Kennand Perfect Boyfriend

By _avocadish_

99.3K 6.2K 637

'๐ฌ๐ข๐ง๐ ๐ค๐š๐ญ ๐ฌ๐š๐ฃ๐š ๐ข๐ง๐ข ๐š๐๐š๐ฅ๐š๐ก ๐ค๐ข๐ฌ๐š๐ก ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐›๐ž๐ซ๐š๐ฐ๐š๐ฅ ๐๐š๐ซ๐ข ๐ค๐ž๐ฉ๐ฎ๐ซ๐š-๐ฉ๐ฎ๐ซ๏ฟฝ... More

PROLOG
Part : 1
Part : 2
Part : 3
Part : 4
Part : 5
Part : 6
Part : 7
Part : 8
Part : 9
Part : 10
Part : 11
Part : 12
Part : 13
Part : 14
Part : 15
Part : 16
Part : 17
Part : 18
Part : 19
Part : 20
Part : 21
Part : 22
Special parts: Tentang Hazel
Part : 23
Part : 24
Part : 25
Part : 26
Part : 27
Part : 28
Part : 29
Part : 30
Part : 31
Part : 32
Part : 33
Part : 34
Part : 35
Part : 36
Part : 37
Part : 38
Part : 39
Part : 40
Part : 41
Part : 42
Part : 43
Part : 45
Part : 46
Part : 47
Part : 48
Part : 49
Part : 50
Part : 51
Part : 52
Part : 53
Part : 54
Part : 55
Part : 56
Part : 57
Part : 58
Part : 59
Part 60
Part : 61
Part : 62
Part : 63
Part : 64
Part : 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70 [Ending]

Part : 44

864 58 0
By _avocadish_

Happy reading


Perusahaan yang bisa dibilang sangat mewah, dengan fasilitas yang bisa bernilai puluhan triliun harganya.

Perusahaan ini sudah berdiri dari sebelum ayahnya menikah dulu. Jadi Kennand memang sudah tau apa saja yang ada di dalam perusahaan ayahnya ini.

Ia sedari tadi hanya diam dalam mobil, masih ingat dengan Kennand yang tidak suka keramaian? Itulah yang ia rasakan sekarang.

"Ken, kamu belum cerita sama bunda kenapa kamu dateng sendirian.."

Sudah ada bundanya sebenarnya, bahkan Athalia juga tau, sejak kejadian yang menimpa kakaknya dulu. Kennand sangat tidak suka keramaian.

"Hazel baru keluar rumah sakit tadi sore, gak mungkin Kennand paksa dia buat ikut"

Athalia mengangguk paham. "Terus sekarang dia gimana? Udah gak apa-apa kan?"

"Emm" Kennand mengangguk.

"Bagus kalau gitu, bunda seneng dengernya, mungkin kita bisa ketemu lain waktu" ucapan Athalia ini dibalas anggukan kepala dari Kennand.

"Ayah udah mau dateng, kamu mau tunggu diluar, atau tetep disini?"

"Disini aja, Kennand--"

"Oke, oke. Bunda tau kamu gak suka ada rame-rame ya?"

Walaupun Kennand tak mengangguk atau mengiyakan, tapi Athalia tau, Kennand sangat tidak suka hal ini.

"Ini gak akan lama, gak apa-apa kamu paksa kan?"

Kennand hanya diam saja tak memberi jawaban, walaupun ia senang akan bertemu ayahnya tapi melihat keramaian ini mood nya benar-benar hancur.

"Kamu," Athalia menepuk pelan pundak anak satu-satunya itu. "Pewaris tahta, pewaris harta, satu-satunya di keluarga,"

"mungkin kalau Nami masih ada, pasti dia yang ada di posisi kamu karena dia anak pertama,"

"cuma karena Nami lebih disayang Tuhan, semuanya jatuh ke kamu, jadi kamu harus hadir disini, gak apa-apa ya?"

Mendengar penjelasan itu, Kennand mengangguk.

