Danum Senja

By aldinawa

19K 3.3K 3.7K

"Jangan dulu hilang dari bumi, ya? Aku sudah mulai cinta." -Danum Senja Highest Rank #1 - Lifestory out of 2... More

01 - AWA(LAN)
02 - PANGERAN ROTI SOBEK
03 - GADIS TUNAWISMA
04 - AKU SAJA
05 - PERINGATAN
06 - SEHARUSNYA AKU
07 - PERGI
08 - SEKALI LAGI
09- MABUK KETAN(?)
10 - JANGAN MANJA
11 - Kenapa Nggak Coba?
12 - Kalau Sama Terus Apa?
13 - Janji dan Maaf
14 - Capek
15 - Him
16 - Beruntung Bertemu
18 - Kita Nanti
19 - Second Chance
20 - Foto Keluarga
21 - Janji Lagi
22 - SALAH KU
23 - BENCI SEKALI
24 - ULANG TAHUN
25 - GAGAL DIRAYAKAN
26 - JANGAN DULU MATI
27 - TUHAN, TOLONG
28 - BENTUK KETERTARIKAN

17 - Better Than What?

623 111 161
By aldinawa


Yang cantik banyak, tapi yang katanya cantik itu nggak bisa bikin gue cinta.

-Nathan Immanuel

•••••


"Ngetuk pintu dulu nggak bisa?" keluh Nathan yang terkejut atas kedatangan sang sahabat.

Cowok yang berbaring diatas ranjang besar itu melirik Arka yang cukup mengejutkan kegiatan melamunnya.

"Rumah gue, bangsat." seru Arka sembari melepas dasi abu miliknya yang terasa mencekik.

Nathan yang disembur menampilkan cengiran tak berdosa. "Dari mana lo semalem?" disempatkan untuk menatap sang sahabat disela kegiatan ganti bajunya.

"Club," jawab Nathan. "Mabok lagi?"

Cowok yang masih nampak berantakan itu menggeleng pelan. "Terus kenapa nggak balik rumah?"

"Ada urusan bentar," sebuah decakan kecil lolos dari bibir Arka. "Lo itu pengangguran. Kerjaan lo cuma ngabisin duit bokap sama ngejar-ngejar cewek nggak jelas itu, 'kan?"

Nathan melotot tak terima, meski pernyataan itu sepenuhnya benar. "Cewek nggak jelas? Senja itu jelas, jelas banget cantik."

"Cih, buta."

"Sirik banget lo, babi!"

Kening Arka mengerut. "Gue? Sirik sama lo?" dia mengangguk mengiyakan."Skip, cewek yang jauh jauh lebih cantik dari dia banyak."

Satu gamparan keras mendarat dikepala sang sahabat. "Senja itu cantiknya beda. Lo yang mandang fisik ngerti apa?"

"Secara tidak langsung lo mengakui, kan, kalau banyak yang lebih cantik dari itu cewek?" Nathan nampak menggebu mendengarnya, enak sekali mulut manusia satu ini.

"Banyak emang, tapi yang bisa bikin gue suka cuma dia." begitu katanya, "Yang kata lo cantik banget aja bisa apa?"

"Orang kalau udah terlanjur tolol mau diapain juga tetap nggak ketolong." pada akhirnya dia akan tetap kalah dengan gelombang kasmaran yang menimpa seseorang.

•••••


Masih dihari yang sama, diwaktu yang berbeda. Nathan, remaja laki-laki itu nampak mencurahkan segala waktunya demi selalu ada untuk Senja. Karena dia yakin jika sang gadis masih dalam keadaan yang tak benar-benar baik saat ini.

Senja pasti terguncang setelah kejadian semalam, dia yakin itu.

"Udah bangun?" pertanyaan yang sama Nathan lontarkan, sebelumnya dia bertanya melalui panggilan dengan Dila.

"Udah, gue kasih dia waktu sendiri dulu."

