You Always Mine, Edrea.(END)

By Arafianiii

8.8K 3.3K 1.6K

Judul sebelumnya➜My Friend Childhood. First Book. {25 Part + 3 Special Part} Hanya satu masalah membuat Ice... More

Pengenalan tokoh
1. Awal pertemuan
2. Menghabiskan waktu bersama
3. Hari pertama sekolah
4. Don't disturb me!
5. Pesan ancaman
6. You're mine
7. I'm jealous!
7.2 Behind the scene
8. Don't touch him or you will die?
9. Are you murderer?
10. Upacara yg membosankan
11. Dikenalin ke orangtua
12. Aku lelah, Kak!
13. Please, don't leave me
14. Why, I'm still alive?
15. Bitch, you jerk!
16. Hey, I hate You!
17. Ditinggalkan atau meninggalkan?
18. You must be mine!
19. Kencan tak diinginkan
20. You must die!
21. Takdir yang direncanakan
22. Memory Loss
23. Date with you
24. I'm tired
25. I'm forgive you(END)
[Extra part 1]Masa kecil, Alia.
[Extra part 2]Satu hatiku untukmu, Alia.
penutupan

[Extra part 3]Memilihmu adalah keputusanku.

171 45 1
By Arafianiii

Moshi-moshi disini tentang oneshot Alia dan Gempa. Bukan S2 ya, gomenasai tidak ada S2.👉👈

Setelah baca jangan lupa tinggalkan vote(⁠ʘ⁠ᴗ⁠ʘ💢)follow boleh kok, minta follback bilang ya;-)

Happy Reading〜⁠(⁠꒪⁠꒳⁠꒪⁠)⁠〜

.
.
.

Matahari baru saja bangkit dari ufuk timur, musim semi baru saja tiba di Jepang, menyambut kehangatan, dan rasa suka cita bagi siapapun yang menantikannya, bersamaan dengan kaika bunga sakura yang muncul pertama kali di Jepang.

Hal itu menjadi salah satu pelengkap kebahagian akan dua pasangan yang akan menjalin ikatan suci hari ini, berada di ruangan yang berbeda tak membuat keduanya tenang, rona merah selalu menghadiri pipi calon pengantin ketika mengingat beberapa jam lagi moment yang mereka nantikan akan berlangsung.

Gempa ada di salah satu ruangan yang sudah dipersiapkan, dengan setelan jas berwarna kuning keemasan dirinya nampak menawan bagi siapapun yang melihat dirinya, menghisap kopi di pagi hari sembari melihat ke arah jendela kota Tokyo yang begitu indah pada pergantian musim saat ini.

“Ah, aku gugup,” gumam Gempa pelan, dirinya masih tidak percaya hari ini akan datang begitu cepat.

“Kau sangat tampan Kak, aku yakin Kak Alia tidak akan bisa berpaling begitu melihat dirimu.” Solar yang tak sengaja mendengarkan gumaman sang kakak, memberikan semangat.

Adik Gempa tak jauh berbeda saat ini, dengan kemeja putih, dan setelan jas abu, ditambah dasi berwarna biru dongker berhasil menjadi perpaduan sempurna bagi si bungsu. Kacamata yang dia gunakan saat ini justru menjadi daya tarik sendiri akan pesona seorang Solar nanti.

Dirinya juga tak percaya sang kakak akan menikah saat ini, padahal dirinya ingat bahwa mereka masihlah anak kecil yang saling menyayangi, dia mendengus semangat, kini sang kakak ada dihadapannya dengan setelan jas pengantin. Kakaknya yang sudah siap memegang tanggung jawab seumur hidup bersama pujaan hatinya.

“Bagaimana kalau aku salah saat pengucapan nanti,” keluhnya.

“Bukan bagaimana, tapi harus bisa, percaya dirilah Kak.” Solar menepuk pundak sang kakak.

Gempa tersenyum mengangguk. “Benar juga, aku sudah menantikan ini sejak lama, apa yang aku perjuangkan selama ini harus terbayarkan,” semangatnya.

“Bagus sekali, kita harus pergi beberapa jam lagi. Pengantin pria datang lebih awal dibandingkan pengantin wanita. Aku ingin memeriksa tamu undangan dulu ya Kak, selama itu tenangkan dirimu,” pamit Solar.

Meninggalkan Gempa sendirian di ruangan itu, namun kini perasaan gundahnya terhapus, tujuannya saat ini adalah harus berhasil, dan ingin segera menemui Alia.

“Saat ini, dia pasti sangat cantik.” Gempa senyum sendiri membayangkan sang pujaan hati memakai pakaian pengantin untuk hari ini, untuk dirinya.

