CERPEN

By NanasManis98

493K 43.2K 2.7K

Kumpulan beberapa cerita..... LIST : ⬇️ 1. CERPEN : CITRA✔️ 2. CERPEN : ODIT✔️ 3. CERPEN : AURORA✔️ 4. CERPEN... More

SALAM MANIS
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CEPREN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA

CERPEN : AURORA

4.1K 476 30
By NanasManis98

Part 4
_____

Megumi mengangguk-angguk mendengar cerita Aurora yang tiada hentinya tentang kehidupan berumah tangga. Meski baru dua hari, tapi cerita Aurora cukup panjang, apalagi saat Ardan marah karena Aurora membeli ranjang, lemari serta AC tanpa sepengetahuan pria itu. Pun kartu ATM Aurora yang diblokir Papi.

Sungguh malang nasib temannya itu.

Papi benar-benar ingin Aurora hidup melarat.

"Jadi, lo mau balikin uangnya Mas Erik?"

Aurora mengangguk, masih setia menatap Megumi yang menyetir. Mereka akan menjemput Aca di sekolah lalu mengajak Aca makan siang bersama.

"Gak usah, Ra. Lagian Mas Erik punya banyak duit. Dia pasti ikhlas kok beliin lo itu semua."

"Nanti Ardan marah."

"Ya kalau dia nanya, apa lo udah bayar Mas Erik, lo jawab aja udah. Mas Erik kan waktu itu ngomong ke elo kalau lo gak usah balikin duitnya dia." Dari cerita Aurora, Megumi menangkap jika Erik ikhlas membeli semua itu untuk Aurora, jadi Aurora tidak perlu membalikkan uang Erik.

Aurora berpikir sejenak, lalu mengangguk pelan. "Mas Erik baik," ujarnya dengan senyum polos.

Mendengar respon temannya membuat Megumi menggeleng pelan. Ya tentu Erik baik karena cinta sama lo! Ingin rasanya Megumi meneriakkan hal tersebut. Tapi, ia menahan diri. Karena tau pikiran Aurora tak sampai di sana.

Di hati serta pikiran temannya itu hanya ada Ardan.

"Nih anak sebelas duabelas sama kakaknya, bucin banget," gumam Megumi tertawa geli.

Aurora menatap Megumi heran, tidak jelas mendengar Megumi. "Kenapa Gumi?"

"Oh gak pa-pa kok." Megumi menoleh sekilas masih dengan tawanya yang pelan.

Mereka tiba di sekolah Aca. Karena masuk gang, jadi mobil mewah milik Megumi tidak bisa masuk ke dalam. Aurora turun, berjalan kaki hingga tiba di sekolah Aca. Ia hendak bertanya pada satpam sekolah, tapi telah melihat Aca yang keluar seorang diri, tidak seperti anak sekolah lainnya yang berbondong-bondong dengan temannya yang lain.

Aurora diam sejenak mengamati gadis kecil tersebut. Lalu melangkah mendekat dan meraih lengan Aca. Aca tersentak, berhenti melangkah kemudian mendongak menatapnya. Aurora memasang senyum lebar yang langsung tertular oleh Aca.

"Kak Rora jemput Aca?"

"Iya dong. Ayo," ajak Aurora seraya mengenggam erat tangan Aca. Mereka berjalan menuju ke mobil Megumi.

"Wah mobilnya Kak Rora bagus!" seru Aca antusias menatap mobil berwarna merah mengkilap tersebut.

Aurora tersenyum, ia membuka pintu mobil di bagian belakang. "Bukan punyanya Kakak." Aca pun naik, ia menatap seorang wanita berwajah judes menoleh ke arahnya. Mengingat jika wanita itu datang ke pernikahan Aurora dan Ardan. Merupakan teman Aurora.

Aca kikuk duduk di belakang seraya memangku tas ranselnya. Aurora pun naik ke bagian depan.

