunia" Hazel beralasan.

Lia dan Qila menggeleng bersamaan. "Enggak si, menurut gue itu emang Kennand, keliatan banget asli" ujar Qila, ia benar-benar yakin itu Kennand, dapat dilihat dari proporsi tubuh yang sama.

"Itu Kennand asli, bukan gue jadi kompor ya tapi dari hidungnya aja keliatan kek serodotan anak TK" Lia menimpali, ia juga sama yakinnya dengan Qila.

"Waktu itu lo liatnya sama Jio kan?"

"Heem". Hazel mengangguk.

"Kennand bakal diserang sama Jio tuh, gue yakin"

"Tau darimana?" Hazel tak yakin Jio akan melakukan itu, secara Jio itu jarang bertengkar dengan sesama anggota Azgerios.

"Beneran lho Cel," lanjut Lia. "Waktu itu Axel begitu diserang habis-habisan sama Jio"

"Ya, sangat betul" Qila memetik jarinya dengan lentik hingga berbunyi.

"Sampe segitunya?"

"Iyalah, masa lo gak tau si? Kan lo saudaranya, Jio kalau liat cewek siapapun itu--" ucap Qila terpotong.

"Mau itu cewek jahat mau kek apaan kek sikapnya kalau disakitin cowok, dia pasti punya tindakan gak diduga"

Hazel terdiam beberapa saat. Bisa-bisanya ia tak menyadari hal seperti itu.

Hazel ingat salah satu kejadian dimana saat itu Laura datang untuk menceritakan kehamilan di luar nikahnya. Tampak raut wajah yang baru Hazel sadari ternyata Jio sebaik itu pada perempuan yang tersakiti.

Tak memandang sejahat apapun sejelek apapun sikapnya. Jika perempuan itu jatuh karena laki-laki, Jio tak akan tinggal diam.

Hazel mengangguk pelan. "Iya, kak Jio emang kayak gitu orangnya"

"Biar aja Cel, kalau Jio marahin Kennand lo jangan larang"

"Iya, lagian kan gue lagi ngehindar, ngapain gue larang kak Jio buat nasehatin Kennand"


Bahkan hingga sekarang, waktu pulang sekolah. Kennand masih bingung kenapa Hazel mendiaminya selama di sekolah.

Banyak panggilan telepon yang tak ditolak, chat nya hanya dibaca saja tanpa dibalas, Kennand benar-benar bingung.

"Dia marah?" Gumamnya pelan.

Mungkin seharusnya ia sudah ada di perjalanan pulang ke rumahnya. Tapi karena hal itu Kennand masih diam di parkiran sekolah. Mungkin karena baru pertama kali mengalami hal ini.

Sampai akhirnya ia tersadar saat handphonenya berbunyi, ia sangat bersemangat tadinya ia kira itu adalah Hazel, namun ternyata bukan.

Lelaki itu mendengus kesal, sangat bingung bukan? Ia khawatir tentang Hazel tapi ada telepon yang mengharuskannya pergi ke kantor.

Benar-benar pilihan yang sulit.


"Ibu... Hazel datang lagi"

Langkah kaki itu berjalan menelusuri rerumputan, berjalan menuju tempat dimana ibunya berada.

"Ibu, Hazel bawa bunga kesukaan ibu" gumamnya pelan. Tidak ingin menganggu orang lain di sekitarnya.

Seperti waktu sebelumnya, ia memulai dengan membersihkan daun-daun kering yang menguning, dan memasukannya ke dalam tong besar.

Lalu menyirami makam itu dengan air, mengelapnya perlahan agar tak ada lagi kotoran.

"Sebentar lagi Hazel sembuh ibu," ucapnya, "om Abhi mau buat Hazel sembuh"

Katanya. Hazel berkata seperti itu sembari mengelus pelan batu nisan bertuliskan nama ibunya.

Ia terdiam beberapa saat, jujur, jika sudah disini ia sangat betah entah kenapa. Mungkin karena keterikatan batin dengan ibunya yang membuatnya sangat nyaman ada disini.

"Ibu," gumaman kecil itu terlontar dari bibir tipisnya.

"Kalau Hazel gak sembuh, Hazel bakal ada disini," ucapnya menepuk pelan tanah kosong di sebelah makam ibunya. "Hazel bakalan di sebelah ibu, Hazel bakalan ketemu ibu"

"Tapi kalau Hazel pergi Abang sama siapa?" Tanyanya pada diri sendiri. "Abang pasti sendirian, sama mba Zhiva paling, tapi kan Abang belum nikah"

Hazel memijat sebelah pelipisnya dengan tangan kirinya yang masih agak sakit karena luka waktu itu.