Di sisi lain Alia ada di ruangannya, para perias sudah menyelesaikan tugasnya beberapa menit lalu, dia menatap pantulan wajahnya dalam pantulan cermin di depannya, tak henti senyumnya terus mengembang.

Berbalut gaun berwarna coklat keemasan yang sepasang dengan Gempa, keduanya akan menjadi raja, dan ratu untuk hari ini, manik-manik yang terpasang di seluruh gaun, dengan model lengan panjang mampu membuat Alia bahkan tak bisa mengenali dirinya sendiri.

Namun sejenak pandangannya menunduk, semua terjadi begitu cepat, namun tentu saja perjuangannya bersama Gempa tidak secepat itu, banyak hal yang sudah mereka lalui bersama, dan dirinya tidak percaya bahwa hari ini akan datang.

“Lihat ini, kenapa gadis paling cantik hari ini berwajah murung.” Alia tersentak mendengar suara, dan telapak tangan yang bersanggah dikedua pundaknya.

Menatap ke arah cermin sejenak dia mendapati Akise Aru sang kakak ada di sini, dia sangat gagah dengan setelan jas abu kehitaman, dia benar-benar menjadi sosok yang berwibawa sebagai kakaknya hari ini.

“Aku hanya berpikir, apa setelah semua ini, aku bisa menjadi istri yang baik untuk Gempa, dia sudah memilihku. Bagaimana kalau aku tidak bisa memenuhi ekspetasi dirinya,” gumam Alia sejenak menuangkan keresahannya.

Sang kakak yang melihat kegelisahan sang adik, mulai menundukkan kepalanya, berhati-hati memegang pipi sang adik agar tidak merusak riasan yang begitu sempurna, dia membuat gadis itu menatap cermin, kakak adik itu saling menatap cermin.

“Lihatlah dirimu sendiri Alia, apa menurutmu Gempa salah memilih pasangannya?”

Alia menatap dirinya yang benar-benar cantik hari ini, apalagi tiara yang terpasang di rambutnya benar-benar membuatnya menjadi seorang ratu hari ini. “Menurut kakak begitu?” tanya Alia.

“Tentu saja, adikku yang paling cantik ini, siapa pria yang tidak mau menikah denganmu. Setelah semua yang terjadi antara kau, dan Gempa. Apa dia akan berpikir salah memilihmu? Tidak, justru dia tidak sabar untuk segera melihat kecantikanmu sebagai istrinya setiap hari ini, dan…”

“Mungkin ini terakhir kalinya kau ada di rumah, setelah ini kau harus mengikuti Gempa, kakak pasti akan kesepian tanpamu,” ucap Akise pelan.

“Kakak. Alia melihat wajah sang kakak yang murung.”

“Apapun yang terjadi kau adalah kakakku, mana mungkin aku meninggalkanmu. Aku akan mengunjungimu sesekali, jangan sedih begitu,” ucap Alia.

“Siapa yang sedih, ini hari yang membahagiakan bagiku, ayo kita berdua saling tersenyum.” Akise memeluk pelan sang adik dari belakang.

Alia tertawa pelan, siapa lagi yang dapat mengatasi kecemasan pengantin jika bukan orang-orang terdekatnya, kini kedua pengantin tidak memikirkan apapun lagi selain ingin cepat bertemu, dan mengucap janji suci.

Pernikahan yang dilakukan di Imperial Hotel Tokyo tidak sepenuhnya mengikuti tradisi jepang dahulu soal pakaian pernikahan, tamu undangan yang mulai hadir saling menyapa, beberapa orang yang mereka kenali saling bernostalgia soal masa lalu yang menyenangkan.

Ada pasangan Ice, dan Edrea yang bersedia langsung kembali ke Tokyo setelah rapat di Australia begitu mendapatkan undangan pernikahan sahabat mereka, dengan setelan kemeja hitam, dan jas biru keabuan berhasil menarik mata beberapa tamu undangan yang hadir, mereka sempat membicarakan soal betapa tampannya salah satu sahabat mempelai pria.

Ice datang bersama Edrea yang memakai dress biru langit dengan ornament bunga di sepanjang dress nya, kebagian yang lengkap dengan putra kecil mereka yang baru berusia lima tahun Syafid.

Bahkan di usianya yang masih kecil warisan ketampanan sang ayah sudah menurun padanya, sang anak nampak menikmati lobby yang ditata sedemikian indahnya hari ini. Kedua suami istri itu menyapa teman-temannya yang lain.

Ada Thorn yang datang beberapa menit lebih awal karena tidak bisa menunggu sang kakak Edrea di bandara yang sibuk hari ini, dengan setelan jas hijau agak tua, dan dasi hitam membuat adik Edrea terlihat menawan.