"Kita ke rumah dulu ya, Gum. Aca ganti baju dulu." Megumi mengangguk patuh. Daripada Aurora nanti mengadu pada Orion jika ia tidak mematuhi keinginan wanita itu. Sekarang Megumi berperan layaknya kakak ipar yang baik. Kalau berperan jadi teman, sudah pasti Megumi tidak akan menyetir seperti ini dan mematuhi segala keinginan Aurora.

Usai Aca mengganti pakaian mereka meluncur ke tempat makan.

Kening Aurora mengernyit saat memasuki area restoran yang cukup familiar baginya. Ia menatap Megumi setelah mobil terpakir di antara mobil mewah lainnya.

"Gum, kok kita makan di sini?"

Megumi menoleh dengan senyum lebar. "Saatnya balas dendam jilid dua."

Aurora hanya mengerjap pelan.

●•••●

Megumi menyebutkan menu pesanannya dengan luwes, kemudian selanjutnya Aurora. Menyamakan pesanan dengan Aca. Pramusaji mengulangi pesanan mereka. Setelah memastikan tidak ada lagi, pramusaji itu melenggang.

Aurora bertukar tempat dengan Aca saat menyadari Aca yang senantiasa melihat ke arah dinding kaca yang menampakkan pemandangan di luar sana.

"Gumi cari siapa?" tanya Aurora saat melihat Megumi yang kedua matanya meliar memandang restoran tersebut. Seakan mencari seseorang.

Megumi balas menatap, kemudian mencondongkan tubuh ke arah temannya itu. "Cari mantan Mas Crush lo."

"Ih Gumi apaan sih? Mas Crush gue cuma Ardan." Aurora mencebikkan bibirnya.

Megumi memutar bola mata malas, hingga tatapannya tertuju pada Aca yang diam mengamatinya.

Aca tersentak saat ketahuan mengamati teman Aurora tersebut. Ia menciut, mendekat ke arah Aurora. Karena Megumi tidak berhenti menatapnya, jadi Aca mulai bersuara. "Na-namanya Kakak siapa?"

"Oh gue Megumi. Panggilannya Gumi."

"Nama kakak cantik."

"Iya dong. Secantik orangnya." Megumi tersenyum manis seraya mengibaskan rambut panjangnya yang terurai indah. Ekspresi judesnya seketika lenyap.

Aca tersenyum polos, ia mendongak menatap Aurora. "Tapi Kak Rora lebih cantik."

Senyum Megumi luntur, ia menatap datar Aca. Nih anak setelah membuatnya terbang ke langit, kemudian menghempaskannya begitu saja!

Megumi hendak membalas Aca, tapi tatapannya menangkap sesuatu yang ia cari sedari tadi.

Pria itu berjalan entah dari mana, seraya menaikkan lengan kemejanya hingga ke sikut. Melangkah menuju ke pintu keluar membuatnya mendesah pelan. Agak kecewa karena tidak bisa melihat pertunjukkan menarik saat ini.

Megumi menatap Aurora yang kini tersenyum-senyum menatap layar ponsel dengan jari-jari yang bergerak lincah di atas layar tersebut.

"Lo chatting-an sama siapa?" Wanita itu menegakkan kepala dan membalas tatapannya. Tersenyum sangat lebar.

"Sama Ardan."

Sudah Megumi duga. Harusnya ia tak bertanya. Tatapan Megumi kembali menangkap sosok yang tadi melangkah keluar kini melangkah mendekat ke arah mejanya. Megumi berdehem pelan, kemudian mengeluarkan ponsel. Pura-pura sibuk dengan benda tersebut.

"Au-ro-ra." Panggilan yang sengaja dieja tersebut membuat Aurora menoleh hingga tatapannya bertemu dengan sosok pria yang pernah ia tampar.

Arsen memiringkan kepalanya sejenak kemudian menyeringai, ia melangkah mendekat ke arah bangku yang diduduki Aurora.

"Sudah lama ya kita gak ketemu?"

