Designed for you, my Lawyer

Par Carissa_Kharisma

2.2K 55 9

"Seperti inikah caramu menyelesaikan masalah, tuan pengacara yang terhormat?" -Clarissa Zhafira "Bagaimana m... Plus

Chapter 1: Pertemuan Menyebalkan
Chapter 2: Dunia Begitu Sempit
Chapter 3: Bertemu Kembali
Chapter 4: Berdansa
Chapter 5: Invitation
Chapter 6: Dinner
Chapter 7: Desire to Fight
Chapter 8: Kerja Sama
Chapter 9: Perfect Partner
Chapter 10: Bad Situation
Chapter 11: Heartbeat
Chapter 12: Rejected
Chapter 13: (Not Too) Bad Day
Chapter 14: Finding Ways
Chapter 15: A Confession
Chapter 16: Break up Their Plan
Chapter 17: Execute Everything

Chapter 18: Win The Case

86 2 0
Par Carissa_Kharisma

Satu hari setelah sidang pembuktian, Altezza segera menemui ketiga hakim yang bersangkutan dan memutuskan bertemu di pengadilan, tepatnya di ruang pribadi milik salah satu hakim tersebut.

"Pak, kenapa kalian membiarkan sidang berjalan tidak sesuai dengan rencana yang telah kita buat? jika ada masalah, bisakah kita bicarakan baik-baik terlebih dahulu daripada mengkhianati satu sama lain? Sejujurnya Tuan Orion sangat kecewa dengan apa yang bapak majelis hakim lakukan di persidangan kemarin." Ucap Altezza panjang lebar.

"Kau pikir kami menginginkan output seperi ini Altezza? Semua ini tidak akan terjadi jika bukan karena kau." Ucap salah satu hakim yang merupakan hakim ketiga bernama Rudi.

"Karena saya? Maksud bapak? Apakah saya membuat suatu kesalahan?" Tanya Altezza bingung. 

Hakim kedua bernama Dimas menjawab "Bukan hanya kamu membuat suatu kesalahan, tapi karena ketidakbecusanmu, semua orang yang terliat dalam hal ini bisa ikut terseret. Jika ada yang Dewan Orion ingin benci karena merusak segala rencana yang tersusun, maka itu adalah kau Altezza."

Hakim ketua pada kasus tersebut yang bernama dika akhirnya membuka suaranya. "Altezza, sebenarnya agaimana kamu membimbing keluargamu? hingga akhirnya segala yang kamu susun berantakan karena anggota keluargamu sendiri?"

Altezza terkesiap "Maksud bapak, keluarga saya sendiri yang menghancurkan segala rencana kita?"

Hakim Dika menganggukkan kepalanya "Keluargamu, ah.. tidak, putrimu Clarissa. ia menyiapkan segala rencana untuk menyudutkan kami dengan sangat rapi sejak awal. Apa kamu tahu bahwa putrimu memasang penyadap sekaligus kamera pengintai di restoran terakhir kali kita bertemu membahas segala rencana yang kita siapkan?" 

"Apa? Penyadap? Pengintai? dan bukan orang lain melainkan Clarissa pelakunya?" Tanya Orion terkesiap dengan segala penuturan para hakim. 

Sekarang ia mengetahui, bukan Danish Adelio musuhnya sejak awal persidangan ini. Melainkan putri pembangkangnya lah yang memimpin lawannya diam-diam. Di dalam hatinya Altezza bangga akan apa yang anaknya mampu capai pada bidang ini, namun ia juga kesal karena lawan anaknya tidak lain adalah dirinya sendiri. 

"Saya pribadi cukup terkejut dengan apa yang saya lihat dan saya alami. Saya juga tidak habis pikir dengan anda Altezza, anda memiliki anak yang se-cemerlang itu, lantas kenapa tidak anda jadikan sekutumu dan justru malah menjadikannya duri dalam daging?" Ucap Hakim Dika kembali. 

