Kennand Perfect Boyfriend

By _avocadish_

93.8K 6.1K 636

'๐ฌ๐ข๐ง๐ ๐ค๐š๐ญ ๐ฌ๐š๐ฃ๐š ๐ข๐ง๐ข ๐š๐๐š๐ฅ๐š๐ก ๐ค๐ข๐ฌ๐š๐ก ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐›๐ž๐ซ๐š๐ฐ๐š๐ฅ ๐๐š๐ซ๐ข ๐ค๐ž๐ฉ๐ฎ๐ซ๐š-๐ฉ๐ฎ๐ซ๏ฟฝ... More

PROLOG
Part : 1
Part : 2
Part : 3
Part : 4
Part : 5
Part : 6
Part : 7
Part : 8
Part : 9
Part : 10
Part : 11
Part : 12
Part : 13
Part : 14
Part : 15
Part : 16
Part : 17
Part : 18
Part : 19
Part : 20
Part : 21
Part : 22
Special parts: Tentang Hazel
Part : 23
Part : 24
Part : 25
Part : 26
Part : 27
Part : 28
Part : 29
Part : 30
Part : 31
Part : 32
Part : 33
Part : 34
Part : 35
Part : 36
Part : 37
Part : 38
Part : 39
Part : 40
Part : 41
Part : 42
Part : 43
Part : 44
Part : 45
Part : 47
Part : 48
Part : 49
Part : 50
Part : 51
Part : 52
Part : 53
Part : 54
Part : 55
Part : 56
Part : 57
Part : 58
Part : 59
Part 60
Part : 61
Part : 62
Part : 63
Part : 64
Part : 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70 [Ending]

Part : 46

764 51 11
By _avocadish_

Happy reading


"Dah, hati-hati di jalan ya" peringat Hazel saat sampai di depan rumahnya.

Kennand menghela nafasnya sejenak. "Maafin bunda ya, jadi makan banyak waktu kamu, gak nyangka bunda bakal kayak gitu"

"Gak apa-apa lho, kamu tau?"

"Apa?"

"Aku jadi ngerasa punya ibu, mungkin kalau punya banyak waktu tadi, mau cerita seharian juga gak apa-apa"

"Bunda pasti kangen banget sama kak Nami, jadi ya gitu lah"

"Itu pasti, gak apa-apa gih sana keburu malem, hati-hati"

"Gitu doang? Sayangnya mana?"

"Hati-hati dijalan sayang... Gitu?"

"Gak ikhlas?"

"Hati-hati di jalan Kennand sayang, semoga Lamborgini nya gak kenapa-kenapa, sayang uang miliaran lecet gitu aja"

"Kayaknya kamu lebih sayang dia daripada aku" Kennand mencibirkan bibirnya kesal. Merasa aneh, bisa-bisanya ia dibandingkan dengan Lamborgini.

"Enggak gitu lho, emang gak sayang kalau uangnya lecet gitu aja?"

"Enggak." Jawab Kennand singkat. "Bisa beli lagi kan?"

"Gampang banget bibirnya, dikira uang miliaran receh kali ya" omel Hazel dengan tangan kanan yang sudah ada di pinggangnya.

"Iya, iya, cewek sensitif banget kalau ada uang lagian gak akan habis sampe punya dua ratus anak sekalipun"

"Kamu mau punya dua ratus anak emangnya?"

"Kalau kapasitas produksi nya muat gas aja"

"Mau bikin kabupaten baru? Kalau mau kamu aja yang hamil"

"Genre nya jadi omegaverse gitu?"

Hazel menghela nafasnya lelah. Ia sedikit heran dengan kelakuan Kennand akhir-akhir ini. Bahkan tadi di sekolah sekalipun ia tak menjaga jarak sama sekali. Sangat buka-bukaan.

"Pulang aja gih"

"Kamu ngusir?"

"Enggak lho, cuma aku nyuruh kamu persiapan buat punya dua ratus anak"

"Gak jadi kayaknya"

"Kenapa?"

