CERPEN

NanasManis98 द्वारा

494K 43.3K 2.7K

Kumpulan beberapa cerita..... LIST : ⬇️ 1. CERPEN : CITRA✔️ 2. CERPEN : ODIT✔️ 3. CERPEN : AURORA✔️ 4. CERPEN... अधिक

SALAM MANIS
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CEPREN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA

CERPEN : AURORA

4.9K 494 26
NanasManis98 द्वारा

Part 2
_____

Aurora mengerjap pelan, ia membuka kedua matanya lalu mencari Ardan, suaminya. Entah kenapa Aurora tersenyum malu saat mengingat kejadian semalam. Bahkan kini di kepalanya kembali terputar kejadian semalam. Meski awalnya sakit dan ia merasa tidak nyaman, tapi lama-kelamaan, ia merasa nikmat.

Pintu kamar terbuka membuat lamunannya terbuyar. Kedua tangan Aurora yang memegang ujung selimut naik hingga ke dagunya. Matanya menatap lekar Ardan yang masuk ke kamar. Mas Crush yang telah berubah menjadi Mas Hubby.

"Hei baru bangun?" Ardan berujar dengan lembut seraya duduk di tepi ranjang. Aurora hanya mengangguk karena malu untuk bicara, bahkan untuk menatap Ardan membuatnya kini menatap ke arah lain.

Merasa Ardan menatapnya terus-menerus membuat Autora semakin malu. Kini menaikkan selimut lagi hingga hanya memperlihatkan mata sampai puncak kepalanya. "Ardan kok lihatin aku mulu sih?"

Ardan tersenyum geli. "Soalnya kamu cantik."

Dibalik selimut Aurora mengulum bibirnya, menatap malu-malu Ardan. "Ardan juga ganteng. Ganteng banget," cicitnya.

Kali ini Ardan tertawa. Merasa gemas dengan tingkah Aurora. Benarkah ia menikahi perempuan yang akan berusia dua puluh dua tahun tersebut?

"Ayo bangun, terus sarapan." Ardan menarik pelan Aurora yang langsung bangun. Duduk. Tangan Ardan terulur untuk merapikan rambut Aurora.

Aurora yang hanya mengenakan baju terusan tanpa memakai dalaman, menyuruh Ardan lebih dulu keluar, ia ingin memakai dalaman dulu.

Meski merasa perih di area bawah sana, ia tetap bergerak, meski pelan. Juga berjalan dengan pelan keluar dari kamar. Ke arah dapur. Di sana sudah ada Ardan yang langsung menarik kursi agar ia duduk.

"Aca ke mana?" tanya Aurora tidak melihat sosok adik kecil Ardan. Hanya Alisha yang terlihat, sepertinya sedang menggoreng telur.

"Main di luar. Nih kamu minum," Aurora menerima segelas air dari Ardan lalu meneguknya.

"Hari ini Ardan kerja?" Ardan mengangguk membuat Aurora merengut sedih. "Gak bisa libur aja dulu?" pintanya.

"Harusnya lo gak lupa kalau Bang Ardan cuma tukang ojek. Bukan orang kaya." Sahutan bernada ketus juga dentingan piring yang ditaruh agak kasar di atas meja membuat Aurora tersentak. Aurora menatap Alisha yang menatapnya sinis usai menaruh piring berisi telur ceplok.

"Alisha!" tegur Ardan pada adiknya itu.

Alisha mendengus pelan. Hendak beranjak, keluar dari sana tapi Ardan menegur. "Kamu mau ke mana?"

"Mau kerja di tokonya Bu Yunita biar bisa makan," ujarnya sinis kemudian keluar dari dapur tersebut. Ardan berdiri dan menyusul adiknya.

Sementara Aurora duduk diam. Ia mendengar Ardan dan Alisha sedang berdebat. Ardan yang melarang Alisha bekerja di toko klontong tersebut. Alisha yang membalas Ardan jika Alisha akan bekerja untuk dirinya juga Aca. Biarlah Ardan mengurus Aurora saja.

Perasaan tidak diterima kehadirannya pernah ia rasakan dan itu sangat menyesakkan ...

"Ra, kamu gak usah dengerin Alisha, ya? Kayaknya dia lagi PMS makanya sensitif." Aurora tersentak, ia menatap Ardan yang menatapnya lembut. Ia menggeleng pelan seraya tersenyum.

"Gak pa-pa kok. Ayo kita makan. Ardan harus sarapan yang banyak biar gak laper pas kerja," ujar Aurora seraya menyendok nasi goreng ke piring Ardan juga mengambilkan telur ceplok.