"Lantas bagaimana selanjutnya pak, apakah skenario persidangan ini tetap dapat dimenangkan oleh Dewan Orion?" Tanya Altezza.

"Kami bisa saja melakukannya, memenangkan Dewan Orion dalam pertarungan ini tidaklah sulit, yang sulit adalah menanggapi tanggapan masyarakat luas setelahnya. Anak anda paham betul akan hal itu Altezza, Ia hanya meminta kami menerima segala bukti dan saksi yang dihadirkan dalam sidang pembuktian. Ia tidak meminta kasus ini untuk dimenangkan oleh pihaknya. Namun tidakkah anda paham situasi saat itu?" Jelas hakim Dika dengan tenang. 

"Ketika Dewan Orion sudah menyiapkan segala perangkap, namun justru ia sendiri yang terperangkap. Ia kira semua akan berjalan sesuai dengan kemauannya, dan ia mengundang seluruh stasiun Televisi untuk meliput langsung persidangan anaknya. Ketika pisau yang ia layangkan pada lawan berbalik kearahnya, pembuktian jelas telah menitik-beratkan seluruh masalah pada anak beliau. Menang ataupun kalah, persidangan ini tetap akan memberikan efek yang tidak baik untuknya. Bukankah jika demikian kita harus mencari jalan mana yang bukan merupakan jalan yang paling buruk?" Lanjut hakim dika. 

"Maksudnya memilih jalan yang bukan merupakan jalan terburuk, bisakah anda menjelaskan maksudnya?" Tanya Altezza hanya untuk mengkonfirmasi pemikiran buruknya. 

Hakim dimas pun tertawa dan menjelaskan lebih lanjut "sekarang pikirkan baik-baik. Lawanmu sudah jelas memenangkan pembuktian, jika mereka tiba-tiba kalah bagaimana reaksi publik? 'ah... Orion adalah Dewan, pantas saja keadilan bisa dibeli dengan uang', menurutmu ketika hal sudah berjalan demikian, apakah Dewan Orion mampu bersaing dan mendapatkan kursi Dewan kemali di periode keduanya? tentu saja tidak, kecuali ia mengeluarkan dana yang berlipat-lipat untuk menyuap banyak orang bukan?" yang dijawab dengan anggukan Altezza.

"Sebaliknya, ketika lawanmu dimenangkan, meskipun bayarannya adalah dengan dipenjaranya anak Dewan Orion, Dewan Orion akan dibanggakan karena tidak mencoba menyuap atau memanipulasi hasil putusan pengadilan sekalipun anaknya harus mendekam di balik jeruji besi. Dewan Orion memiliki peluang lebih besar naik ke kursi Dewan kembali pada periode selanjutnya. Masalah anaknya sendiri bisa dikeluarkan saat sentimen publik sudah mereda, dan itu tidak membutuhkan waktu hingga satu tahun. Dewan Orion cukup memunculkan skandal lain ke permukaan, contohnya skandal artis. Dengan demikian, sorot publik tidak lagi mengarah padanya, dan ia bisa segera membebaskan anaknya." yang dilanjutkan oleh hakim Rudi. 

Setelahnya hakim Dika menatap Altezza dengan tegas dan meminta Altezza menyampaikan pembicaraan ini kepada Dewan Orion dan mengatakan bahwa saat ini hanya ada dua pilihan untuknya satu pilihan buruk, dan kedua pilihan yang sangat buruk. 

***

Sementara di lain tempat, Danish mendatangi butik Clarissa, yang seperti biasa cukup ramai dikunjungi oleh beberapa orang. 

"Ah ya, saya akan buatkan design yang ibu telah jelaskan pada saya dalam satu minggu ke depan, saya akan buatkan beberapa bentuk, ibu dan anak ibu bisa memilih diantara pilihan yang saya buatkan setelah fix baru nanti akan kami jahitkan setidaknya utuh tiga sampai empat minggu, aru saya hubungi untuk fitting ya. Untuk pertemuannya akan saya hubungi ibu lagi ke depannya. Selain ini, Apakah ada yang ingin ditanyakan lagi bu?" Terdengar Clarissa sedang menjelaskan kepada customernya. 

