CERPEN

By NanasManis98

530K 44.8K 2.8K

Kumpulan beberapa cerita..... LIST : ⬇️ 1. CERPEN : CITRA✔️ 2. CERPEN : ODIT✔️ 3. CERPEN : AURORA✔️ 4. CERPEN... More

SALAM MANIS
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CEPREN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA

CERPEN : AURORA

9.2K 610 73
By NanasManis98

Part 14
______

Pulang dari rumah sakit, Aurora kembali ke rumah Ardan. Tapi hanya tiga bulan saja berada di sana, lalu kembali ke rumah orang tuanya. Atas permintaan Papi. Apalagi Mami setuju. Karena kondisi Aurora yang hamil muda. Aurora mengalami pendarahan ringan membuat mereka was-was dan berubah protektif. Ardan pun tak bisa membantah. Tidak ingin Papi kembali marah dan menarik restu. Bisa bahaya.

"Kan sekarang istrimu hamil. Kamu gak berencana cari kerja lain?" Ardan terdiam mendapat pertanyaan Papi. "Biaya punya anak itu lebih besar. Mulai susu dari popoknya belum lagi kalau udah gede pasti beli mainan ini, mainan itu. Gak selamanya kamu jadi tukang ojek, kan? Apalagi kamu juga punya dua adik."

"Saya akan usaha ..." Perkataan Ardan berhenti saat Papi berdecak pelan. Papi yang sedari tadi fokus menatap iPad di pangkuannya kini menatapnya.

"Kamu lulusan SMK, kan? Jurusan apa?"

"Teknologi informasi dan Komunikasi."

"Nah, kenapa waktu lamar kerja di LeGo jadi tukang ojek. Kamu itu punya dasar. Nilai-nilai sekolahmu tinggi, kamu pinter. Kenapa sia-siain hal itu?"

"K-kok Papi tau?" Ardan mengerjap kaget.

"Heh. Kalau kamu gak masuk kriteria idaman menantu Papi. Sudah pasti Papi kirim Rora ke luar negeri. Kalian gak bakal nikah dan punya anak!" Tentu saja sebelum Ardan menikahi Aurora, Iyo mencari tau tentang pria itu. Meski terlihat tidak acuh dan marah dengan pernikahan anaknya, ia tidak akan membiarkan Aurora menikah dengan pria sembarangan.

Sebenarnya Ardan bisa saja kuliah dengan menerima beasiswa, tapi mungkin karena menantunya itu menjadi tulang punggung bagi dua adiknya, jadi tidak memilih hal tersebut. Lebih memilih mencari kerja.

"Kamu kerja di LeGo. Bukan jadi tukang ojek lagi, tapi di kantornya."

"T-tapi Pi, saya cuma lulusan SMK."

"Lho kenapa? Yang penting kamu bisa diandelin dan berusaha. Walaupun sarjana, tapi gak tau apa-apa, sama saja semuanya sia-sia. Yang kamu butuhkan sekarang ini tekad."

"Nanti saya dibilang nepo ..."

Iyo kembali berdecak. "Gak usah dengerin omongan orang-orang. Malah nanti Papi yang diomongin karena biarin menantu Papi jadi tukang ojek, padahal mampu kerja di kantoran! Jadi, kamu gak usah banyak protes!"

"Kok Papi marahin Ardan?" Mereka menoleh menatap Aurora yang kini melangkah mendekat dan duduk di sebelah Ardan.

"Enggak kok Yang. Papi cuma ngasih aku saran," ujar Ardan menenangkan seraya mengusap pelan lengan Aurora yang memicingkan mata kesal menatap Papi yang mendengus pelan.

"Eh bukannya tadi sore kalian dari rumah sakit buat cek kandungan Rora?" Papi mengalihkan pembicaraan. Dan berhasil. Aurora kini menatapnya dengan sumringah.

"Iya."

"Jenis kelaminnya apa?" tanya Papi penasaran dengan senyum lebar.

Aurora hendak bicara, tapi ditahan Ardan. "Papi belum boleh tau."

"Lho kok gitu?! Papi mau tau jenis kelamin cucu Papi!" gerutu Papi memicing kesal menatap Ardan. "Cepet kasih tau!"

"Nanti aja kalau acara baby shower," Mami bergabung dengan mereka.

"Ck! Acara apasih itu?"

"Itu lho, Pi. Nanti aku sama Ardan mecahin balon yang isinya serbuk berwarna. Kalau keluar warna biru, berarti cucunya Papi laki-laki. Kalau warna pink, ya perempuan."