Nama Namira memang pada awalnya disebutkan sebagai pewaris tahta dan harta ayahnya, namun, karena kejadian dulu yang merenggut nyawanya, digantikan dengan Kennand.

"Kita keluar, ayah udah sampe, kamu masih mau ketemu ayah kan?"

"Yang buat Ken dateng kesini, cuma ini bunda" jawabnya tetap dengan ekspresi datar.

Ibu dan anak itu keluar dari mobil mewah seharga lebih dari 10 miliar milik Kennand. Bisa dibayangkan seroyal apa keluarga Edzard Alexander ini.

Derap langkah kakinya melangkah perlahan, sepasang mata indahnya menangkap seseorang ber jas abu-abu, sangat gagah sekali kelihatannya.

"Babe.." panggil Athalia, yang membuat sang empu menoleh.

"Look at me, who am I with here?"
(Lihat aku, aku sedang bersama siapa disini?)

Dapat terlihat tatapan dalam dari lelaki itu, lelaki yang masih terlihat muda meskipun usianya sudah di kepala 4.

Lelaki itu mendekat, Kennand juga masih terdiam, ia tidak percaya saja. Sejak berbelas-belas tahun lalu ayahnya sama sekali tidak berubah.

"is he our boy? he's an adult."
(Dia anak laki-laki kita? Dia sudah dewasa)

Dengan segera lelaki itu memeluk anak laki-lakinya, yang kini lebih tinggi darinya.

"I used to have to bend down to hug him, now he has to bend down to hug me"
(Dulu aku yang harus membungkuk untuk memeluknya, sekarang dia yang harus membungkuk untuk memelukku)

Ayahnya sudah terbiasa menggunakan bahasa Inggris di Amerika, mungkin masih bisa berbicara dengan bahasa Indonesia meski tidak banyak.

"Look at him so handsome, is he really my son?"
(Lihat, dia sangat tampan, apa benar ia anakku?)

"That's right, he's your son, but he doesn't just look like you"
(Benar, dia anakmu, hanya saja dia tidak mirip denganmu)

"Kamu sudah sangat tinggi sekarang" ucap ayahnya. "Benar, dia tidak mirip denganku, hanya waktu kecil saja mungkin"

"Yaa, he even has a girlfriend now"
(Yaa, bahkan dia sudah punya pacar sekarang)

"Why don't you invite him to come here?"
(Kenapa kamu tidak mengajak nya ikut kesini?)

"That girl just got out of the hospital today"
Ucap Kennand dengan suara berat.
(Gadis itu baru keluar rumah sakit hari ini)

"really? Maybe we'll meet another time"
(Benarkah? Mungkin kita akan bertemu lain waktu)

Percakapan panjang bahkan terjadi, banyak hal yang ditanyakan Albern, ayah dari Kennand. Sangat banyak, yaa layaknya seorang ayah dan anak laki-lakinya yang tengah bertukar pikiran.

Setelah percakapan panjang yang memakan cukup waktu, ayahnya segera mengajak anaknya itu masuk ke dalam perusahaan besar itu.

Masih ingat Kennand dulu tak ingin tahu soal orangtuanya, bahkan tak ingin bertemu mereka lagi. Tapi setelah kejadian ini, ia benar-benar bersyukur masih bisa dipertemukan dengan orangtuanya.

Katanya... Kesempatan sebelum ia meninggalkan dunia ini.


Ayahnya lebih banyak berbicara bahasa Indonesia di dalam, mungkin kalau dengan Kennand, ia tau anak laki-lakinya ini pandai dalam berbahasa asing.

Ayahnya itu berjabat tangan dengan lelaki lain yang sepertinya seumuran, dengan seorang istri dan anak perempuan yang nampaknya seangkatan dengan Kennand.

Ayah dan bundanya nampak akrab dengan keluarga kecil itu. Kennand tak terlalu peduli, lagian ia tidak tau apa-apa soal keluarga itu.

Ia lebih memilih mementingkan rasa khawatirnya, tangannya bisa diumpamakan sangat gatal, ia ingin menelepon Hazel sedari tadi. Ia benar-benar khawatir.