Danish pun menunggu mereka selesai berjabat tangan dan memastikan hanya Clarissa di dalamnya. 

"Apakah kamu sudah selesai?" Tanya Danish sembari memasuki ruangan tempat dimana Clarissa baru saja berbicara dengan customernya. 

Clarissa pun melihat ke arah Danish dan tersenyum "Seperti yang kamu lihat, baru saja selesai. tinggal satu customer yang sedang ditangani Meghan di ruang sebelah, ada apa?" Tanya Clarissa.

Danish menaikkan bahunya sesaat "Well, kamu terlihat sangat berkharisma saat sedang bekerja menurutku. Aku tidak pernah bosan melihatmu menjelaskan sesuatu kepada customermu. Aku yakin itu juga yang memuat butik ini terlihat hidup."

Clarissa terkekeh dan menjawab "Bukankah setiap orang yang bekerja sesuai dengan bakat dan minatnya akan selalu terlihat berkharisma saat bekerja? saat sedang melakukan sidang pun kamu demikian."

"By the way, sudah memikirkan apa yang akan kita lakukan saat sidang pembacaan putusan dua hari lagi?" Tanya Danish.

"Bukankah sudah jelas kita akan menang? atau kamu perlu aku meyakinkan para hakim lagi?" Tanya Clarissa sembari mengerutkan keningnya. Danish yang melihatnya pun menempelkan jari jarinya di dahi Clarissa dan membenarkan kerutan yang ada di keningnya sembari tersenyum. 

"Jangan mengerutkan keningmu, nanti wajahmu cepat terlihat tua dengan kerutan yang tercetak di dahimu dan ngomong-ngomong bukan itu maksudku, setelah pembacaan putusan, bukankah kita harus merayakannya?" Tanya Danish

Clarissa yang sempat terpaku pun terkesiap dan memalingkan wajahnya dengan sedikit semburat merah di wajahnya. "Apakah Ara sudah setuju untuk mengadakan pesta kemenangannya?"

Danish yang melihat semburat merah di wajah Clarissa pun tersenyum " Ibunya yang menyarankan, supaya Ara cepat merasa lebih baik. bagaimanapun seorang ibu akan selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya bukan?" 

"Kalau begitu bagaimana jika kita adakan kecil-kecilan saja, kurasa di halaman rumahnya sudah cukup." Ucap Clarissa dengan tetap memalingkan wajahnya.

"Opsi itu oleh juga, tapi apakah kamu akan berbicara demikian kepadaku dengan memalingkan wajahmu? bukankah itu tidak etis?" Tanya Danish yang tentu saja menyentak Clarissa.

Dengan perlahan Clarissa pun menoleh dan menatap Danish dengan wajah yang semakin memerah. Danish yang sebelumnya terkekeh pun menghentikan tawanya dan dengan tanpa aba-aba mencium pipi kanan Clarissa.

"Aku kemari hanya untuk mengatakan itu, kalau begitu sampai jumpa dua hari lagi." Ucap Danish sembari berjalan tanpa dosa keluar ruangan dan meninggalkan Clarissa yang mematung menatapnya. 

"Seelum benar-benar keluar, Danish menoleh kembali menghadap Clarissa "Satu lagi, maaf aku lancang mencium pipimu, aku tidak tahan melihatmu yang terlihat semakin menawan dengan semburat merah di wajahmu." Ucap Danish dengan senyum mengembang di wajahnya. 

Ketika Clarissa tersadar, wajahnya semakin memerah hingga mencapai telinganya "perasaan hangat yang muncul ini, aku harap aku tak akan pernah kehilangannya Danish." gumam Clarissa pelan sebelum memasuki ruangannya. 

---------------------------------------------------------------------------------

To e continued...

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

1.1M 36.2K 61
WATTYS WINNER When her fiancé ends up in a coma and his secret mistress, Halley, shows up, Mary feels like her world is falling apart. What she does...