"Apa Hazel suruh Abang nikah cepet-cepet aja ibu? Biar kalau Hazel pergi, Hazel gak khawatir, Abang susah banget diatur,"

"Bangun buat subuh aja susah, harus Hazel teriakin pake microphone, kalau enggak Hazel pukulin drum di kamarnya yang kenceng, baru bisa bangun"

Gadis itu menghela nafas.

"Tapi Hazel beruntung punya Abang walaupun kayak gitu, karena diluaran sana masih banyak yang mau punya Abang tapi gak bisa"


Hazel sudah sampai di rumahnya 1 jam yang lalu kira-kira. Kini ia baru saja selesai mandi.

Gadis itu menghadap ke arah kaca, untuk menyisir rambut, memakai skincare atau ritual setelah mandi lainnya.

Ia menatap lamat-lamat kaca itu, rambutnya mulai menipis karena rontok yang parah.

Ia tau alasannya bukan karena salah shampoo atau masalah hair care yang lain tapi karena efek dari kemoterapi dari kankernya.

Ia ingin sembuh, itu saja tidak lebih mungkin perkiraannya dalam 4-6 bulan kedepan ia akan botak tak memiliki sehelai rambut pun dikepalanya.

"Saya agak gak yakin Kennand suka sama cewek penyakitan kayak kakaknya"

Kata itu lagi. Kata itu sangat mengerumuni pikirannya sekarang, seharusnya ia tak boleh stress hanya karena perkataan sampah seperti itu, tapi sangat sulit dihilangkan dari ingatannya.

Gadis itu menghela nafas sebelum membuka layar kunci handphonenya. Begitu banyak pesan masuk dari Kennand yang tak ia baca.

999+

Sampai segitu banyaknya pesan yang tak Hazel buka dari siang, perlu dicatat. Itu hanya dari Kennand saja.

"Kalau dipikir-pikir bener juga kata cewek itu, apa Kennand beneran bisa suka sama cewek penyakitan kayak gue ya?"

Ia menggeleng mencoba menepis semua pikiran yang buruk itu. Ia buru-buru menyelesaikan ritual setelah mandinya lalu bergegas untuk meminum obat yang sudah kakaknya siapkan. Dan ia akan belajar untuk ujian yang akan datang sebentar lagi.

Setelah semuanya selesai ia mulai membuka buku pelajarannya sebelum kefokusannya buyar mendengar suara ketukan pintu.

Tangannya terurai membuka pintu itu, panggangan Hazel tak langsung fokus pada siapa yang datang. Ia melihat dari kaki dan pandangannya berjalan terus ke atas.

"Om Abhi?" Gumamnya.

Abhi mengangguk. "Kamu kira siapa?"

"Gojo jadi nyata, baju om sama lagian"

Abhi menggeleng lelah, bisa-bisanya ia disamakan dengan karakter anime hanya karena warna dan model baju yang sama.

"Ada apa om ke kamar Hazel?"

"Mau tanya keputusan kamu"

Pandangannya langsung terangkat begitu saja. "Keputusan Hazel?" Tunjuknya pada diri sendiri.

"Iya keputusan kamu" Abhi mengangguk. "Alan udah cerita sebenernya, cuma om mau denger dari kamu sendiri"

"Di dalem aja, tapi janji gak lama ya, Hazel mau belajar buat ujian"

"Habis denger keputusan kamu om langsung keluar, kamu tenang aja"

Hazel mengangguk setuju, mempersilakan ayahnya itu untuk masuk ke dalam kamarnya, dan mendengarkan keputusannya.

"Jadi gimana?"

"Hazel ikut om"

Jawaban itu cukup membuat Abhi terkejut, ia hanya tak menyangka anak perempuannya itu dapat menerimanya walaupun masih ada dendam dalam diri Hazel.

"Ke Amerika?"

"Ya iya, emang mau ikut ke alam barzah? Hazel belum mau mati walaupun kayaknya lagi otw" jawabnya ngawur.

Tercipta senyum kecil di sudut bibir Abhi bukan karena jawaban Hazel yang nyeleneh tapi karena rasa bahagia ia bisa menghabiskan waktu bersama anak gadisnya.

"Ayah bakal ajak kamu jalan-jalan disana, biar kamu gak sumpek sama rumah sakit"

"Om" koreksinya.

"Hazel sampai kapanpun gak punya ayah, apa om lupa?"

Abhi mengangguk. "Om lupa, nanti om bawa kamu ke festival bakal seru kalau om ajak anak perempuan"

"Tapi om, kenapa Abang gak bisa ikut? Hazel kan," gadis itu menghela nafasnya sebelum melanjutkan perkataannya, "mau tetep sama Abang"

"Abang kamu masih sibuk sama skripsinya, sebentar lagi juga wisuda, kalau itu semua selesai ayah, maksudnya om juga bakal ajak dia"

"Kapan kita pergi?" Tanya Hazel agak ragu.