"Ini Kennand, anak laki-laki saya, yang pernah saya ceritakan waktu itu" ucap Albern formal.

Kennand membungkuk, memberi hormat.

"Ahh, Ken, ini om James rekan bisnis ayah di Amerika, ini istrinya Tante Ashana dan ini," tunjuk Albern pada perempuan yang terlihat sepantaran dengan Kennand tadi.

"Ini Gabriel anak mereka"

Kennand memberi hormat lagi.

"Gabriel ini, seangkatan sama kamu, dia juga kelas tiga SMA" jelas Ashana yang menurut Kennand tak perlu, ia juga tak ingin tau soal itu.

"Selama kamu kerja disini, Gabriel bakalan jadi sekretaris pribadi kamu, jangan khawatir ayah udah tes kerja dia, dan itu semua oke"

Kennand tak mengangguk ataupun mengiyakan hal ini, kenapa sektretaris nya tidak lelaki saja, bukan maksud apa-apa, tapi ia bisa dibilang tak nyaman jika bekerja dengan seorang perempuan, apalagi seumuran dengannya.

Gabriel nampak lugu, namun Kennand tentu saja bisa membaca pribadi seseorang hanya dari gerak-geriknya saja.

Gabriel ini tidak seperti kelihatannya yang lugu dan nampak pemalu tadi. Tidak ingin fitnah, tapi pikirannya mengarah ke hal yang negatif. Sungguh, insting atau pikiran batin Kennand, jarang ada yang salah.

Kennand akan mencoba mempertimbangkan ini, ia harap ayahnya bisa mengerti. Mungkin Hazel juga bisa marah jika tau hal ini terjadi.

"Babe, kenapa enggak Arkan atau Atha yang jadi sekretaris Ken? Mereka kerja lebih lama di perusahaan ini"

Walaupun Kennand tak kenal siapa itu Arkan atau Atha tapi jujur ia lebih setuju dibandingkan bekerja dengan Gabriel.

"Maaf, tapi Ken keliatan gak nyaman dan gak setuju" bisik Athalia pada Albern.

"Apa kamu tidak setuju nak?" Tanya Albern.

Kennand hanya menghela nafas dan membuang pandangannya, ia berbalik dan lebih memilih mengutak-atik handphonenya.

"Aku bilang apa" ujar Athalia.

"Saya tau perihal anak anda yang tak nyaman dengan perempuan itu tidak masalah, Gabriel bisa bekerja di bagian lain"

Tapi sekarang Gabriel yang menatap tak setuju pada ayahnya yang tiba-tiba berkata seperti itu.

"Ketiganya!" Albern memutuskan. "Arkan, Atha, Gabriel bisa bantu kinerja kamu Ken, nanti kamu bisa pilih satu yang menurut kamu pekerjaannya memang bagus"

Alih-alih memberi jawaban, Kennand meninggalkan dua keluarga itu dan memilih menelepon Hazel. Ia lebih mementingkan rasa khawatirnya dibanding pembicaraan yang Kennand anggap tak penting.

Athalia menghela nafas panjang. "Dia gak bisa fokus, dia khawatir sama pacarnya, anak zaman sekarang".

Ucapan Athalia itu membuat Gabriel kaget, ia kira Kennand tak memiliki pasangan.

"Ya, mungkin begitu, dia bilang pacarnya baru keluar rumah sakit hari ini, dia pasti gak tenang"

•••

"Gimana? Udah fiks nih bapak ketua Azge jadi cowok kantoran"

Kennand sangat tenang mendengar suara itu, walaupun suara Hazel tak selembut suara wanita yang lain. Tapi ini sangat membuat Kennand tenang.

"Mungkin, ini sedikit aneh"

"Aneh kenapa? Kan hari ini ketemu ayah kamu, harusnya seneng dong"

"Yang itu mungkin iya, tapi enggak buat yang lain."