Adik-kakak itu saling berpelukan menyambut kerinduan setelah dua bulan tidak bertemu. Thorn bahkan mengangkat tinggi-tinggi Syafid sebagai bentuk kasih sayang paham pada sang keponakan. “Paman, aku akan punya adik lagi!” seru Syafid.

Kebahagian semakin bertambah dengan kabar bahwa Edrea sedang mengandung anak keduanya.

Halilintar, dan Taufan datang bersamaan begitu tugas mereka selesai bersamaan sehingga mereka bisa pergi bersama ke pernikahan sahabat mereka. “Untung saja kami membeli tiket ke Paris di hari Rabu, jadi masih sempat untuk datang ke sini.” Perkiraan Halilintar tidak pernah salah.

“Satu-satu dari kita mulai menempuh jalan baru, tentu saja aku tidak akan ketinggalan,” kekeh Taufan.

Kedua kakak beradik itu datang dengan perbedaan yang kontras di warna, namun entah mengapa bisa menjadi sempurna. Halilintar dengan setelan jas merah marun, dan Taufan dengan setelan jas biru dongker.

Frostfire, dan Blaze datang bersamaan ketika tidak sengaja bertemu di lobby, Frostfire yang datang dengan setelan jas hitam simpel, dan Blaze dengan jas orange sedikit mencolok seperti biasanya.

Tak sengaja keduanya hampir menabrak dua orang gadis. Mereka adalah Ica, dan Ara. Kedua gadis itu datang dengan sangat cantik, dan manis. Ica yang berbalut dress pink selutut, dan bordiran disekitar dadanya, serta pita yang sangat cantik baginya, sedangkan Ara, dia memakai dress merah ruby yang begitu mencolok terlihat elegant.

“Ah maaf,” kekeh Blaze.

“Santai saja,” balas Ica terkekeh juga.

Acara pernikahan ini mempertemukan kembali teman-teman yang saling suka cita.

Tepat ketika waktu pernikahan akan di mulai, semua orang mulai duduk di tempatnya menantikan dua bintang utama dalam acara hari ini, acara penyambutan yang hikmah, dan dilanjutkan oleh masuknya Gempa, sebagai pengantin pria. Pemuda itu tersenyum senang saat teman-temannya bisa hadir dalam acara bahagia miliknya, dengan Solar yang setia ada di sampingnya, adiknya tetap memberikan semangat.

Prosesi dilanjutkan, melakukan serangkaian acara yang begitu tenang namun juga mendebarkan terutama bagi Gempa sendiri, sejenak dia harus fokus pada semua proses yang dia lakukan sekarang.

Hingga tiba saat yang semua orang tunggu, kedatangan sang pengantin wanita. Pintu yang semula ditutup perlahan dibuka, semua mata tertuju pada satu orang, sang bintang utama mulai menaiki panggung.

Alia berusaha tersenyum, dia berjalan begitu anggun, semua mata tak berpaling hingga gadis itu tiba di samping Gempa, dan mulai duduk. Gempa ada di sampingnya kali ini, pemuda itu tak lepas memandang Alia yang begitu cantik hari ini.

“Kita lanjutkan.”

Gempa kembali tersadar, kini keduanya berusaha fokus dalam prosesi, mencoba mengabaikan detak jantung yang berpacu tak karuan, dan rona merah yang terus bersemu, ada setitik harapan untuk bisa terus menatap sang kekasih, hanya beberapa menit lagi, dan selamanya.

Ucapan janji suci diucapkan begitu sakral oleh Gempa dalam mempersunting Alia sebagai istrinya, membuat Akise, dan Solar hampir meneteskan air mata bahagia, tamu undangan bergumam bahagia menyambut pasangan suami istri baru hari ini.

Perlahan keduanya saling memasangkan cincin di jari manis, Gempa menunduk dalam begitu telapak tangannya memegang lembut tangan Alia, rasa tidak percaya kembali membuncah, namun dia bahagia.

Alia yang melihat itu tersenyum, dia tidak mau tidak percaya saat ini, dia ingin percaya sepenuhnya bahwa kini, besok, dan selamanya, sosok yang ada dihadapannya ini akan menjadi pendamping hidupnya.

Pesta meriah mulai dirayakan, satu hari penuh menjadi kebahagiaan untuk semua orang, berbagi canda, tawa, dan kebahagian untuk semua orang, terutama bagi pasangan kekasih baru. Gempa terus saja menatap sang istri dengan bahagia.

Tangannya menggenggam erat pada jari-jari manis Alia, wajahnya semakin mendekat, dan mendekat, hingga Alia harus menahan wajah suaminya, dia tahu maksudnya, dengan senyum jahil dia membisikkan sesuatu pada Gempa.

