MACLO [ SEGERA TERBIT ]

By macemelow

2.3M 297K 27.9K

"Zizel ini kenapa lo ninggalin celana dalam gua? kenapa nggak sekalian lo cuci!" cecar Maclo memperlihatkan c... More

{ MACLO 1 }
CAST
{ MACLO 2 }
{ MACLO 3 }
{ MACLO 4 }
{ MACLO 5 }
{ MACLO 6 }
{ MACLO 7 }
{ MACLO 8 }
{ MACLO 9 }
{ MACLO 10 }
{ MACLO 11 }
{ MACLO 12 }
{ MACLO 13 }
{ MACLO 14 }
{ MACLO 15 }
{ MACLO 16 }
{ MACLO 17 }
{ MACLO 18 }
{ MACLO 19 }
{ MACLO 20 }
{ MACLO 21 }
{ MACLO 22 }
{ MACLO 24 }
{ MACLO 25 }
{ MACLO 26 }
{ MACLO 27 }
{ MACLO 28 }
{ MACLO 29 }
{ MACLO 30 }
{ MACLO 31 }
{ MACLO 32 }
{ MACLO 33 }
{ MACLO 34 }
{ MACLO 35 }
{ MACLO 36 }
{ MACLO 37 }
{ MACLO 38 }
{ MACLO 39 }
{ MACLO 40 }
{ MACLO 41 }
{ MACLO 42 }
{ MACLO 43 }
{ MACLO 44 }
{ MACLO 45 }
{ MACLO 46 }
{ MACLO 47 }
{ MACLO 48 }
{ MACLO 49 }
{ MACLO 50 }
{ MACLO 51 }
{ MACLO 52 }
{ MACLO 53 }
{ MACLO 54 }
{ MACLO 55 }
INFO
MACLO TERBIT???
OPEN PRE-ORDER MACLO

{ MACLO 23 }

29.6K 4.3K 626
By macemelow

Notes: Jangan lupa vote dan komen yang banyak yaaa, tengkyuuu.




Hari ini Zizel pulang sendiri karena Maclo sparing futsal dengan club sekolah lain. Tadi sesudah bertemu Maclo Zizel kembali masuk ke sekolah karena ingin buang air kecil.

Namun saat ia keluar dari bilik toilet orang pertama yang ia tatap adalah Ninis serta Mauren.

"Kamjagiya!" kaget Zizel dan langsung mengusap dada.

"Gua tuh capek ya harus ngingetin lo terus buat jauhin Maclo! Lo itu paham bahasa Indonesia gak sih?" sentak Ninis tiba-tiba.

"Dih! Lo tuh ngerti bahasa manusia nggak sih udah ditolak Maclo juga masih mau banting harga, paha ayam aja dijual masa lo gratisan." cecar Zizel tak mau kalah.

"Lo apain sih cowok-cowok sampai welcome sama lo? Lo pelet ya?" cetus Mauren menoyor kepala Zizel.

"Gua nggak pelet Maclo kok cuman dia udah pernah makan ludah gua. Jadi mungkin Maclo bisa nurut karena itu." cerita Zizel yang lain arti di dua gadis itu.

"Jadi maksudnya lo sekarang pamer kalau Maclo sering cium lo gitu? Jadi beranggapan gara-gara itu dia nurut sama lo?!"

"Apa sih gak nyambung banget! Udah ah capek ngomong sama orang yang beda zaman." Zizel menerobos Ninis dan Mauren.

Tapi dengan cepat Ninis menarik baju yang dipakai Zizel kemudian mendorong kasar gadis itu kembali ke tembok. Zizel merasa sedikit pusing kala kepala bagian belakangnya terbentur lumayan kuat.

"APAPUN CARANYA LO HARUS JAUHIN MACLO! DIA CUMAN PUNYA GUA, NGGAK ADA CEWEK LAIN YANG BOLEH REBUT DIA DARI GUA. NGERTI GAK!" Ninis menarik rambut Zizel dengan dada naik turun.

Mauren menghentikan Ninis, "Gua harap lo juga jauhin Dipta. Lo cari cowok lain kan bisa, nggak usah cowok orang yang direbut." tekan Mauren.

"Emang kak Dipta ngakuin lo pacarnya? Lagian kalau lo mau sama Maclo ambil aja, gua nggak pernah ngehalangin jadi coba aja. Paling di smackdown..." Zizel masih saja menjawab.