Suara Kennand terlihat datar dan sedikit terdengar menahan emosi. Hazel jadi penasaran apa yang sebenarnya terjadi.

"Ada apa? Cerita sini"

"Gak mungkin nolak kemauan ayah kan?"

"Kemauan maksudnya?"

"Bukannya lebih baik kerja sama laki-laki aja? gak akan betah kalau kerja sama perempuan lain--".

"Emm, wait, perempuan lain? Ken? Seriously?"

"Zel, aku tau kamu gak bakalan suka"

"Ini soal kerjaan kan?"

Tiba-tiba suara Hazel pun terdengar sama datarnya seperti Kennand.

"Ya, tapi jujur gak nyaman sama ceweknya"

"Itu pilihan ayah kamu, soal nyaman gak nyaman terserah kamu"

Oke. Hazel marah sekarang, sangat terdengar jelas bagaimana suara Hazel yang mendengus. Tapi menurut Kennand, ini sangat menggemaskan.

"Udah? Matiin aja teleponnya"

"Gak gitu, Zel, jangan dulu dimatiin"

"Yaudah, tinggal terima aja apa susahnya, kerjaan doang kan?"

"Kamu baru sembuh jangan marah-marah"

"Gak marah, cuma kamu itu kalau mau kerja sama cewek itu oke, gak apa-apa"

"Beneran gak apa-apa nih?"

Sungguh kata itu hanya bercanda saja, Kennand tak bermaksud ia ingin bekerja dengan Gabriel.

"Terserah"

"Gak marah nih?"

"Kedengarannya?"

"Haha, gemes."

Hazel baru pertama kali mendengar itu, Kennand mengatakan kata gemas sembari tertawa. Itu malah membuat Hazel salting bukan marah.

"Apanya yang gemes? Gak jelas"

"Pacar aku, gemes banget."

Bukan hanya Kennand yang mungkin merasa gemas. Tapi dibalik panggilan telepon itu Hazel juga menahan teriakannya, ia sudah tak karuan sedari tadi. Kennand malah jauh lebih menggemaskan daripada seorang bayi.

"Pengalihan isu banget"

"Kamu jangan marah, gemes banget itu, takut diambil orang"

"Kemana Kennand yang dulu katanya anti cewek? Sekarang malah gemes gemes gak jelas"

"Anti cewek, selain kamu"

"Gak jelas udah ah, matiin"

"Jangan sayang, ih, lagi kangen ini"

Apa tadi sayang? Kenapa Kennand hari ini? Sangat berbeda dari biasanya. Ia tak pernah mengatakan hal ini sebelumnya.

"Coba ngomong apa tadi?"

"Sayang, sayang, sayang, sayang, sayang, sayang, sayang, sayang, sayang!"

"gak kuat," gumaman itu terdengar oleh Kennand hanya saja Kennand berpura-pura tak mendengarnya.

"Sejak kapan manggilnya sayang sayang? Biasanya cuma Zel doang"

"Sejak sekarang, jadi makin sayang kalau kamu gemes gitu"

"Darimana si letak gemesnya? Aku ngaca aja kadang kaget sama muka sendiri"

"Kamu gemes, ayo peluk dulu"

"Peluk? Gimana dah? Telepon ini"

"Gak apa-apa peluk aja latihan hubungan virtual"

"Siapa yang virtual? Kita enggak ya"

"Kasian yang virtual, meluknya pasti meluk handphone"

"Ken? Kamu sakit? Kenapa beda dari biasanya? Kennand yang cuek dingin mana?"

"Kalau sama kamu kan beda"

"Iya si, tau ah, kamu gak jelas telepon telepon bikin salting anak orang"

"Salting nih? Jadi pengen liat pacar aku kalau salting gimana"

"Kayang terus banting anak orang"

"Iya aja, ayo ketemu pengen peluk"

Kennand ketika gemes sama tingkah Hazel: 😡😡😡😡😡😡😡😡😡😡 (kira-kira perumpamaan komuknya gini, haha gemes banget)

"Besok disekolah, yaa ayangie"

"Ayangie apalagi?"