Tampak kedua alis cowok itu nyaris bertaut mendengarnya. "Harusnya lo temenin dia, ajak Senja bicara biar dia lupa."

Dila menghentikan langkahnya. Berbalik menatap Nathan yang mengekor dibelakang, "Gue lebih tau dia dari pada lo, Nath."

"Gengsi Senja itu setinggi langit, dia nggak akan langsung mau cerita. Apalagi diajak bicara sebagai metode pengalihan, Senja nggak bisa digituin." jelas cewek dengan rambut dikepang itu dengan raut menyakinkan.

"Lebih tau? Lo bahkan tau masalah hutang bokapnya dari gue, Dil." Nathan menjawab datar tapi menyudutkan. Membungkam Dila yang sebenarnya juga tidak bermaksud membandingkan dirinya sebagai sahabat dengan Nathan sebagai orang yang mengincar Senja.

"Senja itu keras, kalau kitanya cuek dan bersikap seolah biasa aja tanpa nunjukin usaha dia bakal makin menutup diri. Dia bakal ngerasa orang-orang disekitarnya nggak peduli." Nathan menjelaskan singkat, tidak berniat menggurui.

Sedikit salah paham karena masalah penyampaian, tapi mereka bisa mengatasi itu segera. "Gue mau ambil air buat Senja, masuk aja dulu."

Nathan menatap Dila, "Nggak papa?"

"Gue nggak ada pikiran sampai sana. Dengan bawa dan lindungin Senja, gue tau lo tau arti menjaga." kata cewek itu diakhiri kerlingan kecil.

Sedang Nathan tersenyum, "Konsekuensi terburuk cuma satu, gue dihajar sama yang punya kamar." Dila terkekeh pelan, mengangguk sambil menjauh dari sana.

"Harusnya aman, dia belum cukup tenaga buat mukul lo."

•••••

Senja menatap pantulan dirinya dikaca, memandang wajah lelah tapi belum ingin mati yang nampak jelas. Setidaknya tunggu sampai Abi pulang, dan sang ibu memberi kabar atau sekadar membalas pesan.

Tak ada emosi lagi, ingin menangis pun rasanya dia sudah tidak bisa.

Pintu kamarnya diketuk. Senja tak sepenuhnya tertarik, "Senja, ini Nathan."

Suara manusia itu lagi, dia tetap diam. Melanjutkan kegiatan yang tengah dilakukan kurang lebih dari lima menit lalu.

"Gue masuk, ya? Pintu depan dibuka, Dila lagi ke belakang sebentar."

Tidak ada jawaban lagi, Nathan yang masih berdiri didepan pintu memutuskan masuk. Dibuka pintu kamar Senja perlahan, "Ja?"

Gadis itu masih tak tertarik, Nathan sempat terdiam sebelum akhirnya berjalan cepat mendekati gadis kesukaannya di semesta.

"Hey, hey, apa-apaan ini?" cowok berkalung salib itu menahan kegiatan Senja. Dia melirik,berusaha menghempaskan tangan Nathan yang mencegahnya.

"Lepasin, bahaya kalau kena tangan." meski sebenarnya panik, Nathan berusaha tetap tenang. "Kasih gue guntingnya, Senja."

Senja menggenggam kuat gunting hitam ditangannya. Dia tidak sedang mencoba mati dengan cara konyol, sebab dia tau suatu hari dia akan mati juga. Hanya tinggal menunggu waktu, sabar saja.

"Lo kira gue mau bunuh diri?" gadis itu bertanya dengan nada dingin. Nathan menggeleng pelan, "Nggak, gue cuma takut guntingnya kena lo aja."

Dia menatap kebawah, rambut sang gadis berserakan dimana-mana. Rambut panjang bergelombang itu kini tersisa sebahu, dengan potongan kasar yang masih berantakan.

"Senja bosen rambut panjang, ya?" pertanyaan itu cukup membuat dada Senja sesak, dia menatap sepasang mata coklat Nathan yang nampak teduh seperti biasanya. Tatapan itu menenangkan.