Ninis menghela napas lalu mengangkat tangan untuk menampar tapi Mauren menahan pergerakan itu. "Jangan terlalu over ke cewek tukang ngadu kayak dia yang ada lo bakal ditampar balik sama Maclo."

"Awas lo ngadu ke Maclo! Gua bikin lo nggak betah sekolah disini." Ninis menarik rambut frustasi kemudian berjalan keluar dengan Mauren.

Zizel terdiam dan mengusap punggung serta kepalanya yang terbentur tembok tadi. Ia bingung kenapa Ninis terobsesi sama cowok ngeselin kayak Maclo? Cewek aneh.

Baru beberapa langkah keluar dari sekolah Zizel terkejut melihat dua motor menghadang jalannya.

"Kak Januar?" kaget Zizel.

"Hai Zizel, gak sia-sia ternyata gua kesini cuman buat ketemu sama pujaan hati gua." Januar turun dari motor dan mendekati Zizel yang berjalan mundur.

"Nggak usah takut gitu Zel, nanti kita dikira orang jahat lagi." Radit berucap dari motor.

Januar menggapai tangan Zizel sampai gadis itu terkejut, "Gua mau ngajak jalan bisa? Makan di kafe gitu."

"Gua nggak bis-" saat menolak cekalan tangan Januar mengencang.

"Kenapa?" Januar berjalan maju, "Lagian gua nggak akan macem-macem sama lo disana." Januar mengangkat dagu Zizel.

Mengingat sikap Januar yang akan semakin ngelunjak jika ditolak ia memutuskan untuk ikut.

"Good girl." Januar menarik Zizel ke motor dan memasangkan helm.

Ketika sudah di perjalanan Zizel mencoba berpikir untuk kabur dengan cara apa, jika menghubungi Maclo pasti tak direspon karena sedang sparing.

Gua harus hubungin siapa ya? Pihak rumah sakit jiwa bisa nggak sih kan Januar rada-rada kayak orang gila. Pikir Zizel.

Zizel hanya diam mematung selama di jalan. Sampai akhirnya motor Januar terparkir di sebuah tempat karaoke.

"Lah tadi katanya ke kafe? Ini siapa yang mau latihan jadi biduan?" Zizel melepas helm ketika tiba disebuah tempat karaoke.

"Gua nggak bakal macem-macem asal lo gak ngebantah Zel." Januar menarik Zizel masuk namun gadis itu menahan kakinya agar terseret ke dalam.

"Gua mau pulang aj-"

"Ada yang mau gua omongin masuk dulu bentar." Zizel akhirnya ikut masuk.

Ketika masuk ke satu ruangan di dalam sudah ada 3 cowok lainnya tengah berbicara. Itu semua kakak kelasnya ketika di sekolah lama, dan salah satu dari cowok disana sempat terkena skandal pelecehan di sekolah.

Zizel mematung kala kumpulan cowok PK itu menatapnya dari atas hingga bawah. Oh yaampun rasanya Zizel ingin berlari seperti super dede mendaki gunung lewati lembah. 

Januar yang terobsesi kepada Zizel langsung menarik tangan mungil itu kemudian ia sudutkan ke dinding.

"Kak Januar mau apa sih?!" Zizel menahan tangan Januar yang membelai pipinya.

"Gasss langsung Jan udah di dalam kandang, gua juga mau lihat tuh cewek keenakan." celetuk Radit duduk menonton.

Januar merapatkan badan ke Zizel yang berontak. "Gua merasa tertantang sama lo Zel, berapa harga lo permalam? Dari dulu selalu jual mahal ke gua."

"Siapa yang buka jasa sewa permalam. Gua mau istighfar tapi takut lo kebakar kak." celetuk Zizel akhirnya menendang selangkangan Januar dan segera berlari.

"Anjing! Jalang sialan." umpat Januar menarik baju seragam Zizel dan mendudukan gadis itu di meja.

Januar melepas baju seragam dan menindih Zizel. "Let me see it baby." Bisik Januar.

"KAK JANUAR!!!"

"BRENGSEK!!!"

Pintu ruang karaoke terbuka lebar, Zizel melihat Dipta berjalan ke arahnya.

Dipta melepaskan satu tonjokan pada wajah Januar hingga membuat cowok itu tersungkur di lantai.

