MACLO [ SEGERA TERBIT ]

By macemelow

2.4M 302K 28.1K

"Zizel ini kenapa lo ninggalin celana dalam gua? kenapa nggak sekalian lo cuci!" cecar Maclo memperlihatkan c... More

{ MACLO 1 }
CAST
{ MACLO 2 }
{ MACLO 3 }
{ MACLO 4 }
{ MACLO 5 }
{ MACLO 6 }
{ MACLO 7 }
{ MACLO 8 }
{ MACLO 9 }
{ MACLO 10 }
{ MACLO 11 }
{ MACLO 12 }
{ MACLO 13 }
{ MACLO 14 }
{ MACLO 15 }
{ MACLO 16 }
{ MACLO 17 }
{ MACLO 18 }
{ MACLO 19 }
{ MACLO 20 }
{ MACLO 21 }
{ MACLO 22 }
{ MACLO 23 }
{ MACLO 24 }
{ MACLO 25 }
{ MACLO 26 }
{ MACLO 27 }
{ MACLO 28 }
{ MACLO 29 }
{ MACLO 31 }
{ MACLO 32 }
{ MACLO 33 }
{ MACLO 34 }
{ MACLO 35 }
{ MACLO 36 }
{ MACLO 37 }
{ MACLO 38 }
{ MACLO 39 }
{ MACLO 40 }
{ MACLO 41 }
{ MACLO 42 }
{ MACLO 43 }
{ MACLO 44 }
{ MACLO 45 }
{ MACLO 46 }
{ MACLO 47 }
{ MACLO 48 }
{ MACLO 49 }
{ MACLO 50 }
{ MACLO 51 }
{ MACLO 52 }
{ MACLO 53 }
{ MACLO 54 }
{ MACLO 55 }
INFO
MACLO TERBIT???
OPEN PRE-ORDER MACLO

{ MACLO 30 }

36.8K 4.5K 421
By macemelow

Notes: Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya yaaa, makasihhh.





Zizel tak bisa lagi menahan pup-nya langsung berdiri menggebrak meja. Membuat sekelas terkejut dan menoleh, pak Cireng saja sampai tersedak kala menjelaskan.

"BAPAKKK! ZIZEL KEBELET PUP." ceplos gadis yang rambutnya dikepang dua itu.

Sekelas tertawa terbahak-bahak karena Zizel terang-terangan mengatakan pup dengan suara lantang bergema di kelas.

"Silahkan ke toilet Zizel kiyowooo." persilahkan pak Cireng mencomot cireng di meja.

"Nobita temenin gua eek yuk." pujuk Zizel menarik tangan Sabina.

"Nama gua Sabina bukan Nobita!" sentak Sabina.

"Terserah deh nama lo siapa, tapi ayo temenin gua eek gak kuat ini udah di ujung, eeeughh..." Zizel mati-matian menahan pup-nya yang sudah di ujung minta dilepaskan.

"Gua belum pakai sepatu tunggu..." karena kasihan Sabina memasang sepatu terlebih dulu.

"Aaaa lama udah di ujung." Zizel menekuk kakinya membentuk huruf X dan berlari di tempat.

"Nobita lama! Gua sendiri aja." kesal Zizel berlari keluar.

"Heh!" sorak Sabina.

"Temenin Sab. Kasian anak bimbang pengen pup." saran Belvi.

Sabina berlari keluar mengejar Zizel yang sudah tak terlihat jejaknya. Ia memutuskan langsung ke kamar mandi, pasti gadis itu nongkrong disana.

Zizel yang akan masuk ke toilet terdiam melihat Maclo keluar dari toilet cowok.

"MACLOOO JAMKKANMAN!!!" teriak Zizel mengejutkan cowok yang tengah merapikan resleting celana.

Zizel berlari mendekat dan menggesekkan pipi ke dada Maclo lalu badannya bergetar merinding.

"Kenapa sayang? Kalau mau manja-manja nanti aja di rumah." saran Maclo memeluk Zizel mumpung sepi.

"MAU EEK!"

"Akh! Nggak usah teriak di kuping gua." Maclo merasa telinganya berdenging.

"Aku mau eek Maclo... Gak kuat udah di ujung-ujung cinta mengusik resah tak bisa ku paksa walau hatiku menjer-"

"Ubun-ubun Zel! Lirik lagu orang jangan lo ubah." koreksi Maclo.

Zizel mengangguk saja. "Aku mau eek ayo temenin!" Zizel menarik tangan Maclo segera masuk.