Aurora mengerjap pelan. Kemudian mengulas senyum lebar. "Halo Mas Arsen."

Arsen begitu heran dengan respon Aurora. Seakan apa yang terjadi di antara mereka beberapa bulan yang lalu tidak pernah terjadi. Kini pria itu berdiri di dekat Aurora. Menatap Megumi yang ekspresinya begitu sinis, kemudian ke arah sosok anak kecil yang menatapnya penasaran.

Anak kecil yang mirip dengan sosok yang ia benci. Bisa menebak jika anak kecil itu adik dari pria yang dipilih Aurora.

Mengingat hal tersebut membuat ego Arsen terluka. Merasa ia jauh di atas dibanding Ardan, bagaimana bisa Aurora lebih memilih Ardan daripada dirinya?!

"Gak usah sok akrab nyapa gue! Lo ngapain di sini?" Arsen tidak bisa seperti Aurora yang menganggap jika tidak ada sesuatu diantara mereka di beberapa bulan yang lalu. Arsen merasa sakit hati. Jadi, ia bersikap sinis pada Aurora. Mengira Aurora akan terlihat terluka karena sikapnya, wanita itu malah tersenyum polos.

"Ya karena aku mau makan."

Melihat respon Aurora yang tetap tenang membuat Arsen meradang. "Kan banyak tempat makan yang lain, kenapa di sini sih?!"

"Ya suka-suka kita dong mau makan di mana." Sahutan bernada sinis tersebut membuat Arsen menoleh menatap Megumi yang kini bersidekap. Masih menatapnya dengan sinis. "Harusnya lo sebagai pemilik tempat ini bersikap profesional. Jangan libatin urusan pribadi. Aurora di sini pelanggan lho."

"Lagian gak ada tulisannya, aku gak boleh makan di sini, kan?" Arsen kembali menatap Aurora yang bicara. Ia mencondongkan tubuhnya ke arah wanita itu hingga membungkuk.

"Lo ..."

"Mas Arsen jangan terlalu kentara dong kalau Mas sakit hati." Aurora menyela dengan berbisik. Arsen mengerjap pelan kemudian tersadar. Ia segera menegapkan punggungnya. Aurora masih tersenyum polos membuatnya memicing tajam pada wanita itu.

"Mas, aku mau orange squash. Tapi harus Mas Arsen yang buatin," pinta wanita itu tak tau malu membuat Arsen menggeram kesal. Kemudian berlalu dari sana.

Aurora kembali menatap Megumi yang kini tertawa. "Gumi, gue salah ngomong, ya?"

"Enggak kok," ujar Megumi seraya mengacungkan dua jempol pada Aurora yang kini menyengir.

Pesanan mereka tiba. Juga satu orange squash. Aurora menatap pramusaji tersebut. "Aku gak pesen ini."

"Oh itu dari Pak Arsen." Pramusaji tersebut tersenyum kemudian undur diri.

Megumi yang mendengar itu tersenyum menggoda pada Aurora. "Widih! Ada yang gak bisa move on nih!"

"Siapa Gumi?"

Megumi berdecak pelan. Otak lemot Aurora mendadak kambuh. Ia menggeleng, menyuruh Aurora untuk makan saja.

●•••●

Aurora kembali ke rumah setelah dari jalan-jalan dengan Megumi, tentunya juga Aca. Sesampainya di rumah, ia menemukan Alisha yang sepertinya juga baru tiba karena gadis itu masih mengenakan seragam sekolahnya. Hanya menatapnya sekilas kemudian kembali masuk ke kamar.

Aurora langsung ke dapur. Tadi, ia singgah di restoran Jepang dan membeli makanan untuk Alisha. Ia pun mengeluarkan makanan khas negeri sakura tersebut lalu menaruhnya di meja yang berada di dapur. Aca yang berada di sebelahnya, tidak hentinya menatap beberapa makanan di atas meja.

"Aca mau?"