Zizel segera berdiri berlari ke belakang Dipta dengan mata yang basah. Dipta menyuruh Zizel menunggu di luar.

"Gila lo Jan! Lo mau apain dia hah?" Dipta tak habis pikir dengan Januar cowok yang membuat persahabatannya dengan Maclo berantakan.

"Dia adek kelas gua, nggak usah sok jadi pahlawan lo!" Januar memberikan bogeman dan langsung dipatahkan oleh Dipta.

Zizel berjongkok di luar dengan menyembunyikan wajah di lutut. Ia takut dengan kejadian tadi dimana ia hampir dirusak oleh Januar di depan teman-teman cowok itu.

Dipta keluar dan melihat Zizel  berjongkok menahan tangis. Perlahan Dipta mendekat dan mengusap kepala Zizel.

"Kak Dipta... Gua takut." panggil Zizel dengan suara dan tubuh bergetar.

Dipta berjongkok lalu perlahan menarik tubuh Zizel ke pelukannya dan membiarkan gadis itu menangis meluapkan ketakutan akibat Januar tadi.

"Rumah lo dimana biar gua anterin, ini udah mau malem." Dipta menangkup pipi Zizel dan menghapus air mata yang berderai itu.

"Maclo." jawab Zizel.

~~~🦋~~~

Zizel bingung karena dibawa ke tempat dimana Maclo tengah sparing futsal. Padahal ia saja tak ada niatan menonton Maclo saat ini.

"Kak Dipta kok kita kesini?" tanya Zizel parau.

"Lo mau ketemu Maclo kan? Dia ada disini." jelas Dipta membawa Zizel masuk.

Zizel melihat tangannya yang digenggam Dipta, entah kenapa setiap bersama Dipta ia selalu deg-degan apa ini yang namanya cinta pandangan pertama.

Maclo berjalan ke pinggir untuk minum dan membulatkan mata kala Zizel berjalan bersama Dipta.

"DIPTA!" teriak Maclo menggema lalu langsung menghajar Dipta.

"MACLO!" kaget Zizel mendorong mundur cowok titisan kingkong itu.

Maclo melihat Zizel tajam, "Lo barusan neriakin gua Zel! Ohhh belain dia sekarang? Siapa Zel dia? SELINGKUHAN LO." teriakan Maclo mengalihkan perhatian yang lain.

"Nggak gitu Clo, gua bisa jel-" Dipta mencoba melerai Maclo agar tak memarahi Zizel.

Maclo menendang perut Dipta sampai terdorong ke belakang lalu memberikan pukulan di pipi. Mauren tak terima jika cowok yang ia suka di kasari seperti itu langsung mendorong Maclo kuat.

"Lo bisa santai nggak sih Clo?! Dengerin dulu kek penjelasan Dipta atau cewek lo itu." Mauren membantu Dipta berdiri dan menepis tangan Zizel yang juga membantu Dipta.

"Lo diem aja kalau nggak mau kena imbasnya!" Maclo menatap sinis Mauren.

"Maclo lo malu-maluin tau nggak?!" marah Zizel.

"BAGUS ZEL! JADIIN DIRI LO TAMENG BUAT COWOK LAIN, GUA NGGAK KEBERATAN! TIDUR SEKALIAN SAMA DI-"

"Maclo dengerin gua dulu! Gua kesini buat cerita sama lo... Gua butuh lo." potong Zizel.

"Butuh gua sambil gandengan sama nih cowok iya! HEH JAWAB!" Maclo mendorong bahu Zizel kuat.

Dipta mendorong Maclo karena tak seharusnya cowok itu melakukan hal sekasar itu ke istri sendiri.

"Wahhh, jadi lo berdua udah bisa saling ngelindungin ya? Gua kira lo cewek baik Zel ternyata jago juga mainnya, dikasih apaan lo Dip sampai peduli sama dia? Hati-hati cewek sok polos gitu ternyata pemain andal." Maclo memanah Zizel.

"Maksudnya apa Clo?" Zizel mengerutkan kening.

"Lo nggak beda jauh sama jalang-jalang yang pernah gua tidurin." ucap Maclo penuh penekanan.

"Makasih udah jujur tentang kebiasaan buruk lo." Zizel langsung berlari begitu saja.

"SAMA-SAMA!" seru Maclo langsung kembali ke lapangan.