"Takut gak dikasih umur panjang"

•••

"Assalamualaikum Abang" salam Hazel pada Abangnya yang masih setia stay di depan laptop akhir-akhir ini.

"Hmm, darimana aja? Jam segini baru pulang, inget kamu belum sehat total"

"Acel abis ketemu bundanya Kennand"

"Berani ternyata"

"Berani lah, Acel tidak seperti Abang yang mentalnya lemah, ketemu orang tua mba Zhiva dulu aja katanya masih panas dingin"

"Sekarang kan enggak"

"Ya kan Acel ngomong dulu bang, dulu."

"Ganti baju dulu sana, tangannya gimana?"

"Ada"

"Ha?"

"Ya tangan Acel ada, gak copot kok"

"Tangannya gimana! GI-MA-NA! Bukan dimana! Ngerti?"

"Ohh, gak kedengeran atuh, udah gak apa-apa udah gak sakit juga"

"Bagus nanti Abang obati lagi, sekarang ganti baju, makan, terus minum obatnya nanti Abang obati tangan kamu"

"Oke Abang ganteng, Acel ganti baju dulu ya, babayy!"

Azlan tersenyum kecil, menggeleng, dan kembali fokus menatap laptopnya. "Modelan kayak anak TK begitu, punya cowok? Ck, ck" gumam Azlan.

Ditengah fokusnya ketukan pintu terdengar. Dengan cepat Azlan membukanya.

Ternyata keluarga Michael. Tapi sebentar, ada keanehan.

Abhi juga ada disana? Apa mereka datang bersama? Bukannya hubungan mereka tidak akur?.

"Abhi udah cerita sama om, perihal yang tadi, kita bisa bicarain sama Hazel sekarang"

Tatapan Azlan mengarah pada abhi dan dibalas anggukan kepala dari Abhi.

"Kita bicara di dalem aja" Azlan membereskan semua dokumen-dokumen yang ada di mejanya. Jujur, untuk pembicaraan kali ini ia tak siap.

"Adek kamu mana?" Tanya Michael, pasalnya gadis tak mau diam itu tak nampak sedari tadi.

"Tadi bilangnya ganti baju dulu di kamarnya, perlu Alan panggilin?"

"Gak usah, tunggu dia turun sendiri aja"

"Lama, udah Jio samperin ke kamarnya aja"

Jio berlari ke arah tangga dan mengarah ke pintu berwarna putih tak jauh dari tangga. Kamar Hazel.

Berpas-pasan dengan datangnya Jio, Hazel juga membuka pintu kamarnya, membuat keduanya terkejut berbarengan.

"KAK JIO!"

"ZEL!"

BRAKK!!!

"Gausah ngagetin gak asik" sindir Hazel.

"Gak ngagetin, ssshhh" desis Jio merasa ngilu karena kepalanya terbentur pintu itu.

Karena pintu kamar Hazel bisa dibuka ke depan, bisa juga ke belakang dan tadi kebetulan Hazel membukanya ke arah depan jadi otomatis Jio terbentur pintu cukup kencang.

"Lagian suruh siapa diem di situ!"

"Kamu yang bukanya ke depan! Udah tau gak aman masih aja buka ke depan!!"

"Ya mundur dong kak Jio nya!"

Di lantai bawah, Michael hanya menggeleng lelah. Ia tau apa yang terjadi di atas. Dan yang lainnya pun begitu.

Suara perdebatan itu sangat kencang, sampai sangat terdengar jelas ke lantai bawah.

"Yaudah pergi aja sono, gak peduli juga"

"Yaudah awas aja Acel beneran mati, kak Jio jangan nangis-nangis"

"Ya itu otomatis lah"

"Dih, katanya nyuruh Acel pergi, tapi gitu"

"Perginya jangan mati lah, lagian sekesel-keselnya kakak sama kamu, kalau kamu meninggal gak ikhlas kakak"

"Berantem terus, lagian kamu Jio kamu cowok lho ngalah dong sama cewek"

"Jio gak mau ngalah kalau Hazel debatnya udah bawa-bawa soal mati mulu!"