"Kamu maunya kapan? Kamu belum urusin surat-surat di sekolah"

"Itu.. Hazel yang bakal urusin besok, Hazel mau pergi cepet-cepet"

Alasan Hazel ingin pergi cepat-cepat salah satunya adalah ingin menghindar dari Kennand. Ini mungkin terlalu berlebihan tapi ini keputusannya.

"Kenapa tiba-tiba pengen cepet pergi?"

Hazel menggeleng. "Hazel punya janji sama sahabat-sahabat Hazel mau kuliah bareng"

"Terus?"

"Ya terus Hazel harus sembuh sebelum itu, biar bisa kuliah bareng sama mereka"

Abhi mengangguk dengan senyum kecil yang terbentuk disana. "Kamu nya harus yakin dulu"

"Hazel yakin! Om gak lihat rambut Hazel udah tipis gini? Hazel mau sembuh om!"

"Oke, tapi ngomongnya pelan-pelan, urat kamu bisa putus nanti"

"Gak apa-apa, asal jangan urat nadi yang putus"


"Nama ayah kamu kayak familiar Zel" ucap kepala sekolah. "Biasanya kakak kamu yang urusin semuanya"

"Abang lagi sibuk, pak."

"Oke, izin ini bapak terima, dan kalau untuk sistem pembelajaran kamu bakal pake sistem online, nanti semua materi dan tugas bakal di share secara online"

Hazel mengangguk paham.

"Untuk ujian juga begitu, akan dipantau guru-guru melalui meeting online, bisa dimengerti?"

"Bisa pak"

"Kamu gak bisa nunggu, maksimal sampai ujian kelulusan selesai?"

"Waktunya terlalu mepet pak, tidak bisa diundur"

"Begitu? Baik bapak mengerti, kamu salah satu siswa unggul baik di sekolah sebelum ini dan juga di sekolah ini, bapak bisa menjamin nilai kelulusan kamu"

"Semoga Hazel masih mampu"

"Bapak yakin sama kamu, semoga cepat sembuh"

Hazel menundukkan kepalanya. "Aamiin, terima kasih atas semuanya bapak, Hazel permisi"

"Silahkan"

Gadis itu keluar dari ruangan kepala sekolah, ia akhirnya lega karena izinnya telah selesai, dan gurunya mengizinkan sistem pembelajaran online yang Hazel ajukan.

Saat berbalik dirinya sangat terkejut melihat orang yang begitu tinggi di depannya.

"Zel, kita perlu bicara" ucapnya dengan suara berat.

Hazel mengangkat pandangannya, sepertinya ia tahu itu suara siapa, suara itu sangat familiar di telinganya.

"Ken?.."

"Kita harus bicara" ucapnya tegas.

Bahkan sikap lembut Kennand nampak hilang, ia menarik tangan Hazel menggenggamnya sangat erat, sampai ujung kukunya memutih.

Bahkan ini di tempat ramai, Kennand tak peduli, ia tetap menarik Hazel sampai ke balkon sekolahnya.

"Sampai segitunya? Apa ini karena masalah kita juga?" Tanya Kennand dengan suara tegas.

"Kalau aku jawab iya kenapa?"

"Masalah apa? Kamu hindarin aku selama itu, telepon, chat, gak ada yang kamu angkat atau baca, kenapa?"

"Udah gede kan? Mikir aja sendiri"

Hazel membuka layar handphonenya, menampilkan foto yang waktu itu ia ambil. Kennand dan perempuan itu, yang membuat Kennand mematung ditempat.

"Itu bukan kayak yang kamu pikir, Zel tolong dengerin aku dulu"

"Gak! Ini aku lihat pake kata kepala aku sendiri!" Tegas Hazel dengan suara gemetar.

"Kalau kamu gak mau denger aku, terus kamu mau apa?" Kennand berusaha bersikap lembut kembali.

"let's break up, kita akhiri semuanya hari ini"





Hari ini tanggal 4 April, yaa!! selamat ulang tahun Hazel 🎉🎉

Walaupun latar belakang cerita ini memang tahun 2022, tapi perbedaan bulan dan perbedaan hal yang ada di dunia nyata dan yang aku tulis. Salah satunya di cerita ini gak ada si covid yang meresahkan.

Anggap aja putusnya hubungan Kennand sama Hazel itu sebagai kado ulang tahun Hazel ya, hahahahaha.

Selamat datang bulan ramadhan, dan selamat berpuasa bagi yang menjalankan..



ฤแปc tiแบฟp

Bแบกn Cลฉng Sแบฝ Thรญch

3.2M 518K 63
Nemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat t...
559K 27.1K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
1.3M 122K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
70K 3.7K 52
Slow update:) Follow sebelum membaca๐Ÿ™ Karya asli RivaAnnisa Di larang plagiat!!! "Fajar bisa berangkat bareng ngga besok?" "Sorry Nja ga bisa, gue...