Ninis mendapat peluang langsung melingkarkan tangan di lengan Maclo. "Gua tau lo kecewa Clo."

"Gimana kalau kita jalan habis ini? Gua bakal nemenin lo terus kok." Ninis tersenyum menggoda.

Dipta berlari dan menarik jersey futsal Maclo, "Lo kejar dia sekarang! Dia butuh lo Clo." perintah Dipta.

"NGGAK USAH NGATUR GUA!" Maclo menyentak tangan Dipta.

"Dia hampir dilecehin sama Januar, dia butuh lo sekarang!" Dipta membuat ke empat teman Maclo dibelakang terkejut.

"Jangan pernah adu domba gua sama tem-"

"Tadi gua pulang sekolah ngelihat Zizel dipaksa sama Januar ke tempat karaoke. Dia takut Clo, dia butuh lo."

Maclo terdiam. Ia tak tau harus apa nanti ketika bertemu Zizel, pasti gadis itu sangat marah dan sakit hati atas ucapannya.

Tiba di rumah Maclo melihat pintu tak terkunci, ia berlari naik ke kamar Zizel yang masih gelap. Terlihat Zizel tengah termenung duduk di kasur dengan sorot mata yang kosong.

"Zel!" Maclo menghampiri Zizel yang melihatnya.

"Jangan ngomong soalnya lava keluar dari mulut lo." Zizel menutup mata dan mengacuhkan Maclo.

"Gua nggak suka lo sama Dipta makanya gua marah kayak gitu." terang Maclo.

"Apapun alasannya lo tetep salah karena seenaknya mukul orang kayak gitu. Apa lo nggak bisa dengerin penjelasan orang lain? Kenapa sih lo arogan banget!"

"Apa yang dia sentuh Zel?" tanya Maclo mengalihkan topik.

"Nggak usah peduli sama gua." jawab Zizel.

"Apa lo beneran dipaksa cowok yang namanya Januar?" Maclo mencoba berbicara lembut.

"Bukan urusan lo!"

"JAWAB IYA ATAU NGGAK!" sentak Maclo menendang tempat tidur.

"Iya! Gua benci dia dari dulu karena selalu ngejar dan maksa gua buat nerima dia. Sekarang gua juga nggak suka Maclo." ungkap Zizel.

"HAH?! LO BILANG APA BARUSAN? NGGAK SUKA GUA? HEH ARTEF-"

"Keluar Clo, gua nggak mau ngomong sama lo." usir Zizel dengan dingin.

"Siapa lo? Kenapa lo berani-beraninya ngusir gua kayak gitu? Jangan mentang-mentang lo istri gua jadi bisa seenaknya kayak gitu sama gua!" Maclo mulai emosi.

"Gua manusia Clo, gua punya rasa capek kalau harus terus-terusan lo marahin. Lo nanya gua siapa? Gua bukan siapa-siapa dan gua juga nggak punya urusan sama kehidupan lo." Zizel benar-benar merasa rapuh untuk saat ini.

"LO YANG MANCING GUA BUAT SELALU MARAH! ANDAI LO KAYAK CEWEK LAIN YANG GAMPANG PAHAM GUA NGGAK AKAN MARAHIN LO." balas Maclo.

Zizel menengadah melihat Maclo dengan meneteskan air mata. "Mulai sekarang gua nggak akan mancing lo marah lagi."

"Bagus. Jangan pernah lo selalu ngerasa berkuasa karena lo istri gua, jangan pernah ngerasa lo paling bener dan gua prioritasin. Karena lo juga gak berarti apa-apa bagi gua."

"Gua tau. Gua emang nggak berarti apa-apa buat lo, jadi gimana kalau kita hidup masing-masing aja sekarang?"

Maclo tersentak kala Zizel mengatakan hal barusan. Darah berdesir hebat ditubuhnya.

"Cih! Bilang aja lo udah nemu pengganti gua makanya bikin skenario begini, drama murahan Zel." Maclo menyapu semua pajangan Zizel di rak tingkat.

Tranggg!

Maclo sialan! Berani-beraninya nyenggol bias gua. Lihat aja lo. Zizel terbakar emosi kala beberapa koleksi albumnya dijatuhkan.