"Panggilan kesayangan itu, tren tau gak?"

"Manggil sayangnya cuma karena tren nih?"

"Kalau asli mah ada tapi rahasia"

"Bentar, besok mau sekolah? Itu tangannya bukannya masih sakit?"

"Udah dibilang kalau aku libur sehari aja udah bisa bikin bodo, ayang"

"Tadi ayangie sekarang ayang, besok apalagi?"

"Daddy?"

"Mau macem-macem, hm?"

"Bercandaan doang, udah dulu ya, ngantuk banget ini"

"Hm, good night, Babe.."

Panggilan telepon itu berakhir. Padahal Kennand ingin lebih lama lagi. Hazel menolak untuk mereka melakukan panggilan video, katanya kamarnya sudah gelap.

Pikirannya kembali pada Gabriel. Kalau saja bisa, ia ingin memohon dengan sangat jangan sampai Gabriel menjadi sekretaris pribadinya.

Kennand mendongak, menyandarkan kepalanya pada punggung kursi mobilnya. Jika boleh ia sudah menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari sana sekarang juga.


Kennand membuka matanya perlahan, dilihatnya jam yang berbunyi. Pukul 4 pagi. Kennand sudah biasa bangun di jam itu.

Malam tadi ia benar-benar kabur bisa dibilang, ia benar-benar pergi tanpa izin. Sangat tak nyaman ada di tempat yang ramai seperti itu jadi ia kabur saja.

Ia bangun dari tidurnya, duduk di tepi kasur sebentar baru ia bangun, membuka bajunya hendak mandi.

(Cuma ilustrasi yaa)

Kamar apartemennya sudah seperti kulkas, yang bisa dibilang sangat dingin sekali. Ada 2 AC sekaligus disana, dan dua-duanya hidup. Kennand sudah seperti manusia kutub utara.

Menyalakan heater untuk memanaskan air, sambil menunggu sebentar ia menyiapkan baju seragam sekolahnya hari ini.

Begitulah kehidupan ia setiap hari.

•••

Ia melihat motornya, ban belakangnya kempes. Begitupun mobil yang biasa ia pakai sekolah. Berarti hanya tinggal satu, Kennand pergi ke sekolah menggunakan Lamborgini.

Sebelum itu, Kennand mengetuk layar ponselnya, mencari nomor milik Hazel. Kennand akan bertanya apa gadis itu benar akan sekolah hari ini.

loml ♡

Begitu nama kontaknya, sudah bukan kacang hazelnut lagi. Sudah pensiun, katanya.

"Hai, cantik."

"Waalaikumsalam"

"Iya, assalamualaikum"

"Kenapa pagi-pagi udah telepon?"

"Hari ini jadi sekolah?"

"Jadi, tapi Abang belum bolehin gak apa-apa mau kabur aja"

"Mau aku jemput?"

"Iye jemput aja jemput, jemput adek Abang buruan, ni cewek ngeyel minta ampun, udah jemput aja nih buru" timpal Azlan pada panggilan telepon itu.

"Abang ganggu aja!"

"Gimana?"

"Yaudah terserah aja, hati-hati tapi gak boleh ngebut"

"Iya, cantik. Udah tungguin ya, sebentar kagi kesana"

"Ya, matiin duluan aja lagi pake dasi susah pencet hp nya"

"Sure, Babe"

Hazel sudah seperti melewati jalan yang sangat berliku, abangnya melarang keras dirinya sendiri, tapi adiknya itu tetap bersikeras ingin sekolah meski belum pulih 100%.

Bahkan tangan kirinya masih dibalut perban. Benar, perempuan sangat keras kepala.

"Dih, ngeyel banget heran entar detak jantungnya ilang lagi kek waktu itu" ancamnya.