Gadis kecil itu mendongak menatapnya kemudian mengangguk malu-malu.

"Ya udah. Kamu panggil Kak Alisha, terus makan sama-sama, oke?" Aca mengangguk semangat. "Ah gak usah sisain buat Kakak. Kakak udah kenyang kok."

Setelah itu Aurora masuk ke kamarnya.

Di balik kamarnya ia mendengar suara Aca yang membujuk Alisha untuk makan sushi bersama, tapi Alisha menolaknya. Menyuruh Aca saja yang memakannya.

"Emang Kak Ica mau ke mana?" Kening Aurora mengernyit saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari Aca. Ia pun turun dari ranjang kemudian mengintip lewat pintu yang ia buka setengah. Kamar Ardan berada tepat di depan ruang tamu, jadi ia bisa melihat Alisha yang kini mengenakan sepatu yang warnanya telah pudar. Gadis itu mengikat rambutnya tinggi, mengenakan celana jeans dan baju kemeja kebesaran yang tak dikancing sehingga menampakkan baju kaos berwarna hitam yang di pakainya.

Suara klakson menyentak kakak adik itu. Aca melongok keluar rumah, pun kini Alisha yang berdiri.

"Kakak mau pergi cari duit," ujar Alisha cuek pada Aca yang kini diam.

Aurora pun keluar dari kamar. Sehingga tatapan sinis Alisha kembali tertuju padanya. Gadis itu hendak melangkah keluar, tapi ia mencegah.

"Ardan kan larang kamu kerja." Aurora sempat mendengar percakapan antara Ardan dan Alisha tempo hari. Atau lebih tepatnya dua orang itu bertengkar kecil. Ardan yang melarang Alisha bekerja. Aurora yang merasa bertanggung jawab di rumah ini, karena Ardan sedang bekerja. Ia tidak ingin Ardan nantinya marah pada Alisha.

"Bukan urusan lo!" ujar Alisha ketus. Lalu keluar. Aurora pun melangkah, ingin mencegah Alisha hingga ia melihat sosok yang menjemput Alisha menggunakan motor.

Aurora mencoba mengingat wanita itu.

Saat pandangannya dan wanita itu bertemu. Mata Aurora membulat. Wanita itu menampakkan ekspresi tidak suka saat menatapnya.

"Oh itu istrinya Ardan?" tanya wanita itu pada Alisha yang memakai helm. Alisha menoleh ke arahnya, lalu mengangguk malas setelah menatap wanita itu lagi.

Wanita itu pun mengalihkan tatapan pada Aca yang juga ikut keluar. Kemudian tersenyum manis. "Aca mau dibeliin makanan apa?"

Aca mendongak untuk menatap Aurora yang hanya diam menatap lurus wanita tersebut kemudian gadis kecil itu menggeleng pelan. "Aca udah kenyang."

Dua orang itu pun melenggang pergi.

"Kakak." Aurora terbuyar, berhenti menatap ke arah kepergian Alisha dan mantan kekasih Ardan itu.

"Itu mantannya Ardan, kan?" tanya Aurora pada Aca.

"Maksudnya mantan apa, Kak?" Aurora meringis pelan. Sepertinya Aca tidak mengerti.

Ia pun mengajak Aca masuk ke dalam rumah dan menyuruh gadis kecil itu makan sushi, tidak lupa menyimpan sebagian untuk Alisha dan Ardan.

Seraya Aca makan, Aurora pun senantiasa duduk di sebelah Aca. "Aca dengerin Kakak baik-baik, ya?"

Aca mengangguk pelan seraya membalas tatapan Aurora.

"Perempuan tadi namanya siapa?"

"Kak Sherina. Tapi Aca sering manggil dia Kak Sherin."

Aurora mengangguk-angguk. "Sering datang ke sini?"

Aca masih mengunyah, jadi ia mengangguk.