Hazel tak membalas kata debat dari Jio. Ia hanya diam mematung, cukup terkejut dengan siapa yang datang ke rumahnya sekarang.

Hazel hendak berbalik arah namun...

"Dek, sini" panggil Azlan. Tentu saja Hazel tak mungkin berbalik arah jika Azlan yang berbicara seperti itu.

Nampak terlihat jelas Hazel menggeleng disana. Ia menolak keras untuk mendekat kesana.

Azlan melangkah mendekati adik perempuannya itu. Azlan merasakan apa yang Hazel rasakan. Ia memaklumi sikap Hazel yang begini.

"Abang butuh pendapat kamu disini" ucap Azlan lembut, meyakinkan Hazel ini akan baik-baik saja.

Tapi nihil, Hazel tetap menggeleng tanda menolak.

Abhi nampak memperhatikan jelas dimana perlakuan lembut anak laki-lakinya pada adik perempuannya. Benar-benar lembut sekali.

Abhi gagal menjadi seorang suami. Ia juga gagal menjadi ayah yang baik. Tapi soal didikan ia sama sekali tidak gagal. Sungguh.

Sepertinya Hazel nampak setuju walaupun harus bersembunyi di balik otot otot lengan kakaknya.

"Abang bau keringet" bisik Hazel pelan.

"Abang kan gak mandi dari pagi, udah nikmatin aja, pahala itu" balas Azlan berbisik juga.

"Tapi bau tau"

"Udah diem aja, kamu juga gak mandi sore kan?"

"Seenggaknya mandi pagi Acel mah"

"Udah diem, ssttt"

Akhirnya gadis itu duduk di sebelah kakaknya, dengan setengah wajah yang ditutupi lengan kakaknya.

"Oke, jadi gimana menurut kamu?" Tanya Michael pada Azlan.

Lelaki itu hanya mengacuhkan pundaknya. "Alan juga bingung"

"Sebelum minta pendapat adek kamu, ayah minta pendapat kamu dulu"

Apa yang Hazel dengar tadi 'ayah'? Apakah pantas lelaki tak bertanggung jawab seperti itu disebut ayah?

"Keputusan Alan ada sama Hazel, kalau Hazel setuju Alan juga gitu begitupun sebaliknya"

"Abang," Hazel menepuk pundak Azlan pelan dan berbisik. "Setuju apa?"

"Setuju kalau--"

"Kalau kamu ikut om buat tinggal di Amerika, sekaligus kamu dapet pengobatan yang lengkap disana" potong Abhi.

Kaget? Tentu saja. Amerika? Negara yang sangat jauh. Dan ia harus tinggal bersama seorang lelaki dan ibu tirinya yang faktanya terbukti melakukan kekerasan pada ibu kandungnya.

"Om pikir Hazel mau? Tinggal satu atap sama orang yang udah bikin ibu Hazel meninggal?" Hazel meresponnya sinis. Jika kasarnya mungkin ia sudah mendecih tak sudi.

Azlan dan Michael sudah menduga hal itu dari awal. Hazel akan menolak keras keputusan ini.

"Kamu bakal om kasih apartemen pribadi" Abhi berusaha meyakinkan. Bukan maksud lain yang Abhi mau hanyalah ia ingin menebus kesalahannya pada Nindya yakni berusaha membuat Hazel sembuh total.

"Meskipun begitu, om tau? Mau sebesar apapun biaya mau sebanyak apapun pengobatan yang Hazel lakuin, kalau waktunya Hazel dipanggil Tuhan. Gak ada yang bisa ngehindar"

"Dek, dengerin dulu alasannya. Oke?"