"Heh! Mana boleh." Maclo tak mau. "Lihat Zel ini toilet cewek gua gak boleh masuk." Maclo menunjuk tulisan di pintu.

Zizel setengah menangis menekuk kakinya. "Terus lo bolehnya masuk ke toilet mana?"

"Ya cowok lah gua kan cow---ZEL JANGAN!"

Maclo membulatkan mata kala Zizel menariknya masuk ke toilet cowok. Menyebabkan beberapa cowok yang tengah kencing bersorak.

"WOYYY! GILA."

"ANJING MASUK LAGI ADEK GUA!"

"KALEM DEK KALEM."

Kurang lebih begitulah respon beberapa murid cowok kala terkejut pintu terbuka paksa dan ternyata ulah cewek.

"Lagian kencing kok berdiri! Harusnya jongkok." sungut Zizel.

Zizel berbalik menutup pintu. "Maclo ayo temenin ke toilet cewek aman kok. Semua cewek suka lo jadi gak bakal di adu---errr." Zizel merinding tak sanggup lagi pup-nya mulai keluar.

"BOBIM! GUA KIRA LO UDAH MASUK EH MALAH INDEHOY-AN." sorak Sabina.

Zizel memanggil Sabina dengan tangan menyuruh gadis tomboy itu mendekat. "Nobita eek gua udah keluar kayaknya sedikit, kalau jalan pasti keluar lagi." ceplos Zizel keringetan.

Sabina dan Maclo membulatkan mata tak percaya. Gimana ceritanya sudah 17 tahun namun kena gosip pup di celana saat bersekolah, pasti bakal trending di Wisteria karena kejadian langka.

"SUMPAH ZEL? LO SICK BANGET DEMI!" heboh Sabina memukul pinggul Zizel.

"HEH! BERANI-BERANINYA LO MEGANG PUNYA GUA." sentak Maclo tak terima.

Sabina mengedipkan mata lalu menunduk maaf karena kelepasan menyentuh pinggul istri orang.

"Jangan salah paham gua normal kok." Sabina membela diri.

"Tetep aja lo udah mod-"

PRETTT...

Maclo dan Sabina saling tatap dan melihat ke Zizel yang tersandar di tembok. "Maaf gua kentutnya kegedean, tapi nggak bau kok kalau kentutnya kecil baru bau."

"Zel lo mending masuk ke kamar mandi buruan!" suruh Maclo.

"Zizel ayo gua temenin cepet!" panik Sabina.

Zizel mencoba berdiri tegak dan baru berjalan beberapa langkah namun terhenti. Gadis itu melengkungkan bibir ke bawah dan air matanya berderai begitu saja seperti air terjun saking derasnya.

"Lo kenapa? Terharu ya gua mau nemenin pup?" tanya Sabina.

Maclo mendekat melihat Zizel yang menangis tanpa suara. Dan Zizel melihat mereka berdua menggunakan sorot mata sedih.

Maclo mengendus aroma lain dan membulatkan mata melihat Zizel yang masih menangis dalam diam.

"Lo udah ngeluarin pup Zel?" pastikan Maclo dengan mata membola.

"Hehhh?" Sabina menatap full Zizel lalu ikut mengendus-endus. "Lo berak di celana?!" kaget gadis itu.

Zizel mengangguk pelan. "HUAAAAAAAAA! AKU MALES INI GIMANA! GAK MAU EEK DI CELANA. NOBITA NGOMONGNYA JANGAN TERIAK. " tangis Zizel meledak-ledak.

Posisinya tegap tak berani bergerak. Tapi air matanya mengalir sampai terjun mengenai lantai dan turun ke leher.

Maclo mendekat namun Zizel melarang. "Jangan! Gua bau pup nanti lo muntah." larang Zizel terisak.

"Masuk kamar mandi cepet, jalan aja gapapa Zel nggak bakal jatoh itu pup lo! Ya Allah cepet sayanggg." geregetan Maclo.

Sabina menarik masuk Zizel yang menangis sepanjang jalan ke toilet seperti anak kecil habis dicubit. "Berasa guru bimba gua." gumam Sabina.

Maclo menghela napas di luar tak menyangka Zizel bisa segampang itu melepaskan pup di celana. Ia sepertinya harus mencari jalan keluar agar tak berlarut-larut.

"Bobim ada sabun nggak di dalem?" tanya Sabina yang menunggu di wastafel.

"Nggak..." jawab Zizel dengan suara bergetar.