"Perasaan dulu gak ada acara kayak gitu deh!"

"Ya kan dulu. Beda jaman, Pi." Mami menepuk pelan paha Papi.

"Ardan kasih tau, atau!" Papi mengancam Ardan.

"Maaf Papi, belum bisa."

Iyo kembali berdecak. Ia menatap Aurora yang terkikik. Memasang ekspresi datar. Ia menatap lurus Aurora. "Kalau gak ngasih tau Papi, Papi tarik nih restu kalian ..."

"Perempuan!!" seru Aurora kesal.

Iyo langsung berseru senang. Ardan dan Kirana menghela nafas kasar. Kini dengan semangat Iyo berdiri. "Nanti nama cucu Papi, Alula."

"Ih kok Papi sih yang ngasih nama?!" protes Aurora.

"Saya udah cari nama, Pi," sahut Ardan. Tatapannya protes pada Papi yang kembali memicing.

"Eh enggak bisa gitu! Itu cucu pertama Papi. Harus Papi yang ngasih nama!"

"Tapi ini anak saya lho Pi. Saya yang ayahnya!" balas Ardan ngotot. Kedua pria beda generasi itu saling bertatapan sengit.

"Gak usah protes kamu!"

"Ya harusnya Papi yang gak usah protes!"

"Astaga sudah! Sudah! Kenapa malah bertengkar kayak gini sih?" lerai Mami menarik Papi agar duduk kembali, tapi Papi tidak menghiraukan.

"Pokoknya namanya harus 'Alula'!"

Setelah itu Papi beranjak pergi. Ardan memicing kesal menatap ayah mertuanya itu. Sementara Aurora terlihat berpikir.

"Aku suka nama yang dikasih Papi." Ardan menoleh menatap Aurora yang tersenyum senang. "Mirip namaku. Itu aja, ya?"

"Tapi kan ..."

"Ardan," Aurora memelas. Ardan pun mengangguk pasrah. Aurora kembali tersenyum dan menangkup wajah Ardan. "Nanti adiknya Alula, Ardan deh yang ngasih nama."

"Astaga Nak, itu aja belum lahir lho. Udah ngomongin adiknya aja." Teguran Mami membuat Aurora terkikik malu. Ardan mendengus geli.

●•••●

"Ardan! Alula hilang!"

Ardan langsung bangun dari tidurnya saat mendengar seruan Aurora.

"Kok bisa?"

"Gak tau. Aku gak tau Lula di mana." Aurora kini menangis. Ardan pun meraih baju kaos dan memakainya.

"Kamu udah nyari di sebelah? Kali aja ke rumah Rion main bareng Archer sama si kembar."

"U-udah kok. Tapi, dia gak ada di sana."

Mereka keluar dari kamar dan semproten konfeti langsung menyambut Ardan membuat Ardan terdiam melongo.

"Astaga Adek! Belum waktunya disemprot!" protes Aurora pada Alula yang mengerjap pelan. Gadis berusia enam tahun itu menyengir lebar seraya menyembunyikan konfeti di balik punggungnya.

"Ya udah ulang lagi deh. Nanti kalau Ayah dikatsih tsuwpwits, puwa-puwa kaget aja, ya?" ujar Alula.

Ardan tertawa mendengar putri kecilnya itu segera ia meraih Alula untuk menggendongnya. "Ah jadi kalian nyiapin surprise buat ulang tahun Ayah."

"Iya."

"Tapi gagal." Aurora cemberut. Alula menatap Bundanya dengan rasa bersalah.

"Maafin Adek, Bunda. Adek tsemangat banget jadinya gak bitsa nahan diwi buat ngatsih Ayah tsuwpwits."

"Surprise, Dek," koreksi Ardan membuat Alula mengulang.

"Tsuwpwits."

"Ikutin Ayah. Sur."

"Tsuw ..."

"Coba bilang 'Er'.

"Ew ..." Ardan akhirnya tergelak gemas, memberikan ciuman bertubi-tubi pada Alula yang terkikik geli. Sementara itu Aurora cemberut. Dan Ardan menyadarinya.

"Sini dong Bun." Ardan merangkul pundak Aurora.

"Kejutannya buat Ayah gagal. Gimana dong?" Aurora nyaris mewek, tapi Ardan dengan sigao menenangkan.

"Eh enggak gagal kok. Ayah terkejut kok."

"Beneran?" tanya Aurora yang di angguki Ardan.

"Ayah sempat lupa juga kalau hari ini ulang tahun." Ardan menyengir lebar.