"Abang udah tau ini, istri om Abhi yang sekarang udah terbukti salah nyelakain ibu, kalau Hazel kesana bisa-bisa Hazel yang dibunuh sama dia"

Walaupun agak pening hari ini, tapi Hazel menolak keras ia tahu beban pikirannya akan bertambah setelah ini. Tapi setidaknya semoga ia memilih keputusan yang tepat.

"Saya tinggal beda rumah sama dia" jelas Abhi singkat.

"Bohong, om gak bisa bohongin Hazel"

"Kamu mau tetap di Indonesia?" Tanya Abhi.

Hazel mengangguk. "Emm"

"Kalau gitu, kamu tetep ikut pindah sama om, masih deket sini, cuma lebih deket sama rumah sakit"

"Ngapain? Hazel udah punya rumah disini, kalaupun mau pisah tempat tinggal. Hazel tinggal nikah terus ikut sama suami"

Walaupun jawabannya agak freak tapi jujur Azlan salut dengan apa yang diterangkan adiknya itu. Menikah dan pindah ikut suami adalah jalan paling aman.

"Om punya teman dekat dokter di Amerika, dan kamu bakal dapet perawatan khusus cuma ya itu kamu harus ikut om"

Hazel hanya diam, sudah malas ia berdebat hari ini.

"Alasannya apa? Om tiba-tiba pengen rawat Hazel baik-baik?" Tanya Hazel dengan suara melembut ia ingin tahu apa alasannya jika itu baik, kenapa tidak.

"Kamu mau tau?"

"Kalau Hazel gak mau tau, Hazel gak akan nanya, gimana si"

"Buat tebus kesalahan om, sama ibu kamu dulu, sebagai tebusannya om bakal bikin kamu sembuh seratus persen"

"Lagian emang gak bisa kalau disini aja?"

Abhi menggeleng. "Terlalu susah"

"Keputusan ada sama kamu Zel, mungkin gak terlalu jauh kan kalau deket sama rumah sakit Abhi?"

"Keputusan Hazel lebih berat ke nolak, cuma Hazel butuh waktu buat pikirannya lagi"

"Nah bagus, itu baru adeknya Abang" Azlan mengacak-acak rambut adiknya, kalau tinggal di rumah Abhi mungkin Azlan masih setuju, tapi untuk ke Amerika sangat tidak setuju.

"Deket sama rumahnya Elena, nanti kalau kakak jemput Elena kakak temuin kamu disana"

"But, Acel mau sama Abang"

"Abang sering lho kesana dek, kalau mau setiap hari pun Abang temuin kamu"

"Betul itu sayang, biar kamu cepet sembuh nanti katanya mau ke konser NCT bareng sama Tante" ucap Tante Alana, Fangirl Jisung garis keras.

"NCT, apa itu?" Tanya Michael.

"Bujang ganteng" balas Alana santai.

"Korea Korea itu?"

"Iya lah, nanti kita ke konsernya ya kan Zel?"

Hazel mengangguk. "Buat Tante Alana seorang, nanti kita pake VVIP ya"

"Makanya sembuh, nanti Abang beliin tiketnya"

"Beneran ya?" Mata Hazel berbinar mendengar itu. "Abang harus bayarin Qila sama Lia juga, Hazel mau ajak mereka"

"Minta sama cowoknya lah"

"Hmm, okeh"

"Sembuh dulu tapi" sungguh, perlakuan Azlan ini memang sangat idaman sekali. Walaupun emang emosian dan gak sabaran tapi kalau soal kasih sayang Azlan gak ada lawan.

"Kalau gak sembuh?"

"Ya harus sembuh"

"Om Abhi bilang sama Abang waktu itu katanya waktu Hazel gak akan lama lagi"

"Kamu tau darimana?" Potong Abhi.

"Ya nguping lah, punya telinga gak tuli juga"

Bahkan Michael saja dibuat lelah dengan kelakuan keponakannya ini. Meskipun begitu singkat saja, ini bukan keputusan yang mudah. Antara memilih pindah ke Amerika atau ke rumah ayahnya sendiri.