"Gua ke minimarket sekolah dulu ya beli sabun boleh nggak?"

"Boleh. Nobita bilangin Maclo dong gua mau pulang aja, gak mau sekolah." sedih Zizel duduk di kloset meratapi nasib.

"Bentar." Sabina keluar.

"Maclo. Bini lo minta pulang suaranya sedih banget bergelombang." adu Sabina.

Maclo mengangguk. "Anterin dia ke parkiran nanti. Sekalian izinin ke guru."

Sabina mengangguk paham sebelum pergi ke minimarket. Sedangkan Maclo berjalan ke kelas untuk minta izin mengantar Zizel sebentar ke guru yang tengah mengajar di kelasnya.

Selang beberapa menit Sabina kembali memberikan sabun melalui kolong ke Zizel. "Bobim, ambil nih sabunnya." sodor Sabina.

Zizel mengambil dan cemberut karena sabun itu bukan strawberry, "Gak mau yang ini Nobita gua gak cocok." tuturnya.

"Hah? Gak cocok karena apa emangnya? Gatel-gatel?" tanya Sabina yang berkaca.

"Nggak cocok karena bukan strawberry. Maunya yang strawberry pokoknya harus strawberryyy!" Zizel mendorong keluar sabun jeruk itu.

"Banyak tingkah lo ya. Nggak ada strawberry disana adanya itu pakai aja uda-"

"MAUNYA STRAWBERRY! KALAU GAK GUA GAK MAU CEBOK."

Sabina menghela napas dan memungut sabun tadi kemudian kembali ke minimarket. 5 menit lebih gadis itu menyodorkan sabun strawberry ke Zizel.

"NOBITA! BUKAN MEREK INI! HARUS YANG TADI MEREKNYA, GAMAU CEBOK GANTI LAG-"

"GUA TINGGAL LO, BANYAK TINGKAH BANGET!" emosi Sabina.

"Nobita galak banget sih dasar macan tutul! Yaudah gua gak mau cebok." ancam Zizel melipat tangan di dada.

"Bodoamat! Lo duduk aja di kloset sampai senja ketemu subuh." balas Sabina mulai berjalan pergi.

Duaghhh!

Zizel menendang pintu dari dalam. "NOBITA JANGAN PERGI TUNGGUIN DULU INI LAGI NGUMPULIN NIAT BUAT CEBOK." amuk Zizel.

"Yaudah buruuuuu." suruh Sabina.

"Nobita gabut nggak?" Zizel kembali berbicara.

"Iya, makanya cepetan."

"Gimana cebokin gua aja daripada lo gabut. Gua males cebok ihhh." desis Zizel.

Sabina merosot hingga terduduk di lantai menekuk lutut, tangannya menarik rambut tak kuasa berinteraksi dengan Zizel.

"Nob-"

"Gua hitung sampai tiga kalau sampai belum juga gua duluan ke kel-"

"NOBITA! EEK-NYA GAK MAU DISIRAM." amuk Zizel melemparkan selang.

Sabina menepuk jidat berkali-kali karena Zizel begitu ribet. Akhirnya tak mau memperlambat waktu gadis itu menyuruh Zizel keluar.

"Nobita gak bisa di sirammm..." rengek Zizel panik membuka pintu.

"Minggir biar urusan gua!" untung saja Sabina ada jiwa laki jadi tidak mudah jijik.

"Nobita ngap-" heran Zizel.

"Diem!"

Sabina masuk dan menekan terus tombol air di belakang sambil melihat atas. Gadis dengan lengan baju digulung itu menahan mual karena kasihan melihat Zizel.

Maclo sudah menunggu di parkiran. Zizel datang dengan muka sedih, lesu, kecewa, bahkan ingin nangis.

"Ay-"

"Jangan deket-deket gua habis pup." Zizel menjaga jarak dari Maclo dan Sabina.

"Lo udah gua semprotin parfum sebotol aman." Sabina memberikan tas Zizel ke Maclo.

"Masuk." titah Maclo.

Zizel mengangguk nurut. "Nobita makasih." ucap Zizel langsung masuk ke dalam mobil.

"Thank's." ucap Maclo.

"Sama-sama." balas Sabina masih speechless. Seumur-umur baru kali ini ia berkorban demi orang yang ngeselin.

Selama di perjalanan Zizel menunduk malu. Karena sudah besar masih kelepasan pup di celana saat sekolah. Ia kembali menangis ringan.