Ardan menatap Aurora dengan kening mengkerut. "Lho bukannya tadi kamu ngelarang aku ..."

"Tadi aku cuma bercanda kok." Aurora menyela kini menatap Ardan dengan senyuman yang masih terpatri di bibirnya. "Ardan harus kerja biar bisa beliin aku es krim," lanjutnya.

Ardan ikut tersenyum. "Es krim unicorn?"

Aurora menyengir lebar.

●•••●

Karena Aurora tidak melakukan apapun, apalagi Ardan telah pergi. Maka Aurora memutuskan untuk membereskan barang-barangnya, berniat menyusun pakaiannya ke dalam lemari usai menaruh semua peralatan badan juga mukanya ke atas meja yang ada di kamar Ardan tersebut. Meja yang sepertinya meja belajar saat Ardan bersekolah, kini Aurora mengalih fungsikan menjadi meja rias. Tidak lupa menyusun beberapa buku sekolah milik Ardan dulu menjadi satu. Aurora sempat membuka buku tulisan Ardan, tulisan suaminya itu sebelas dua belas dengan Megumi. Kata Kalea persis cakar ayam.

Aurora kesulitan membacanya.

Aurora beralih ke lemari dua pintu, melihat pakaian Ardan yang cukup rapi untuk ukuran laki-laki. Aurora membuka lemari sebelah. Penuh dengan hoodie serta baju kemeja yang digantung.

Sepertinya tidak ada yang muat untuk pakaian Aurora.

Aurora berpikir sejenak, kemudian menutup lemari tersebut.
Ia meraih ponsel juga dompetnya. Tidak lupa menggunakan kardigan rajut berwarna cokelat untuk menutupi baju terusan selutut berwarna hitam yang membalut badannya.

Keluar dari kamar, ia menemukan Alisha yang sedang duduk bersantai menonton. Sepertinya Alisha benar-benar dilarang untuk pergi bekerja. Meski sekarang hari libur sekolah.

Aurora mengulas senyum saat Alisha menatapnya, tapi adik iparnya itu melengos.

Kepala Aurora celingak-celinguk mencari keberadaan Aca, ia pun memutuskan keluar dan menemukan Aca yang bermain masak-masakan seeorang diri. "Aca," panggilnya pelan. Gadis berusia sepuluh tahun itu menoleh, menghentikan kegiatannya.

Aurora tersenyum, gadis kecil itu juga ikut tersenyum. Sempat melirik mainan masak-masakan Aca yang telah usang bahkan tidak lengkap. Menggunakan kayu berukuran kecil untuk mengaduk tanah yang dibasahi membuat mainan tersebut kotor.

"Temenin Kakak keluar, yuk?"

Aca mengangguk semangat. Ia mencuci tangan lebih dulu dan tidak lupa mengganti pakaiannya jadi lebih bersih dan rapi karena melihat pakaian istri kakaknya tersebut bagus.

"Kak Rora mau ke mana?" tanya Aca setelah keluar.

Aurora meraih tangan Aca untuk menggandengnya. "Kita pergi beli lemari. Eh Aca mau beli apa?"

Mereka menuju ke tempat penjualan furniture terkenal. Menawarkan berbagai macam kebutuhan rumah tangga, dari yang terkecil bahkan terbesar.

Karena ukuran kamar Ardan yang kecil, Aurora sempat bingung untuk membeli lemari ukuran berapa. Kalau pakaiannya dan Ardan disatukan, lemari empat pintu muat, kan? Lalu lemari Ardan dikeluarkan? Begitu?

Setelah cukup lama perang batin juga pikiran, akhirnya Aurora memutuskan membeli lemari empat pintu.

Saat jalan-jalan di sana, ia juga melihat ranjang. Ranjang untuk ukuran dua orang.

"Eh tapi nanti saya punya anak," ujar Aurora setelah dijelaskan secara detail bahan bahkan ketahan ranjang di hadapannya.

"Ah ... Mbak kan bisa beli ranjang bayi. Atau Mbak mau beli sekarang? Kami punya yang terbaru," jelas pramuniaga tersebut.

Aurora tidak langsung menjawab, menunduk menatap perutnya. Lalu kembali menatap wanita di hadapannya. "Belum jadi. Nanti kalau udah jadi, saya ke sini lagi."

Pramuniaga tersebut hanya tersenyum tipis.

Aurora pun memutuskan untuk membeli ranjang juga karena ranjang di rumah Ardan tidak muat untuk mereka berdua. Membuat Ardan tidur di bawah. Masa mereka tidurnya pisah?