"Ya siapa suruh sibuk kerja mulu?" Aurora memukul manja lengan Ardan yang terkikik. Alula meminta turun dari gendongan ayahnya.

"Ya udah kita tunjukin kue ke Ayah yuk." Ajak Aurora pada Alula. Mereka bertiga ke ruang tengah, di sana telah penuh pernak-pernik ulang tahun yang digantung.

Aurora dan Ardan terdiam seketika saat melihat kue ulang tahun yang harusnya terlihat cantik kini tak terbentuk karena ditusuk-tusuk hingga hancur.

Alula tersenyum polos lalu merentangkan tangan. "Happy biwthday Ayah!" serunya ceria.

"Dek, kok kuenya dihancurin gini?" tanya Ardan setelah sadar dari keterkejutannya.

"Biaw Ayah gak tsutsah motongnya. Kan kalau gini bitsa langtsung makan." Alula meraih lilin yang jatuh lalu menaruhnya di tengah-tengah kue yang hancur tersebut.

"Bunda, ayo nyalain lilinnya. Ayah mau tiup lilin." Alula menatap sang Bunda lalu ia mengernyit melihat Bundanya yang malah menangis.

"Surprise-nya gagal!" Aurora akhirnya menangis membuat Ardan langsung menenangkan Aurora.

Alula yang merasa bersalah, walau tak tau apa kesalahannya kini ikut menangis. "Huwaaaa."

Ardan kelimpungan kini menenangkan dua orang.

●•••●

Mata Alula berbinar melihat tayangan di TV. Segera ia berlari ke arah kamar orang tuanya. "Ayah, Bunda, Adek mau binatang bewbulu yang kayak di TV!" seru Alula dengan mata berbinar.

"Domba?" tanya Ardan seraya bangkit dari duduknya. Aurora pun ikut dan penasaran sama apa yang diinginkan Alula.

"Ih bukan! Tsini deh!" Alula menarik tangan kedua orang tuanya hingga ke depan TV, tapi tayangan kini berganti.

"Lho kok hilang?" Alula menatap sedih TV karena hewan yang ia lihat tak ada lagi.

"Emang apa sih, Dek?" tanya Aurora penasaran.

"Itu lho Bunda. Bulunya wawna putih. Tewus lehewnya panjang."

"Jerapah? Eh tapi kan jerapah gak berbulu," ujar Aurora bingung sendiri dengan perkataannya.

"Angsa, Dek." Kini Ardan yabg menebak.

"Ih bukan!" rengek Alula.

"Terus apa dong?" Ardan menggaruk kepalanya bingung. Ia dan Aurora saling bertatapan. Sama-sama tak tau apa yang dimaksud Alula yang semakin merengek.

"Eh ini cucu Kakek kenapa nangis?" Teguran tersebut membuat Alula langsung menghambur ke arah Kakeknya.

"Ardan, kamu apain cucu Papi!" ujar Iyo galak setelah duduk dan meraih Alula duduk di sebelahnya.

"Itu. Tadi dia lihat hewan entah apa itu, terus ngasih tau saya mau pelihara. Ya mana saya tau Lula mau apa." Ardan menghela nafas pelan, menjelaskan usai mencium punggung tangan ayah mertuanya yang datang berkunjung.

"Mami, mana Pi?" Kini giliran Aurora yang bertanya usai mencium punggung tangan Papi.

"Di rumah Rion. Nanti ke sini kok," jawab Iyo dan kembali menatap cucunya yang cemberut. "Alula mau apa sih?"

"Itu Kakek, binatang yang bewbulu putih."

Kening Iyo mengkerut. Kini bertambah orang yang Alula buat bingung. "Kuda poni? Unicorn?"

"Itu kan kesukaannya Aurora, Pi," sahut Ardan membuat Iyo mendelik pada menantunya itu.

"Bukan Kakek!" Alula menggeleng keras.

"Alula!" Seruan tersebut datang dari Archer yang bersama Kirana.

"Lula, kenapa?" tanya Archer melihat sepupunya itu bingung.

"Awcew, Lula mau pelihawa binatang bewbulu putih." Alula beralih menatap Archer.

"Kucing?" sahut Kirana.

"Bukan!!"

"Astaga terus apa?!" sahut Iyo gemas pada cucunya satu-satu perempuan itu.

"Bewbulu putih Kakek."

"Hewan apa sih yang berbulu putih?!" Iyo ikut-ikutan frustasi seperti Ardan dan Aurora yang tak tau apa yang diinginkan Alula.

"Beruang?" sahut Archer ikut menebak.