Walaupun hari ini bukan hari Sabtu Minggu atau tanggal merah yang menjadi hari libur. Tapi, sekolah Laskar gemilang akan diliburkan 2 hari kedepan.

Alasannya adalah, karena ada rapat dan persiapan menjelang ujian kelulusan sekolah.

Semalam tadi Jio tak pulang, karena mengantuk katanya. Jadi ia otomatis tidur di rumah Azlan dan Hazel.

Mungkin ada pertanyaan, kenapa Jio juga libur sampai tidur di rumah Azlan dan Hazel? Jio tak libur, hanya saja sekolahnya setengah hari karena sudah mulai ujian.

"Dengerin Abang, ini obatnya udah Abang siapin" peringat Azlan.

"Ini sebelum makan" tunjuknya pada sebuah kotak bening. "Ini sesudah makan"

"Padahal Abang gak usah nyiapin, Acel bisa sendiri"

"Kamu mah pikun dini, suka lupa nanti teh"

"Sangat riweuh sekali"

"Heleh, dah Abang berangkat nanti sebentar lagi Jio pulang kesini"

"Iya tau, tadi kak Jio udah telepon, chat maksudnya"

"Hm, hati-hati di rumah"

"Yaa dadah Abang Alan yang ganteng, yang comel, yang kiyowo sekomplek ini"

Azlan sudah ada di ambang pintu dan mengatakan "y". Satu huruf yang  penuh dengan makna.

Sambil menunggu Jio, Hazel memutuskan untuk menonton TV. Mungkin Jio akan datang beberapa belas menit lagi.

"Annyeong yeorobun-!!!" Seru Jio saat masuk ke dalam rumah.

Ternyata salah bukan berbelas-belas menit tapi beberapa detik tak sampai satu menit.

"Zel"

"Apa?" Jawab Hazel malas.

"Cari makan yuk" ajaknya.

Hazel tak jadi malas, ia malah bersemangat untuk memoroti Jio.

"Ayo, gak ada makanan di rumah kebetulan"

"Yaudah bentar mau ganti baju dulu, kamu gak mau ganti?"

"Ganti lah, mau nyari makan pake baju daster begini?"

"Yaudah cepetan"

Mungkin memakan waktu sekitar 15 menit untuk Jio yang katanya tadi akan berganti baju.

"Ada perlu sama Kennand, kamu coba telepon dia, bilang kakak ada perlu"

"Oke, siap"

Perlu diingat Hazel bersikap seperti ini hanya ancang-ancang untuk memoroti Jio.

"Kakak tunggu di depan sambil manasin mobil bang Alan dulu"

"Iya nanti habis telepon Acel nyusul, ini udah berdering"

"Ken---"

"Ada yang bisa saya bantu?"

Suara perempuan? Apa itu suara Athalia? Tidak. Hazel sudah mengenal bagaimana suara Athalia ini jelas bukan suara itu.

"Dari nama kontaknya, kakaknya ini pacarnya Ken ya?"

"Iya, sekarang saya lagi cari pacar saya, kenapa handphonenya bisa ada di--"

"Ahhh, maaf kak pacarnya lagi sibuk sama saya"

Hazel benar-benar dibuat kesal sekaligus penasaran dengan siapa suara wanita di balik itu.

"Ohh, saya tau mbak nya ini partner kerjanya pacar saya ya?"

"Bisa dibilang begitu, atau bisa dibilang lebih dari itu"

"Yaudah sekarang kasih handphonenya ke Kennand, saya ada perlu"

"Udah saya bilang Ken sibuk sama saya, kakaknya bisa ngomong sama saya aja, nanti saya yang kasih tau ke Kennand"

"Gausah ikut campur, tinggal kasihin apa susahnya"

"Kalau saya bilang, Kennand yang nyuruh saya buat jawab telepon kakaknya dan bilang dia lagi sibuk gimana?"

