CERPEN

By NanasManis98

494K 43.3K 2.7K

Kumpulan beberapa cerita..... LIST : ⬇️ 1. CERPEN : CITRA✔️ 2. CERPEN : ODIT✔️ 3. CERPEN : AURORA✔️ 4. CERPEN... More

SALAM MANIS
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CEPREN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA

CERPEN : AURORA

3.8K 480 31
By NanasManis98

Part 10
______

Mengenakan rok selutut berwarna putih. Baju kemeja berwarna pink dan wedges berwarna sama dikenakan pada kedua kakinya. Mengikat satu rambut panjangnya serta memakai riasan pada wajahnya.

Aurora menoleh menatap Ardan usai berdandan. Suaminya itu menatapnya sedari tadi membuatnya salah tingkah. Hendak menyelipkan helaian rambut ke belakang daun telinganya, tapi ia sadar jika rambutnya terikat. Membuatnya kembali tersenyum malu.

Meraih tas tote yang berisi perlengkapan kerjanya. Bahkan kemarin ia membuat CV lamaran kerja.

"Beneran gak mau kuanter?" tanya Ardan yang di gelengi Aurora. "Tapi nanti kujemput, ya?"

Aurora hendak menggeleng, tapi melihat ekspresi Ardan yang penuh harap, akhirnya ia mengangguk. Aurora pun mengendarai pinky menuju ke tempat kerjanya. Melirik kaca spion, dan menemukan Ardan yang mengikutinya. Membuat Aurora tersenyum senang.

Tidak berapa lama ia pun tiba, memarkir motornya lalu turun, kini menatap Ardan yang juga singgah. "Udah sana pergi. Nanti jemput aku."

Ardan mengulas senyum. Lalu beranjak dari sana. Aurora pun melepas helm dari kepala, memperbaiki ikatan rambutnya kemudian melangkah masuk. Menyapa para karyawan yang ada di butik tersebut lalu naik ke lantai atas, ruangan Una berada.

Una belum datang, jadi Aurora duduk di sofa yang berada di luar ruangan bosnya tersebut. Duduk rapi seraya bersenandung pelan.

"Hei Rora." Aurora sigap berdiri saat Una datang. Memberikan senyuman manis pada wanita cantik tersebut. "Kenapa duduk di sini? Meja lo ada di dalam juga."

Aurora mengekori Una yang melangkah dengan elegan masuk ke dalam ruangannya. Demi apapun, bosnya ini cocok sekali jadi model.

"Mbak Una, ini CV-ku." Aurora menyodorkan map bening tersebut pada Una yang kini duduk. Una mengulas senyum seraya menerima CV tersebut.

"Sebenarnya gue gak butuh kayak ginian sih, Ra. Kan gue udah nerima lo kerja," ujar Una seraya mengamati CV tersebut kemudian mengangkat pandangannya menatap Aurora yang terlihat semakin manis mengenakan baju berwarna pink. "Tapi, gak pa-pa."

Aurora membalas senyuman Una. Lalu duduk di hadapan Una saat bosnya itu mempersilahkannya duduk.

"Lo jurusan psikologi?" Una kembali mengamati CV Aurora.

"Iya Mbak. Mbak Una pernah jadi model, ya?"

Una mengangkat pandangannya dan tersenyum geli menatap pandangan berbinar Aurora. "Gak pernah. Kenapa?"

"Body-nya Mbak Una kayak model. Terus mukanya juga sangat mendukung." Una tertawa mendengar celetukan Aurora. Ia menaruh CV tersebut ke dalam laci dan kembali mengamati Aurora yang mengeluarkan notebook serta pulpen dari tote bag lalu meletakkannya di atas meja. "Jadi, aku harus ngapain, Mbak?"

"Sebenarnya gue nyari asisten cuma biar ada temen ngobrol aja sih." Una tertawa pelan karena ucapannya sendiri. Lalu terdiam karena Aurora hanya menatapnya. Una berdecak gemas melihat binar mata Aurora yang begitu antusias kemudian mengeluarkan iPad dari laci. "Ini nama-nama klien dan nomor hand phone mereka. Lo atur jadwal untuk pertemuan kita."

"Oke, Mbak." Aurora pun bangkit menuju ke mejanya sendiri yang berada di ruangan Una.

Pintu ruangan tersebut dibuka begitu saja sosok Arsen nampak. Pria itu langsung memfokuskan tatapan pada Aurora yang mengangkat pandangan.