Dan orang-orang itu dibuat bingung Alula.

●•••●

Baru saja Ardan masuk ke kamar, ia telah disuguhkan hal yang membuatnya menegang. Aurora hanya mengenakan bathrobe. Tidur menyamping dengan pose yang membangkitkan hasratnya. Apalagi sudah lebih dua minggu mereka tak bermesraan.

"Alula mana?" tanya Ardan.

"Udah tidur." Mereka dan Alula telah pisah kamar. Awalnya Alula protes dan berakhir menangis. Tapi, saat diiming-imingi akan diberi adik bayi jika pisah kamar, akhirnya Alula setuju. Apalagi Alula telah dibelikan seekor Alpaka. Hewan yang pernah membuat orang-orang bingung karena tak tau Alula ingin pelihara hewan apa.

"Ardan gak mau mandi dulu?"

"Nanti aja. Aku gak bau kok." Ardan menyengir seraya membuka kancing kemejanya. Kini menyisakan baju kaos tipis berwarna putih.

Aurora berdiri dan yang membuat Ardan tercengang saat Aurora melepas bathrobe dari tubuhnya, memperlihatkan badan Aurora yang dilapisi kostum kelinci yang tak menutupi seluruh dada Aurora.

"Oh wow ...," gumam Ardan dan semakin gerah. Ia tidak perlu bertanya siapa yang mengajari Aurora seperti ini.

Aurora terkikik malu, kemudian mendekati Ardaan lalu melingkarkan lengannya di leher Ardan menarik Ardan hingga mereka tak berjarak. "Ardan suka?"

Ardan tak menjawab, karena langsung mencium bibir Aurora. Keduanya saling melumat bibir. Bahkan bermain lidah. Aurora terkikik saat Ardan melemparnya ke atas ranjang. Ia kembali memasang pose seksi untuk menggoda Ardan.

Pintu kamar terbuka membuat mereka terkejut. Refleks Aurora membungkus tubuhnya menggunakan selimut dan untung saja Ardan masih berpakaian lengkap.

"Adek kenapa?" tanya Ardan dengan nafas memburu, menatap Alula yang wajahnya sembab dan cemberut.

"Adik bayinya kapan jadi?"

"Astaga baru juga mau bikin, Dek," Ardan mendesah pelan. Aurora terkikik melihat ekspresi frustasi Ardan.

>>>>>>>>>>>THE END<<<<<<<<<<<

Happy Ending!

Jelas dong. Soalnya Nanas ga mau bikin Aurora yang sangat-sangat menggemaskan ini sedih kalau ceritanya ga happy ending🤭

Karena Aurora udah dewasa, jadi yang gantiin kegemasan dia yaa Alula. Si cadel yang gak bisa ngomong 'R' ataupu 'S'. Jadi kesayangannya Kakek Iyo soalnya cuma cewek sendiri. Tiga sepupunya cowok semua.

Nanas mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk kalian yang baca cerita ini, beri komentar yang bikin Nanas makin semangat buat cerita ini, juga vote cerita ini. Kalau kata Alula, 'KALIAN KEWEN'👍💛

The next ada cerita FREYA!

Jangan lupa ramaikan juga yaaa. Dijamin seru.

Yang tau Freya, pasti kalian penasaran dong sama siapa Freya berlabuh🤭

Kalau ga tau Freya. Kalian bisa baca cerita OH MY CRSUH terus lanjut OH MY HUBBY sebelum baca CERPEN : FREYA nanti.

Oke, sekian.

Kita jumpa di cerita Freya😊

Salam manis,
NanasManis
-Feb 19, 2022-

Continue Reading

You'll Also Like

426K 28.1K 38
Kara, atau Askara Bhumi adalah bocah pendek nan polos yang terkesan manis juga imut dengan pipi yang sedikit besisi ditubuh mungilnya. Bocah yang bar...
71.9K 6.8K 20
Ryan, seorang pemuda yang terpaksa harus menjadi figuran yang merangkap menjadi antagonis licik karena tidak mau mati dua kali. bertransmigrasi ke se...
72.3K 6.2K 13
NOT BL ❗❗❗ bagaimana rasanya bertransmigrasi menjadi bayi yang baru lahir. "ANJIR MASA JADI BAYI LAGI... MANA BARU BROJOL HUWAAAA" 20 juni 2023
155K 7.4K 28
Gween Calista, harus rela mengorbankan kehormatannya demi biaya pengobatan Geisya Putri, sang adik yang terbaring koma di rumah sakit. Perempuan itu...