"Udah nggak usah nangis." Maclo mengusap rambut Zizel yang dikepang.

"Maclo malu ya punya istri kayak gua?" tanya Zizel.

Maclo melirik dengan ekor mata lalu menggeleng. "Nggak gua gak pernah malu punya istri kayak lo, tapi sering tertekan."

"Tertekan? Emang gua pernah buat lo ngerasa tertekan selama ini? Kalau iya kapan aja?" Tanya Zizel tak tau diri.

"Magadir." desis Maclo.

"Iya gua tau kok kalau gua manusia gak tau diri. Maafin..." Zizel menunduk sampai kepala menyentuh paha.

"Jangan gitu Zel! Tulang punggung lo sakit nanti." nasehat Maclo menahan kening Zizel agar kembali duduk yang benar.

"Tulang punggung gua kan lo. Emang kalau gitu nunduk lo sakit?"

"Gapapa Clo, mental lo udah biasa dipermainin dia." Maclo menyabarkan diri.

Tiba di rumah Zizel berlari masuk untuk mandi dan merenung di dalam bathtub. Maclo kembali ke sekolah karena tadi izinnya hanya mengantar Zizel.

~~~🦋~~~

Di kelas ketika jam istirahat Maclo menyetel musik di MacBook lalu keempat temannya datang sambil membawa makanan dari kantin.

"Tumben nih Clo kita kagak mejeng di kantin nebar pesona." Zayyan meletakkan pop Ice mangga pesanan Maclo.

"Bosen gua." Maclo menyeruput pop Ice nya.

"BABY MAHEEE!" suara Belvi menyerang telinga mereka.

Mahe menoleh dan merentangkan tangan. "Baby Bel muach muachhh." semangat Mahesa akan memeluk Belvi.

"Inget ini di sekolah, lo mau masuk kantor?" larang Luvena merentangkan satu tangan agar menghalangi dua orang bulol itu.

Zayyan memberikan seringai miring sembari melirik Sabina dari atas hingga bawah yang berpenampilan sembrono.

Ternyata masih kayak dulu nih cewek, dasar cewek jantan. Ejek Zayyan dalam hati.

Plak!

"Anjing!" maki Zayyan kala kepalanya ditepok.

"Lo ngapa ngelihatin gua kayak gitu! Kagak seneng gua disini? Aaaa... Nyesel lo ya gegara mutusin gua demi cewek lain, eh ternyata beda agama terus cuman dianggap temen." Sabina membuka masa-masa lampau Zayyan.

"Heh dedemit! Mending lo balik deh ke alam lo. Disini alamnya manusia bukan dedemit modelan lo." Cecar Zayyan menginjak sepatu Sabina.

"Kurang ajar jamet jadulll...!!!" Sabina menarik rambut Zayyan ke depan dan belakang.

Zayyan menarik kerah belakang Sabina. Mereka bertarung saling tarik-menarik.

"COWOK JADOL! GUA BOTAKIN JAMBUL LO." Sabina menarik kuat rambut Zayyan.

"CEWEK JANTAN! DEDEMIT." balas Zayyan menarik kerah belakang Sabina.

"WOY! LAPANGAN GEDE NOH." amuk Maclo.

Sabina mendorong Zayyan sampai mengenai Maclo, dan Maclo mendorong Zayyan lagi sampai tersungkur di lantai.

Gelak tawa terdengar oleh cowok yang di lantai itu. "BIADAP LO SEMUA!" umpat Zayyan.

"Allhamdulilah dapet konten buat kebutuhan instastory." syukur Algis melihat hasil rekaman gelut Zayyan dan Sabina saling jambak.

Maclo iseng membuat panggilan video ke Zizel melalui pesan Mac. Cukup lama namun terjawab, terlihat di layar Zizel sudah menggenakan daster warna pink dengan corak strawberry.

Nathan langsung nyempil di sebelah Maclo yang melakukan panggilan video dengan Zizel.

"Halo istri aku, kamu nggak sek-"

"JAGA MULUT YA SOB." Maclo memperingati.

Zayyan menarik MacBook Maclo dan tersenyum ke Zizel yang tengah mengepang rambut. Algis pun ikut memberikan smile ganteng kepada Zizel yang belum sadar jika ada 3 suami gadungannya.

"Bini orang kenapa gemesin banget." rutuk Algis kala Zizel mengikat rambut dengan karet warna-warni.

"Mac-"