Aurora diam sejenak lagi. Tidak salah lagi jika wanita itu adalah wanita yang pernah ia lihat. Datang bersama Ardan saat Ardan mengantar dompetnya. Ardan yang mengakui jika wanita itu adalah kekasihnya.

Aurora menunduk, menatap dadanya. Lalu memegangnya.

Kecil.

Punyanya Sherina tadi terlihat besar. Apalagi Sherina pakai baju ketat. Sangat kentara.

Juga Sherina memakai riasan pada wajahnya. Pakai pensil alis, maskara ah sepertinya Sherina memakai extension bulu mata. Juga bibirnya yang merah merona.  

Meski hubungan Ardan dan Sherina telah kandas, tapi wanita itu masih dekat dengan Alisha.

Pikiran tentang Sherina memenuhi kepala Aurora hingga seharian ini.

●•••●

Ardan baru tiba di rumah sebelum tengah malam. Lampu di rumah pun, telah padam. Hanya lampu teras yang menyala. Karena tidak ingin membangunkan Aurora, ia pun menelepon Alisha. Menyuruh adiknya itu membuka pintu.

Alisha membuka pintu dengan wajah yang sangat mengantuk, lalu kembali ke kamar. Ardan memasukkan motornya ke dalam rumah. Tidak lupa mengunci pintu sebelum masuk ke kamar. Menemukan kamarnya yang gelap gulita.

Ardan pun merogoh saku celananya, untuk mengeluarkan ponsel. Menyalakan senter di ponselnya.

Ardan memekik pelan saat senter ponselnya menyala dan melihat Aurora yang duduk di atas ranjang menatapnya lurus.

"Kok belum tidur?" Ardan mematikan senter di ponsel setelah menyalakan lampu kamar tersebut.

"Kok baru pulang?" Aurora malah balik bertanya.

"Tadi kan aku udah chat kalau pulangnya bakal tengah malem," ujar Ardan setelah menaruh tas berukuran kecil miliknya juga ponsel di atas meja. Lalu melepas jaket juga baju kaosnya.

"Aku gak lihat," gumam Aurora seraya melamun.

Ardan mengernyit melihat tingkah Aurora. Ia pun mengurungkan niatnya untuk membersihkan diri lebih dulu, memilih mendekati Aurora. Ia duduk di tepi ranjang.

Aurora yang menunduk membuat rambutnya berkumpul ke depan hingga menutupi wajahnya. Ardan pun menyibak rambut Aurora ke belakang. "Kamu kenapa?"

Aurora menegakkan kepala hingga pandangannya bertemu dengan Ardan. "Kok Ardan gak pernah remas ataupun cium ini?"

Mata Ardan membulat saat Aurora memegang dadanya dengan ekspresi cemberut.

"Karena kecil, ya? Jadinya gak enak buat diremes? Gak ada rasanya?"

Ardan tidak bisa berkata-kata, ia tiba-tiba blank mendengar rentetan pertanyaan Aurora. Apalagi saat Aurora memperlihatkan dadanya secara langsung.

"Ardan juga gak pernah hisap ini." Bibir Aurora kemudian melengkung ke bawah.

Sepertinya keputusan Ardan yang menyuruh Aurora pergi bersama Megumi salah. Harusnya Ardan tidak lupa jika sikap Megumi em ... sedikit mesum. Pasti wanita itu mengajari Aurora yang tidak-tidak.

>>>>>>THE NEXT PART 5<<<<<<

Continue Reading

You'll Also Like

234K 2.6K 4
Oneshoot gay tentang Daniel yang memiliki memek dengan bermacam macam dominan. Jangan salah lapak-!!!
114K 10.4K 46
No Deskripsi. Langsung baca aja Taekook Vkook Bxb 🔞🔞 *** Start : 15 Januari 2024 End : -
529K 6.9K 15
disini boleh req sesuka hati. SEMUA BAB ISINYA🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞 JANGAN HARAP SUCI KALO UDAH MAMPIR DISINI