“Aduh apa nih, ada yang udah gak sabar?” Taufan bertanya ambigu, mengundang gelak tawa bagi orang-orang yang mendengarkannya.

“Selamat ya, semoga kalian bahagia selalu,” ucap Ica, dan Ara bersamaan.

“Jagain adik kesayanganku ini, jangan sampai buat dia nangis karena bersedih,” ucap Akise.

“Selamat datang ya, kakak ipar,” sambut Solar.

~~~~

Gempa, dan Alia saling tertawa, biarlah hari ini mereka merayakan kebahagiaan ini bersama, saat di rumah mereka akan merayakan kebahagiaan ini hanya berdua.

Musim gugur mulai datang dengan cepat, bunga maple menghiasi ibu kota saat ini. Tirai apartment dibuka, membiarkan angin musim gugur membangunkan orang-orang yang masih pulas dalam mimpinya.

Mengikat rambutnya agar tak menghalangi pandanganya, dengan celemek coklat, Alia mulai menyiapkan sarapan untuk hari ini. Tangan lentiknya begitu sigap dengan segala hal yang ada di depannya.

Omelet mampu menjadi menu sarapan yang paling dinikmati hari ini, harumnya telur yang masih terpanggang oleh api sanggup membangunkan penghuni lain yang ada di apartment itu. Dirinya yang masih fokus tak sadar oleh seseorang yang datang mendekat ke arahnya, dan memeluk pinggangnya dengan mesra.

“Selamat pagi,” ucap Gempa disela masih mengantuknya.

“Pagi juga, kau membuatku kaget,” ucap Alia yang hampir melancarkan spatulanya jika saja Gempa tidak bersuara.

“Masakanmu membangunkan ku,” ucap Gempa melihat omelet yang mulai dihidangkan di piring.

Alia tersenyum mendengarnya, meminta Gempa menjauh sebentar demi menyiapkan sarapan di meja makan. “Apa kau bosan? Aku masih kurang ahli memasak yang lain?” tanya Alia cemas.

Gempa yang kini menghabiskan separuh sarapannya terhenti, tangannya menopang dagunya, dan menatap Alia yang terlihat cemas. “Masakan apapun itu, asal kau yang berusaha membuatnya, aku akan selalu menyukainya,” ucap Gempa lembut.

Membuat Alia merona merah, dirinya masih saja malu-malu jika dipuji begitu, sarapan terus berlanjut hingga selesai, Gempa membantu mencuci piring bekas. Alia tersadar akan sesuatu yang dirinya simpan sejak kemarin.

Jantungnya berdebar tak karuan, namun dengan segera dirinya pergi ke kamar, dan datang kembali pada Gempa yang sedang membersihkan tangannya, Alia tersenyum mesra, membuat Gempa bingung.

“Ada apa istriku?” tanya Gempa.

“Aku punya hadiah untukmu,” ucap Alia senang.

Gempa menyeringit bingung, ini bukan hari special, apalagi hari ulang tahunnya, namun segera dia menatap pada Alia. Gadis itu menyerahkan sebuah kotak kecil, meminta Gempa untuk membuka nya.

Gempa tak perlu berpikir untuk membukanya, dia melihat sebuah alat yang tidak asing, dengan garis dua. Gempa mengerjapkan matanya, dia tahu benda ini, Test pack HCG yang bergaris dua artinya…

“Ini sungguh?” tanya Gempa berkaca-kaca.

Alia tersenyum lembut, tangannya mengusap perutnya yang masih datar, segera dirinya menatap kembali pada suaminya. “Selamat menjadi ayah ya,” ucapnya.

Gempa tak bisa menahan rasa gembiranya, dia memeluk Alia lembut, sembari terus mengucapkan kata terima kasih, dengan matanya yang berkaca-kaca. Untuk sejenak dia melupakan semua masalah yang terjadi hari ini, sang istri akan selalu menjadi alasan ternyaman dirinya kembali pulang ke rumah.

The END

Terimakasih╰⁠(⁠⸝⁠⸝⁠⸝⁠´⁠꒳⁠'⁠⸝⁠⸝⁠⸝⁠)⁠╯

Continue Reading

You'll Also Like

502 161 11
Brakk!!! Suara itu sontak membuatku terkejut. Suara itu berasal dari dapur "Berisik!!, bukannya sudah aku katakan jangan bahas masalah ini lagi. Kamu...
54K 1.9K 13
Melalui tulisan, kita bisa menyampaikan sesuatu yang tak bisa tersampaikan. Tulisan adalah jejak, tulisan adalah rasa dan tulisan bukan hanya seked...
889K 43K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
110K 1.1K 9
Berisi kutipan-kutipan novel PERGI yang di tulis oleh Tere Liye