Saat hendak melakukan pembayaran, mata Aurora melotot karena kartunya diblokir. Ia langsung tau jika Papi yang melakukan hal itu. Mencebikkan bibirnya kesal. Ia merogoh ponselnya, hendak menghubungi Orion, tapi sosok yang menegurnya membuatnya mengurungkan niat.

"Mas Erik!" Mata Aurora berbinar. Sepertinya ia bisa minta tolong pada Erik.

Erik tersenyum pada Aurora, menghampiri wanita itu. "Kamu ngapain di sini, Ra?"

"Beli ranjang sama lemari. Mas Erik sendiri?"

"Ah itu beliin sofa buat rumah barunya sepupuku."

Aurora mengangguk, mereka ditegur pada kasir yang memegang kartu debit Aurora. Aurora menerimanya kembali. Meringis pelan saat ditanya apakah ia jadi membeli atau tidak.

Aurora menatap Erik dan tersenyum malu. "Mas Erik, aku boleh minta tolong, gak?"

●•••●

Ardan mengernyit heran saat tiba di rumahnya dan banyak orang, juga ada mobil pengangkutan barang. Memarkirkan motornya lebih dulu, ia masuk ke dalam rumahnya. Melihat orang-orang mengangkat lemarinya keluar dari kamar.

Tatapan Ardan tertuju pada Aca yang berada di teras, adiknya itu sedang bermain masak-masakan dengan mainan yang baru dan lebih bagus. Tentunya lebih mahal.

"Ardan!" Deruan tersebut membuat Ardan menoleh menatap Aurora yang menghampirinya kemudian menariknya masuk ke kamar. Kamarnya menjadi lebih sempit karena ranjangnya berubah besar juga lemarinya. "Tada!"

Aurora tersenyum lebar, ia juga memperlihatkan pendingin ruangan yang menggantung di kamar tersebut. "Aku juga beliin buat kamar Alisha sama Aca. Karena tadi daya listriknya rumah ini gak cukup, makanya tadi aku panggil orang PLN buat nambahin daya. Ah pasti kamu capek, ya? Kamu duduk di sini dulu, ya? Aku mau bicara sama orang yang bantu angkutin barang ini tadi." Aurora berlalu keluar mengantar orang-orang yang mengangkut barang mereka. Ia pun memanggil Aca untuk masuk. Apalagi hari sudah malam.

Aurora menatap ruang tamu rumah tersebut. Kursinya berantakan juga terdapat ranjang dan lemari Ardan.

Aurora kembali masuk ke kamar dan menemukan Ardan yang melamun. "Ardan, itu lemari sama ranjang kamu ..."

"Kamu yang beli ini semua?"

Ardan menatapnya dengan pandangan serius. Aurora merasa heran dengan ekspresi Ardan yang terlihat tidak senang. "Em ... aku." Aurora memutar bola matanya sejenak, mencari kalimat yang pas untuk menjelaskannya pada Ardan. "Jadi gini ... kartu debitku diblokir Papi. Terus aku ketemu Mas Erik, nah aku pake uangnya Mas Erik ..."

"Jadi, yang beli ini semua Erik?!" Aurora tersentak saat suara Ardan meninggi. Kini merapatkan tubuhnya di dinding. Ia mengerjap pelan menatap Ardan yang terlihat marah.

"A-anu ... bukan kayak gitu kok. Aku bakal bayar Mas Erik. Besok aku minta Mami buat ngomong ke Papi biar kartuku gak diblokir. Ardan jangan marah." Aurora mencebikkan bibirnya sedih. Masa baru satu hari mereka menikah sudah marahan begini?

Ardan menghela nafas kasar seraya mengusap wajahnya, ia menunduk sejenak kemudian menatap Aurora. "Ra, kamu sekarang istriku. Aku bertanggung jawab buat hidup kamu dan apapun itu. Termasuk membiayai keperluan kamu ..."

"T-tapi gak nyaman tidur kalau gak pake AC, terus masa kita tidurnya pisah?" Aurora mencicit menatap memelas Ardan. Suaminya itu segera berhenti bicara.

Ardan keluar dari kamar begitu saja. Aurora diam berdiri di tempatnya.

Apa Aurora salah bicara?

>>>>>>THE NEXT PART 3<<<<<<

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

GRESHAN shnindr12 द्वारा

लघु कहानी

864K 24.4K 63
WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJASAMANYA. INI ONESHOOT ATAU TWOSHOOT YA...
185K 394 5
138K 632 8
📌 AREA DEWASA📌
41.8K 257 4
oneshoot 🔞🔞 lanjutan Polos polos binal yang dihapus sama akun nya juga di hapus Karina X All Warning!!! 🌚🥵 penuh dengan uh ah