"Lo mending pergi Clo, hari ini gua capek banget mulai dari Ninis, Januar, dan sekarang lo. Januar hampir aja jadiin gua tontonan temen-temennya." Zizel langsung berjalan masuk ke kamar mandi mengurung diri.

Maclo mengepal tangan kuat, ia tak menyangka jika dua orang terdekatnya benaran hampir melecehkan istrinya.

Maclo tiba di sebuah kafe yang sering menjadi tempat kedua sohibnya itu melepaskan penat. Ia mengepal tangannya tak terima aksi Januar yang sembarangan ke Zizel.

"Woyyy Clo! Sini." sorak Radit melambaikan tangan.

Maclo menghampiri lalu membanting gelas di meja tersebut dan menendang dada Januar hingga terjatuh dari kursi.

"Clo!" kaget Radit.

Maclo menginjak Januar yang terlentang di bawah, "Mulai sekarang jangan pernah nyentuh Zizel apalagi punya niat kayak gitu ke dia!" teriak Maclo mengejutkan pengunjung lain.

"LO KENAPA SIH?" bingung Januar berguling melepaskan diri dari pijakan Maclo.

"DIA CEWEK GUA! ZIZEL PACAR GUA YANG HAMPIR LO LECEHIN BANGSAT!!" emosi Maclo tak terkendali.

Radit mendorong bahu Maclo tak percaya bagaimana bisa Maclo menaklukkan hati Zizel.

"Demi apa Clo? Lo pacaran sama dia sejak kapan!" pertanyaan Radit mewakili empat cowok disana.

"Lo nggak perlu tau! Intinya lo berhenti deketin milik gua!" Maclo menunjuk Januar.

Januar tertawa meledek dan menggeleng tak mau. "Gua nggak akan ngelepasin Zizel meskipun dia cewek lo sekarang, jagain aja dia karena gua bakal cari celah buat selalu dapetin di-"

Bughhh!

Maclo mengangkat kursi dan melemparkan ke Januar yang menghindar. Ia berlari lalu langsung mematahkan tangan Januar penuh emosi dan kebrutalan.

"AKHHH! BRENGSEK!" pekik Januar karena tangannya terasa sangat sakit.

Maclo tak bisa diremehkan dalam seni bela diri atau membuat lawan babak belur, karena dia satu-satunya murid Wisteria yang dapat meraih mendali emas dalam perlombaan taekwondo tingkat Internasional di Korea Selatan.

Maclo menarik baju Januar, "Denger baik-baik, kalau lo masih mau jadi temen gua jangan pernah nemuin Zizel atau nyentuh dia." titah Maclo.

"Gua bukan budak lo yang bisa diatur!" balas Januar.

Radit menahan Maclo yang akan kembali menghajar Januar yang sudah babak belur.

"Balik Clo! BALIK!" sentak Radit.

"Nih, buat biaya pengobatan tangan dia yang gua patahin." Maclo melemparkan beberapa lembar uang seratus ke wajah Radit.

Maclo menghentikan langkahnya dan menoleh, "Sekarang cari uang sendiri gua bakal stop pengeluaran buat lo berdua." Maclo pergi begitu saja tak menghiraukan umpatan Januar.

Ada yang mau disampein buat:

Maclo?

Zizel?

Ninis?

Januar?

Dipta?

Jangan lupa follow:
@exshaanns
@maclojenaka
@zizelarcheva

Continue Reading

You'll Also Like

4.5M 197K 58
[FOLLOW SEBELUM BACA] Sanaya Putri Mahesa, seorang gadis yang biasa di panggil Naya, gadis yang sangat polos dan kelewat manja. Naya sangat cantik da...
30.7K 1.8K 46
[BELOM REVISI, REVISI BAKAL DI LAKUIN KALO NIAT DAN LAGI RAJIN] apa jadinya jika fakboi ketemu fakgirl ?akan kah ada cinta di antara mereka atau hany...
48.9K 2.8K 49
KHUSUS DEWASA!! 21+!! Andini Putri memiliki kekasih bernama Darwin Alamsyah. Akan tetapi Darwin seolah enggan mengakui Andini sebagai kekasihnya jika...
4.5M 401K 72
(Belum di revisi) Apa yang kalian pikirkan tentang Rumah sakit jiwa mungkin kalian pikir itu adalah tempat penampungan orang gila? Iya itu benar aku...