Zizel terkejut disenyumin 3 cowok sekaligus. Matanya membulat dan mulutnya ternganga kecil.

Luvena mengambil alih MacBook. "ZIZEL LO ENAK BANGET UDAH MANDI DUDUK DI KASUR." seru Luvena.

"Zizel yaampun anak gua cantiknya, cewek rumahan banget deh." gemes Belvi.

Maclo merampas balik MacBook itu dan melihat Zizel kebingungan. "Lo udah makan? Mau gua pesenin gak?" Maclo mengikat rambutnya ke tengah seperti apel.

"Maclo jangan nguncir rambut gituuu." rengek Zizel mendekati wajah ke layar.

"Masalah buat lo, kan ini ajaran lo." goda Maclo menaikan alis.

Algis, Nathan, Zayyan berebut untuk masuk ke frame melihat Zizel. Mahesa penasaran ikut nimbrung ke frame, Belvi, Luvena mencari celah juga.

"Ini orang pada nggak pernah masuk frame kamera kali ya norak banget." heran Sabina mendekat untuk ikut masuk kamera.

Zizel membuat bibirnya melengkung ke bawah dan menggerakkan kedua tangan melarang. "Jangan nanti makin ganteng! Kalau diculik tante-tante gimana?"

"Emangnya kenapa lo nggak rela?" pancing Maclo.

Zizel mengubah posisi menjadi tengkurap dan memeluk laptop memajukan wajah sampai begitu jelas muka gemes nan imut itu.

"Nggak rela kalau lo sama tante-tante... Tapi kalau sama yang seumuran baru."

"Boleh Zel?" timpal Mahesa.

"Nggak boleh!" jawab Zizel nyaring.

Ketujuh orang disana melirik Maclo yang tersenyum puas karena merasa Zizel sudah falling in love ke si brengsek itu.

"Kalau aku boleh nggak Jijel?" Mahesa lupa jika ada Belvi.

"Berani ganjen baby?" tanya Belvi langsung menendang bokong Mahesa dan pergi keluar.

"Nn-nggak gitu BABY BEL!" Mahesa berlari keluar mengejar Belvi.

"Allhamdulilah legaan." Algis mengolong dan berlutut di antara Maclo dan Zayyan.

"Zizel, gimme virtual kiss baby." pinta Algis mendekatkan bibir ke layar MacBook.

"Al jangan bikin gua ngomel." Maclo memperingati cowok yang termuda di gengnya.

"Bodo nggak denger, ayo Zizel gimme kiss nanti gua borongin es krim."

Muachhh...

Zizel mendekatkan bibir ke kamera dan memberikan kiss buat semuanya.

"NGGAK KUAT PENGEN HIDUP BARENG SERUMAH SAMA LO JEL!" Zayyan menarik rambut dengan dua tangan lalu sujud di lantai.

Nathan memegang layar MacBook Maclo. "Maaf Zel bukannya nolak buat temenan, tapi gimana kalau kita nikah aja yuk!"

Luvena dan Sabina melihat Algis yang sudah tiduran di lantai setelah mendapat kiss bunyi dari Zizel.

"Dasar cowok jelata." desis Maclo.

"Maclo sama Zizel beneran udah nikah?" bisik Sabina.

Luvena membekap mulut itu dan mundur perlahan. "Lo tau darimana?" interogasi Luvena.

"Waktu kita nonton di bioskop, Maclo bilang ke si jamet jadul gini; lo beneran mau jadi pebinor modusin istri gua mulu."

Luvena menghela napas dan mengangguk lalu menyuruh Sabina diam agar tak ada lagi yang tau soal pernikahan Maclo dan Zizel.

Jangan lupa follow:
@exshaanns
@maclojenaka
@zizelarcheva

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 139K 55
"Status doang pacaran, tapi dianya lebih asik sama sahabatnya sendiri. Sebenarnya pacar dia tuh gue atau cewek itu sih? Kesal banget!" sewot Alissa y...
8.2K 425 50
End✔ "Cewek baik-baik kok ngajak pacaran!"
RHEA 2 By Dn

Teen Fiction

5.1K 415 7
[Bisa dibaca terpisah, akan lebih baik baca 'RHEA' versi lama.] Kisah lembaran baru Rhea dan Kenzo terlukis disini lagi. Kisah yang entah kapan dimul...
1.9M 244K 50
Erlan Anggara, ketua osis di SMA nya sendiri, SMA Cakrawala. Dingin, bermulut pedas, itu yang mereka kenal dari Erlan. Satu lagi, tampan. Semua wanit...