"Bodo amat gak peduli gue, kasihin cepet"

Hazel sudah hilang kesabaran, bahkan dari nada bicara dan penggunaan katanya pun sudah berbeda.

"Kakaknya bisa telepon lain waktu"

"Lo siapa si? Cewek gak jelas, tinggal kasihin atau kalau emang Kennand gak ada disana bilang aja, nanti saya telepon lewat smartwatch nya"

"Kennand? Ada kok, cuma sekarang udah saya bilang dia lagi sibuk sama saya, jangan sampai kakaknya kalah saing sama saya"

"Eh ngelunjak, gue gaada urusan sama lo ya, gak jelas banget tiba-tiba ngomong kalah saing segala"

"Yakin nih kakaknya gak akan kalah saing sama saya?"

"Gausah manggil gue kakak kakak deh, lo aja kayaknya lebih tua dari gue"

"Saya masih muda banget loh kak, saya kelahiran dua ribu dua kelas tiga SMA, gimana?"

"Dua ribu dua kok kelas tiga SMA gak naik kelas apa gimana dah?"

"Kakaknya udah mulai kalah saing ya sama saya? Kalau boleh tau kakaknya umur berapa?"

"Bodo amat gue gak sopan, tapi gue lebih muda dari lo"

"Yakin nih?"

"Yakin lah kita aja beda dua tahun, jangan lupa kayaknya kita beda kelas"

"Saya agak gak yakin Kennand suka sama cewek penyakitan kayak kakaknya"

Siapa wanita itu, sudahlah Hazel benar-benar dibuat down dan overthinking. Walaupun perkataan perempuan itu ada benarnya, apa Kennand bisa menyukai perempuan 'penyakitan' seperti Hazel.

"ZEL!! UDAH BELUM?! AYO!!" Teriak Jio dari arah luar.

"Gimana kak?"

"Tadi Kennand nya lagi sibuk kan? Gak apa-apa bisa telepon lain kali"

Hazel mematikan panggilan telepon itu. Tidak mungkin itu orang suruhan Kennand. Tapi kenapa wanita itu tau latar belakangnya?

Hazel menghela nafasnya dan berusaha menyingkirkan semuanya. Mungkin Kennand memang sedang sibuk di kantor ayahnya. Dan wanita itu tau salah satu pekerja juga disana.

"Lama amat, gimana Kennand jawab?"

Hazel mengangguk.

"Dia ngomong apa?"

"Gak ngomong apa-apa"

"Lah? Kenapa?"

"Yang jawabnya bukan Kennand"

"Terus siapa? Gak biasanya dia titipin handphone ke sembarang orang?"

"Yang jawabnya cewek Acel gak tau siapa"

"Cewek mana? Kan cewek yang deket sama dia kamu doang?"

"Gak tau, mungkin cewek gatel yang gak laku makanya embat cowok orang"



Aduh, aduh. Gabriel meresahkan ya..

Seru kali ya bikin Kennand sama Hazel putus, hahahaha. Bercanda, kita tunggu saja kelanjutannya di hari Senin nanti.

Follow Instagram : wp.ayaa_
Follow tiktok : dreamxayaa

See you, jangan lupa vote dan komennya yaa..






Continue Reading

You'll Also Like

6M 465K 50
Kejadian satu malam membuat seorang gadis polos harus terikat hubungan pernikahan dengan pria yang tidak di cintai nya. Bahkan kenal saja tidak. Sem...
3.1M 155K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
3.8M 256K 52
[Follow dulu yu sebelum baca, happy reading] ___________________ Sudah terbiasa bagi Rachel diabaikan dan diacuhkan oleh sang ayah, bahkan sesekali R...
69.9K 2.3K 45
Ini bukan kisah badboy bertemu badgirl, ini kisah tentang, Adira Fradella, gadis berparas manis yang mempunyai alis tebal yang hampir menyatu dileng...