"Maaf Mas, di mana ya sopan santunnya? Kok gak ketuk pintu dulu?"

Arsen memicing datar menatap Aurora. Lalu berjalan ke arah Una yang tertawa geli kemudian ia menaruh sebuah bingkisan di atas meja Una, juga bucket  bunga.

Una mengangkat alisnya heran menatap Arsen. "Tumben lo ke sini? Pake bawa sarapan sama bunga."

"Bukan buat lo," desis Arsen lalu memutar tubuhnya usai memberi isyarat pada Una agar Una memberikan pada Aurora. Una hanya menggeleng pelan melihat tingkah pria itu. Sudah tau Aurora punya suami, masih saja berusaha mendekati.

Sebelum keluar dari ruangan tersebut. Arsen melirik Aurora yang terpekur dengan iPad di hadapannya. Tak ingin menganggu Aurora, ia segera keluar.

"Rora." Aurora menegakkan kepala menatap ke arah Una yang memanggilnya. Ia segera berdiri.

"Nih, buat lo." Memberikan apa yang Arsen tadi bawa.

Aurora mengernyit. "Aku udah sarapan. Bukannya ini buat Mbak Una, ya?"

"Gue gak suka makan makanan yang manis. Terus gue alergi bunga."

Aurora mengambil semuanya dan berterima kasih.

●•••●

"Ardan!" Aurora berlari menghampiri Ardan yang telah tiba untuk menjemputnya.

Dengan sigap Ardan menangkap Aurora saat Aurora hendak melewatinya  karena tidak bisa mengerem langkahnya sendiri. Aurora tertawa.

"Gimana kerjaannya? Capek?"

"Enggak." Aurora menggeleng pelan. Mulai menceritakan segala kegiatannya hari ini. Mengatur jadwal meeting Una dengan klien. Menemani Una bertemu klien. Juga melihat gaun-gaun pengantin yang sedang dikerjakan oleh designer butik itu sendiri.

Sementara itu Ardan dengan sigap memakaikan Aurora jaket yang ia bawa karena tau Aurora tidak mengenakan jaket pagi tadi. Apalagi sore ini cuaca mendung. Langit gelap lebih awal.

"Tadi, Ardan ke sini, naik apa?" tanya Aurora setelah memberikan kunci motor pada Ardan.

"Dianter temen. Pake helm dulu." Ardan kembali memakaikan helm untuk Aurora.

"Ardan, kayaknya mau hujan deh."

"Iya. Ayo cepat. Biar kita cepat sampai ke rumah." Menarik Aurora naik ke motor. Juga melingkarkan tangan Aurora di pinggangnya.

"Peluk yang kenceng."

Aurora terkikik lalu memeluk Ardan erat. Ardan pun mengendarai motor tersebut.

Tanpa mereka sadari. Di lantai dua gedung butik tersebut dua pasang mata mengamati.

Una menoleh menatap Arsen yang masih mengamati dibawah sana. Lalu tersenyum kecil. "Lo tau gak kenapa Rora lebih milih suaminya itu daripada lo yang jauh lebih mapan?"

Arsen menoleh menatap Una bingung membuat Una melanjutkan perkataannya. "Karena suaminya itu perlakuin Rora kayak ratu. Gak kayak lo yang selalu perlakuin perempuan kayak boneka."

Arsen mendengus kesal, memicing menatap Una yang tertawa seraya memutar tubuhnya, melangkah menuju mejanya.

"Mending lo move on deh, Sen. Jangan rusak kebahagiaan Rora," tambah Una seraya duduk di kursinya. Bersandar menatap Arsen yang kini menghadap ke arahnya.

"Emang Mas Banyu perlakuin lo kayak ratu?"

Una memicingkan mata menatap Arsen yang tersenyum miring. Kemudian ia mengibaskan tangannya. "Mending lo pergi sekarang. Mas Banyu bakal jemput gue."

"Gak mau. Gue mau ketemu Mas Banyu. Udah lama gue gak ketemu sama kakak gue yang bangsat itu."

"Ngaca Sen." Una mendengus kini fokus menatap layar ponselnya.

●•••●

"Ica, ayo makan!" panggil Ardan pada adiknya itu yang masih berada di kamar.

"Kak Ica lagi mens. Perutnya kram," ujar Aca memberitahu. Ardan pun tak lagi memanggil Alisha.