"Jangan digunting sendiri," tak ada yang menarik perhatiannya lebih dari Nathan saat itu. "Jelek?"

Nathan berhasil melepaskan gunting dari genggaman Senja, dia menatap gadis itu sambil tersenyum kecil. "Nggak, ah."

"Mau pendek atau panjang, lo tetap cantik." tidak terdengar seperti pujian belaka, Nathan benar-benar serius dengan apa yang dia lihat saat ini.

Dia menarik kursi disamping Senja, duduk disana menghadap kearah sang gadis.

"Gue mau nanya," ucapnya dengan raut yang mampu membuat Senja bingung. Gadis itu merespon tanpa suara.

"Sejak kapan, Ja?" kedua alis tipis milik sang gadis sontak bertaut. "Sejak kapan lo secantik ini." sambungnya yang berhasil membuat Senja memutar mata jengah.

"Gue kemana aja, ya? Kayaknya kemarin-kemarin lo nggak secantik ini, atau mata gue yang rabun?" cecar Nathan sembari mengucek kedua matanya.

"Gue tau!"

"Level suka gue udah sampai sayang, makanya rabun. Kalau gue buta, lo tau artinya 'kan?" gadis itu bergeming, tak ada semu merah menahan marah seperti biasanya dipipi tembab Senja.

"Ketan... Udah, cukup." gumamnya sembari menahan tubuh Nathan yang sedikit condong kearahnya. "Belum cukup, bahkan kalau lo disandingkan sama ratusan jenis bunga gue yakin lo tetap lebih cantik."

"Sesuai sama nama lo, Senja itu nggak pernah gagal bikin orang jatuh cinta. Dan gue jadi salah satu korbannya." sang gadis menoleh, berusaha mencari kebohongan dimata Nathan. Namun sial, dia gagal menemukannya.

"Gue tau bakal ditolak, tapi gue akan tetap coba." Nathan bersuara lagi, terdengar sedikit ambigu. "Gue suka lo, udah sayang juga. Sebagai kelanjutan, ayo kita pacaran. Gimana?"

Bukan yang pertama kali, Nathan sudah pernah mengatakan ini padanya. Hanya saja kali ini dalam suasana yang lebih 'serius', kurang lebih begitu.

Senja menghela nafas pelan. Menatap sepasang mata manusia yang belum lelah juga mendapat penolakan darinya. "Lo ngarep apa dari cewek kayak gue?"

Nathan nampak menyipit. "Mulai lagi, kan? Bisa nggak berhenti ngomong kayak gini? Udah udah, nggak usah dijawab."

Nampak sudut bibir gadis itu naik, dia menatap dalam sepasang  mata dihadapannya. "Gue kayak gini supaya lo sadar. Banyak cewek yang jauh lebih dari gue, yang layak buat lo."

"Nggak, Nathan cuma mau Senja. Cuma lo, bukan yang lain atau yang lebih dari lo."

Dia berdecak, menggeleng sekali sebab tak habis pikir. "Lo nggak akan ngerti."

"Lo nggak tau betapa susahnya gue buat nerima diri sendiri. Gue selalu ngerasa nggak pantas buat siapapun, termasuk laki-laki baik kayak lo." jelas Senja pelan, dia tak mau Nathan semakin jauh dengan perasaan itu.

"You desserve better than me."

•••••

"Kalian ngapain? Main salon salonan?"

Dila yang sempat mematung diambang pintu masuk dengan sedikit tergesa. Air didalam gelas nyaris tumpah karena jalannya yang terlalu cepat.

Nathan bangkit, berusaha menahan Dila agar tak mencecar pertanyaan pada sang gadis. "Tenang dulu,"

Kedua remaja itu saling tatap. Nathan mengusap pelan bahu Dila sebagai isyarat. Gadis dengan dress selutut itu nampak kaget juga kebingungan. Sekali lagi Nathan mengangguk, seolah mengatakan kalau Senja baik-baik saja.