"Ada nih, jantung Acel masih aman damai sejahtera, baik-baik aja"

"Ya kan, waktu ilang, udah panik nge-prank lagi"

"Mana tau, mesinnya aja error kali, orang detak jantung Acel gak ada kakinya mana bisa ilang, jangankan detak jantungnya, jantungnya sendiri aja gak punya kaki"

"Kalau ada kakinya serem"

"Coba Abang bayangin, jantung Abang ngambek terus gak mau detak lagi, gimana?"

"Ya jangan lah, kamu mana bisa hidup tanpa Abang"

"Bisa, yang ada Abang gak bisa hidup tanpa Acel"

"Ya emang, baru tau? Kemana aja selama ini? Makanya jangan ninggalin Abang"

"Gak akan" Hazel menggeleng. "Nanti Abang udah nikah pun, Acel buntutin kemana aja"

"Mau buntutin sampe ke kamar gitu?"

"Ya gak juga kalau udah nikah kan kamar Abang privasi"

"Yeeh, so' tau"

"Emang Abang mau nanti kalau Abang nikah, tiba-tiba Acel masuk, kalau ganggu gimana?"

"Ganggu apa?"

"Ya itu, masa Abang gak tau? Adiknya aja tau lho"

"Ih otaknya, syahadat buru, istighfar"

"Astagfirullah, nah udah kan?"

"Gak jelas"

"Abang juga, ayo ah kebawah Acel laper, nanti keburu dijemput Kennand"

"Cowoknya gak mau dikasih makan?"

"Pasti udah makan dia di rumahnya, yakin dah, makanan di rumahnya banyak banget"

"Kamu emang pernah ke rumahnya?"

"Sering"

"Berduaan?"

"Ya enggak juga, kadang ada Lio kadang ada kak Jio, kadang--"

"Kadang berduaan?"

"Ya kalaupun berduaan gak ngapa-ngapain ini, gausah negatif thinking sama Acel, Acel ini anak baik-baik"

"Iyain, ayo katanya lapar"


"Tadi Abang larang buat sekolah?"

"Iya, gak jelas banget adeknya mau nuntut ilmu gak dibolehin" balas Hazel mengomel.

"Serius nuntut ilmu bukan ghibah sama Qila bertiga sama Lia"

"Itu juga sih, tapi abis itu kan wudhu juga"

"Emang kalau wudhu, gak akan ghibah lagi"

"Besoknya pasti lagi sih"

"Sekarang juga mau ghibah?"

"Enggak"

"Kenapa?"

"Takut tiba-tiba meninggal pas lagi ghibahin orang"

"Siapa yang meninggal? Orang yang dighibahinnya?"

"Ya bukanlah"

"Terus siapa?"

"Aku lah, yang penyakitan terus om Abhi bilang umurnya gak akan lama lagi kan aku"

"Ssttt, ngomongnya"

"Makanya maksain sekolah, soalnya takut gak ngerasain sekolah lagi, karena waktunya habis"

"Bisa gak gausah ngomongin gituan sehari aja?"

"Gak bisa, otak aku sekarang tentang mati semua"




Halo semua, yang pada gak punya ayang. Tenang sama kok.

Seriusan udah 13k readers nih? Tiktok the best banget 🙏👍

Tapi kadang kemusuhan sama tiktok giliran gak pake hastag eh fyp, giliran promosi pake hastag viewers nya berhenti di 600+ paling banyak ya di 1000+ viewers, capek juga hahahah.

Jangan lupa ramein komen setiap paragraf yaww.





Continue Reading

You'll Also Like

2M 96.1K 69
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
499K 10.6K 56
Allea kembali ke Indonesia setelah 8 tahun untuk menemui calon tunangannya, Leonando. Namun Allea tidak tahu telah banyak hal yang berubah, termasuk...
46K 3.7K 94
CERITA LENGKAP FOLOW SEBELUM BACA YA TERIMA KASIH ____________________________ Kilas balik mengenai gadis berhijab yang terseret ke dalam jeratan tak...
1.4M 107K 67
[Masih Lengkap] Ini tentang bagaimana Adira menyukai Febby-kakak kelasnya yang mempunyai sifat dingin seperti es batu dan datar seperti triplek. Dia...