Aurora menatap pintu kamar Alisha karena tirai yang berada menuju dapur tersibak. Lalu kembali menatap Ardan. "Ardan mau keluar lagi?"

Ardan mengangguk lalu menelan makanannya.

"Kan hujan," gumam Aurora cemberut.

"Kalau hujan tarifnya naik. Lumayan." Ardan tersenyum menenangkan. "Lagian hujannya cuma gerimis kok."

"Tapi tetep aja. Nanti Ardan sakit."

"Gak kok Sayang. Kamu gak usah khawatir."

Aurora pun diam. Meski cemas. Tetap membiarkan Ardan kembali mencari penumpang. Hujan gerimis juga mulai redah. Tapi, hawanya masih sangat dingin membuat Aurora bergidik saat keluar dari rumah untuk

Masuk kembali ke dalam rumah. Ia menatap sekilas Aca yang sedang menonton sambil mengemil kemudian berdiri di depan pintu kamar Alisha. Mengetuknya pelan kemudian membuka pintunya. "Alisha, perutmu masih sakit?" Alisha kini merebahkan tubuhnya menghadap ke arah tembok yang membelakangi posisi pintu. "Kamu belum makan. Mau Kakak bawain
makanan ke sini?"

Alisha berdesis kesal seraya mengibaskan tangannya meminta Aurora diam tanpa menatap Aurora.

Aurora mengatupkan mulutnya. Ia kini mengamati punggung tangan Alisha yang terluka.

Lalu menutup pintu kamar dengan pelan.

"Aca, temenin Kak Alisha dulu ya. Kakak mau keluar bentar."

"Kak Rora mau ke mana?" tanya Aca menatap Aurora yang kini memakai hoodie milik Ardan.

"Ke apotek." Setelah itu Aurora mengendarai pinky mencari apotek di daerah tersebut.

Tiba di apotek yang cukup besar. Aurora turun dari motornya setelah meletakkan heln di kaca spion. Ia berdiri di depan etalase kaca seraya matanya meliar mencari sesuatu yang ia cari. Juga menunggu penjaga apotek tersebut melayani yang lain.

"Ardan suka pake kondom ultra thin. Bahannya tipis kayak gak pake gitu kalau dipasang." Aurora menoleh dan menemukan Sherina yang berujar pelan padanya. Mengerjap pelan menatap wanita itu yang tersenyum. Jenis senyum sinis. Lalu kembali menghadap ke depan.

"Mbak, ada I-free pad?" tanya Aurora.

"Ada Kak. Mau berapa?"

"Tiga." Aurora mengeluarkan uang dari dompet dan ia kembali mendengar bisikan setan.

"Ih, lagi mens, ya? Gue kira lo ke sini karena mau beli kondom. Ah atau gak test pack? Lo belum hamil?"

Aurora meraih barang yang dibelinya usai uangnya dikembalikan. Lalu kembali menatap Sherina. "Aku dan Ardan gak pernah pake kondom dan di sini," Aurora menunjuk perutnya. "Udah ada isinya."

Sebelum beranjak, Aurora kembali menatap Sherina yang diam menatapnya. "Ah kamu SPG kondom, ya? Tau macam-macam kondom? Mau dong pesan kondom yang glow in the dark. Kayaknya aku ngidam." Aurora mengulas senyum lebar. Lalu pergi dari sana meninggalkan Sherina yang mendengus kesal. Mengira wanita itu akan marah karena perkataannya.

Sementara itu Aurora yang tengah mengendarai motor pulang ke rumah, pikirannya dipenuhi dengan 'kondom'.

Emang enak ya kalau pakai begitu?

Tiba di rumah, ia menyerahkan pereda nyeri haid tersebut pada Aca. Meminta Aca memberikannya pada Alisha. Kemudian ia masuk ke dalam kamar. Mengambil ponsel dan menghubungi Megumi. "Gumi, biasanya Bang Rion pake kondom apa biar lo keenakan?"

>>>>>>THE NEXT PART 11<<<<<<

Continue Reading

You'll Also Like

298K 3.2K 4
Oneshoot gay tentang Daniel yang memiliki memek dengan bermacam macam dominan. Jangan salah lapak-!!!
128K 586 7
📌 AREA DEWASA📌
1.5M 31.9K 23
Yusuf Kuswanto, 35 tahun. seorang duda yg ditinggal pergi oleh istrinya saat melahirkan sang buah hati Ery Putri Kuswanto. anaknya sensitif dengan su...