Ekpresi wajah Dila benar-benar menjelaskan semuanya, dia khawatir. Tapi sebisa mungkin dia mengalihkan perhatiannya. "L-lo udah mendingan? Masih pusing nggak?"

Senja yang masih dalam posisi duduk mendongak, lalu menggeleng pelan sekali. Dila jelas kesulitan mengkontrol matanya dari lantai, dimana rambut hitam sahabatnya berserak disana.

"Senja biar bersih-bersih, abis itu kita cari makan. Gimana?" usul Nathan yang berusaha mencairkan suasana. "Dila?"

Cewek itu jelas tak fokus. "H-hah?"

"Kita makan diluar abis ini, mau?"

Dila menggoyangkan kepalanya sekali, disertai tarikan nafas yang terdengar kasar. "Tapi di depan ada Satria sama Galang."

"Galang?" beo Nathan sambil mengernyit. Dia mencium bau persaingan. Bersaing dengan orang lama? Apa dia mampu?

••••••

"Bocah kurang ajar lo, Ja!"

Gadis itu mematung. Terkejut saat Satria memeluknya tanpa aba-aba. Sang ketua OSIS bahkan tak memberikannya ruang untuk bergerak. "Kenapa suka banget bikin gue repot, sih?!"

Masih dalam posisi yang sama, Satria memejamkan matanya. Dia lega, lega sekali dapat melihat Senja dalam keadaan baik begini. Dila tercengang, sama halnya dengan Nathan dan Galang yang hanya bisa terdiam melihat interaksi keduanya.

"Ini terakhir, besok nggak lagi---" belum sempat gadis itu menyelesaikan kalimatnya, Satria lebih dulu memotong. "Nggak ada terakhir!"

Suaranya meninggi, dia bahkan mencengkram bahu gadis itu. "Siapa yang mau direpotin selain gue? Udah hampir dua tahun, dan lo baru mau berhenti ngerepotin gue sekarang?"

Entahlah, mereka juga kebingungan dengan sikap Satria yang nampak menahan marah. Urat leher cowok itu bahkan terlihat menonjol. "Udah telat. Nggak ada cara berhenti, kecuali keluarga lo pulang."

Senja berdecih, terkekeh ringan tanpa suara. Dia menatap cowok blak-blakan dihadapannya, mata sayu itu menyorot sendu. "Mereka nggak akan pulang. Lo tau itu, 'kan?"

"Gue dibuang dengan alasan sayang." cetus sang gadis pelan, dengan senyum miris yang menyedihkan.

Semua orang terdiam. Ruangan tempat mereka berdiri terasa dingin, tak ada yang bersuara hingga membuat gadis itu kembali menyemburkan tawa sumbang.

"Ada banyak cara mencintai. Dan buat sekarang, ikhlas jadi cara yang paling memungkinkan."

"Gue masih nunggu, cuma sekarang nggak berharap banyak aja. Bisa nggak bisa, harus tetap terbiasa." Siapa yang tak iba dengan hidup gadis remaja satu ini. Masalah Senja datang bertubi tanpa persiapan, dia ditinggalkan tanpa persetujuan.

Dia tidak bisa memilih dan menolak untuk hal-hal seperti ini.

Sedekat apapun mereka, Senja merasa sendirian dengan beberapa orang asing yang tau banyak hal tentang dirinya. Banyak, bukan semua.

•••••

Agak ngebut nih, jadi maaf kalau masih banyak typo.

Maaf dan makasih untuk menunggu kelanjutan cerita ini. Habis ini diusahakan nggak sampai sebulan, canda.

Aku usahakan, secepat yang aku bisa. Okay?

Papaiii

#danumsenja
#tbc

Continue Reading

You'll Also Like

162K 131 27
warning! Cerita khusus 21+ bocil dilarang mendekat!! Akun kedua dari vpussyy Sekumpulan tentang one shoot yang langsung tamat! Gak suka skip! Jangan...
250K 5.2K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
2.4M 128K 28
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...
331K 9.5K 40
Alskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan...