One Night Series x NCT

Kimkira96 द्वारा

64.6K 950 322

kumpulan cerita oneshot nct udah अधिक

1. Jaehyun
2. Jeno
4. Yuta
3. Jaemin
5. Hendery
6. Johnny
7. Jaehyun (2)
8. Jaehyun (3)
9. Jaehyun (4)
11. Jisung
12. Jeno (2)

10. Renjun

4.3K 74 19
Kimkira96 द्वारा

🌚🔞


Pagi ini aku lalui dengan pemandangan yang sangat menyebalkan, lagi-lagi oppaku membawa wanita semalam, dan yups sudah dipastikan bahwa kamarnya akan akan sangat berantakan, bahkan barang-barang didepan kamar kita juga akan ikut berantakan, meski wanita itu pasti akan sudah pergi saat pagi hari, rasanya sangat menyebalkan karena aku yang akan membereskannya setidaknya yang ada didapan kamar kita, karena kamarku dan kamarnya berhadapan.

Orang tua kita termasuk orang yang sangat membebaskan anak-anaknya, karena mereka sendiri orang yang sangat terbuka akan pergaulan bebas, entahlah aku juga tidak tau kenapa aku bisa terjebak di keluarga yang sangat aneh seperti ini,

Ahh satu lagi aku dan oppaku adalah anak angkat mereka, aku tidak begitu ingat tapi yang ku ingat dulu aku tinggal di panti, lalu pasangan itu membawaku,

"pagi sayang" sapa eomma di meja makan bersama appa yang sedang menyantap sarapannya, aku hanya tersenyum dan duduk di samping mamah untuk ikut makan.

"Oppamu belum turun?" tanya Eomma lagi, aku hanya mengangkat bahu pelan sambil menghabiskan sarapanku.

Tak lama Oppa turun, hanya dengan melihat ekpresi Eomma aku sudah bisa tau jika Oppa memang sedang turun dari tangga.

"sayang cepat sarapan nanti kalian terlambat" Sahut eomma padanya.

Sebanarnya orang tua kami dua orang yang hangat, hanya saja semakin kita dewasa dan mengetahui pergaulan mereka, kita menjadi sedikit pendiam, akupun tak tau hanya saja selalu ada saja hal yang berlalu lalang dikepalaku tentang keluarga ini.

Setelah turun dari mobil renjun aku pergi masuk kekelasku, oiya aku lupa, namanya renjun, dan aku nari.

"nanti malam Lucas Oppa akan mengadakan pesta, hampir semua anak mendapatkan undangan, kau akan datang?" seru hanny saat aku masih fokus pada ponselku

"Lucas? Lucas siapa?"

"ck senior kita, alumni dia sudah lulus"

"aku tidak datang" jawabku singkat tanpa memperhatikannya.

"tapi jeno bilang dia ingin kau datang"

"aku malas"

"nari !"

"ya kenapa kau mengambil ponselku"

"makanya perhatikan aku, jeno bilang kau harus datang"

"ya ya nanti aku akan datang, lagi pula kenapa harus datang aku tidak begitu mengenalnya" gumamku dan hanny hanya mengendikan bahunya.

Siang itu sekolah bubar dengan cepat karena akan ada acara dinas untuk semua guru dan karyawan,

Sebenarnya aku tidak begitu peduli pulang awal atau tidak, tidak ada bedanya bagiku disekolah maupun dirumah.

"nari" panggil renjun saat aku baru memasuki mobilnya.

"iya?"

"kau akan ke pesta lucas hyung?"

"dari mana oppa tau?"

"tidak usah datang dirumah saja"

"aku juga maunya seperti itu, tapi jeno dan hanny memaksaku"

Renjun menghela nafasnya, tidak biasanya dia mengaturku seperti ini, ada apa dengannya.

"hanya ikuti kataku"

Aku mendengus, sebenarnya aku sedikit bingung dengan renjun, kita hanya selisih 6 bulan, membuat kita berada ditingkatan yang sama,

disekolah aku melihat dirinya yang cukup pendiam dan tidak terlalu terbuka, tapi ia juga sering membawa wanita yang berbeda kekamarnya, aku rasa teman-temannya tidak yang tau tentang hal itu, entahlah,

sejak kita di sekolah menengah kita menjadi benar-benar jarang berbicara meski setiap hari berangkat dan pulang sekolah bersama.

kita sampai di rumah, seperti biasa orang tua kita sudah tidak ada dirumah dijam-jam ini, aku menaiki tangga dengan cepat dan masuk kekamarku, sepertinya ada benarnya apa yang renjun katakan, untuk tidak datang di acara lucas oppa karena rasanya terlalu malas, jadi aku putuskan untuk bermain game seharian dikamar.

"nari.." seseorang memanggilku, tentu saja dia renjun karena tidak ada orang lain selain dirinya dirumah ini jika orang tua kami tidak ada

"ah ya kenapa?" responku sedikit terlambat karena aku tengah bermain game di PC dengan earphonku

"ponselmu berbunyi sejak tadi bersik" ia memberikan poselku, sepertinya aku meninggalkan ponselku di nakas depan kamar, aku mengambilnya kearahnya di depan pintu, namun oppa justru mengalihkan pandangannya dariku, apa setidak suka itu ia denganku.

"ya?" aku mengankat telfon dari hanny

"sudah jam empat kau dimana?"

"sepertinya aku tidak bisa datang badanku tidak enak" jawabku seraya bertatapan dengan renjun karena dia masih di depanku seolah menunggu responku atas telepon hanny.

setelah itu aku menutup telpeonnya, renjun tampak lega melihat jawabanku,

"yasudah kalau begitu" ia menjawabnya sedikit gugup dan akan meninggalkan kamarku, sebenaranya dia kenapa?

"oppa aku lapar" ujarku cepat, ia menoleh bingung pasalnya aku tak pernah mengatakan hal bodoh seperti ini, namun entah mengapa aku sedikit penasaran dengannya hari ini.

akhirnya kita turun bersama menuju ruang makan, berkali-kali ia mengalihkan pandangannya dariku, apa dia merasa tidak nyaman dengan pakaiannnku yang hanya mengenakan hot pants dan tanktop? yang benar saja bahkan dulu kita sering mandi bersama.

"kau mau makan apa?" tanyanya saat membuka kulkas

"em tidak tau"

"ck kebiasaan"

"kita pesan saja oppa" ia hanya setuju dengan saranku.

kita memakan pizza yang sudah kita pesan dengan cola dibawah sembari menonton film, sebenarnya ini sangat jarang terjadi aku bahkan lupa kapan terakhir kali nonton bersamanya.

"oppa sebenarnya aku penasaran kenapa kau melarangku datang ke perta lucas ?"

"hanya tidak suka dia akan menyatakan cinta padamu disana" jawabnya santai masih dengan memakan pizzanya

"memangnya kenapa dika dia menyatakan cinta?"

"ya tidak apa-apa aku tidak suka dia buaya"

"ck kau saja sering membawa wanita yang berbeda-beda ke rumah" jawabku enteng dengan masih sibuk dengan pizza dan film didepanku.

Sebenarnya aku tau kini renjun tengah menatapku dengan wajah marah dari samping saat mendengar jawabanku.

Ia mendengus dan meletakan pizzanya dan naik keatas, mungkin dia pergi kekamarnya.

Jam sudah menunjukan jam 9 malam tapi kedua orang tua kami masih belum pulang, dan sebenarnya hal ini sering terjadi apalagi setelah kita masuk SMA mereka menjadi lebih sering diluar karena menganggap kita berdua sudah cukup dewasa untuk mengurus kebutuhan kami sendiri.

Kadang aku sangat rindu bermain dengan renjun, namun entah mengapa dia sering mengabaikanku sekarang dan itu membuatku tidak bisa melakukan apapun karena aku juga tidak ingin mencampuri urusannya.

"nari" ia memanggilku dari pintu kamar

"ya?"

"kau sedang apa?"

Apa aku tidak salah dengar, jarang sekali ia bertanya seperti ini.

"tidak ada, kenapa?"

"aku ingin keluar kau mau ikut tidak?"

"eh? Baik aku ikut"

Dan sekarang dia mengajakku keluar, aneh sekali.

Selesai bersiap kita turun menuju mobilnya.

"kita mau kemana oppa?"

"aku ingin ke panti" jawabnya datar.

Baru kali ini ia mengajakku ke panti setelah kita diadopsi 10tahun yang lalu, aku tidak tau kenapa tiba-tiba ia ingin kesana namun aku hanya diam dan mengikutinya.

Sesampainya disana kita bertemu dengan ibu panti yang dulu merawat kami, dia terlihat lebih tua dari terakhir kali aku ingat,

Disini renjun terlihat bahagia, ia terus tersenyum dengan semua orang yang kita temui, dan itu membuatku berfikir apa dia lebih bahagia hidup dipanti daripada bersama orangtua kita.

"yaampun renjun akhirnya kau membawa nari kesini" ia mengelus kepalaku dan membuatku tersenyum, ternyata renjun sudah beberapa kali kemari sebelumnya tapi kenapa ia tidak pernah mengajakku.

Aku dan ibu panti berbincang dengan sangat seru, sedang renjun bermain dengan anak-anak panti disana, semua teman-teman seusiaku sepertinya sudah tidak dipanti lagi, mungkin mereka sudah diadopsi ataupun memilih untuk hidup sendiri.

Selesai bermain di panti kita pamit untuk pulang, dan aku lihat renjun memberikan uang kepada ibu panti untuk ia sumbangkan, aku bahkan baru tau jika renjun sedermawan itu.

"aku ingin pergi kesuatu tempat" ujarnya sebelum kita meninggalkan area parkir panti.

"aku ikut saja"

Ia melajukan mobilnya ketempat yang aku sendiri tak tau,

Setelah lama berkendara aku cukup kaget bahwa ia membawaku ke pantai.

"pantai?" aku senang karena aku sangat ingin pergi kepantai dari dulu, namun orang tua kami jarang membawa kami ke pantai, mereka lebih sering membawa kita ke pusat perbelanjaan.

Kita turun dan aku bergegas berjalan mendekati pantai malam ini tapi renjun hanya berdiri dan bersandar di kap mobilnya.

Suasana pantai sangat sepi mengingat sekarang sudah lewat tengah malam, namun suasananya sangat aku sukai, tenang dan hanya ada suara ombak, tidak menyesal aku ikut dengan renjun, harusnya ia lebih sering mengajaku berjalan jalan.

"oppa... " aku memanggilnya untuk datang tapi ia menggelengkan kepala

"cepat oppa kesini aku ingin memperlihatkan sesuatu yang penting" teriaku

Akhirnya ia jalan mendekat dengan langkah malas.

"apa?"

"ini" aku menunjukan tanganku yang terkepal membuatnya bingung

Pyur

Aku melemparkan pasir kewajahnya membuatnya memejamkan mata.

"hehe maaf" aku langsung berlari saat ia terlihat tak terima dan akan menangkapku.

"kau berlaripun akan tetap tertangkap" aku

Grep

Ia menangkapku dan menarikku di arahnya membuat posisiku berada dipelukannya, ia memutar tubuhku yang memberontak hingga tubuhku terangkat bahkan ia mencubit dan menggelitiku hingga aku berteriak.

Berkali-kali kita saling mengejar hingga tubuh kita kini terjantuh diatas pasir dengan nafas yang memburu, rasanya sudah sangat lama aku tidak merasa selepas ini untuk tertawa bersama dengan renjun.

"Oppa trimakasih" ujarku pelan, tubuh kita sama-sama berada diatas pasir dengan memandangi langit yang penuh dengan bintang, ia terus memandangiku dari samping bahkan senyumannya tak pernah lepas dari wajahnya, tentu aku masih bisa melihat dari ekor mataku.

Hingga saat aku menolehkan wajahku hidung kita bersentuhan akibat jarak yang bisa dikatakan sudah sangat menipis diantara kita.

Namun demikian justru membuatku maupun dirinya menjadi canggung karena tatapan kita terkunci, jantungku berdebar kencang entah aku yang tak pernyadarinya atau memang ini adalah yang pertama kalinya aku merakan hal itu pada renjun.

Aku bahkan bisa melihat bagaimana dadanya naik turun karena nafas yang memburu.

Setelah berkendara dalam kecanggungan cukup lama aku dan renjun segera memasuki rumah, jam audah menunjukan pukul empat pagi karena memeang jarak dari pantai ke rumah lumayan jauh,

Harusnya aku bisa tidur didalam mobil namun mataku terus terjaga karena rasa aneh yang aku rasakan sejak bermain bersama renjun di pantai tadi.

Byur....

Aku mengguyur badanku di bawah pancuran shower mengingat aku bemum sempat mandi dari sore bahkan kita sempat kehujanan tadi dipantai.

Pikiranku masih sibuk dengan apa yang aku rasakan bersama renjun tadi, selama ini aku selalu menganggapnya sebagai seorang kakak meski nyatanya kita hanya terpaut beberapa bulan, tapi aku yakin bukan hanya aku yang merasakan hal itu.

Selesai mandi aku hanya melilitakan handuk di tubuhku, bahkan rambutku masih cukup basah untuk ku gerai seperti ini.

Dan entah keberanian dari mana rasanya aku benar-benar penasaran dengan renjun hingga aku memberanikan diri berdiri di depan pintu kamarnya seperti sekarang 

Ku ketuk pintunya pelan

Toktoktok...

Ia membuka pintu kamarnya, sejenak terlihat keterkejutan diwajahnya namun sedetik kemudian ia dapat mengendalikan ekspresinya.

Ia hanya diam menungguku membuka suara 

"Oppa kau punya hair dryer? Miliku rusak" bohongku.

Ia hanya diam dan membakikan tubuhnya dan kembali memasuki kamarnya membuatku ikut masuk kedalam kamarnya.

Ia sibuj mencadi dimana hairdryernya berada sedang aku berdiri di depan meja belajarnya yang terdapat foto kita berdua saat maaih anak-anak berpelukan penuh dengan senyum, kita tampak seperti anak kembar.

"Kenapa aku tidak punya foto ini" ujarku

"Apa?" Tanyanya yang kemudian berjalan ke arahku dan ikut memandang foto kita berdua 

"Kita dulu sangat dekat ya"

"Hmm" jawabnya lirih.

"Opp-"

Bugh

Aku menabraknya saat berbicara sambil membalikan badan, karena ia berdiri tepat dibelakangku, membuatku tubuhku menempel padanya, bahkan ia memegang pinggangku.

Aku menatap matanya, aku tau bahwa kini renjun juga tengah merasa canggung padaku 

"Oppa"

"Hmm"

"Aku ingin lebih banyak menghabisjan waktu denganmu" ujarku pelan, jujur memang itu yang aku inginkan 

"Tentu kau a-adikku" jawabnya seraya mengeratkan pegangannya pada pinggangku membuat jarak diantara kita kian menipis, bahkan aku dapat dengan jelas mendengar hembusan nafasnya.

Aku menatap mata hingga bibirnya yang nampak begitu indah, mengapa baru aku sadari jika aku tinggal bersama laki-laki setampan renjun.

Ku kalungkan tanganku di lehernya dan memberanikan diri untuk mengecup bibirnya 

Sepertinya ia terkejut namun ia tak memberikan respon penolakan terhadap ciumanku,

Aku tak pernah melakukan ini sebelumnya, karena aku tak pernah tertarik dengan laki-laki manapun, mungkin karena aku akan selalu membandingkannya dengan renjun.

Melihat renjun yang selalu membawa wanita ke kamarnya hingga mendengan suara-suara aneh justru membuatku semakin penasaran dengannya.

Dan kini kecupan itu sudah menjadi sebuah lumatan basah, aku memejamkan mata, tanganku bergerak meremat rambut belakangkannya melampiaskan rasa aneh yang ada di tubuhku kini.

Ia mendorongku hingga terpentok pada meja belajarnya, ciuman kami terhenti kala ia menatapku, tatapan yang tak pernah aku lihat dari renjun sebelumnya.

"Apa yang kau inginkan?" Tanyanya sambil mengelus bibirku dengan ibu jari tangannya menyeka liur yang mungkin tersisa disana.

"Aku ingin terus bersama oppa, jangan tinggalkan aku sendirian" tentu ini adalah sebuah kejujuran dari hatiku, meski aku memiliki orang tua angkat aku selalu menganggap bahwa aku hanya memiliki renjun dalam hiduku.

Lalu ia mengelus rambut setengah basahku dan berbisik ditelingaku

"Adiku sudah mulai nakal"

"Ahhh..." ia menggigit cuping telingaku lalu menjilatnya, menuntunku menuju kasurnya, jangan lupakan bahwa aku hanya mengenakan handuk.

Ia menjelajahi leherku dengan bibir dan lidahnya, membuatku merasakan sensasi luar biasa hingga aku hanya bisa meremat seprai,

"Op-pa..."

Tanganya mulai masuk dari bawah handuk yang kupakai

"Embhhh..." ia menyentuh kemaluanku yang sepertinya terasa licin sekarang

"Basah" ujarnya yang masih berada di leherku.

"Oppa ahhhh" rancauku saat ia menggesek-gesekan jarinya di permukaan vaginaku.

Aku merasa seperti aku akan segerapa mencapai sebuah puncak jika ia terus melakukan itu.

Nemun tiba-tiba ia menghentikannya, aku merasa kecewa tapi aku hanya diam.

Ia tersenyum kemudian melepaskan handuk yang sedari tadi masih melilit di badanku hingga membuatku full naked, kemudian menidurkanku diatas kasurnya.

Ia juga membuka kaosnya serta melemparkannya ke sembarang arah, matanya masih menelanjangi tubuhku yang sudah telanjang.

Kemudian kembali mendekatiku dan melumat bibirku, tangannya kembali aktif di bagian bawahku membuaku berkali-kali melengguh nikmat.

"Apa nikmat?" Aku hanya mengangguk pasrah dan ia tersenyum

"Aku tidak akan merusak keperawananmu hanya dengan jariku" setelah itu ia menampakan juniornya yang sudah tegak mengacung lalu menggesek-gesekannya di depan vaginaku yabg audah sangat licin.

"Ahhh oppa a-aku takut" renjun benar-benar membuatku gila

"Kau bilang ingin bersamaku" jawabnya enteng sengan masih fokua pada kegiatannya

"Embhhh iya tapi aku adikmu Akhhh"

Rasa sakit seketika menjalar keselueuh tubuhku saat bagian bawahku terasa seperri terbelah begitu saja.

"Ahhh iya kau memang adikku" ujarnya lalu mulai menggerakan pinggulnya maju mundur hingga rasa sakit ini perlahan menjadi nikmat yang luar biasa.

"Ahh nari ini luar biasa" ia merancau di sela gerakannya.

Rasanya aku ingin berteriak setiap kali aku merasakan puncak kenimmatan namun aku terlali takut oranggua kita mendengarkan kegiatan ini alhasil sebisa mungkin aku menahan semua desahan yang akan lolos dari mulutku.

kegiatan kami berhenti saat renjun sampai pada puncak kenikmatannya pagi inu, sekarang aku tau mengapa para wanita itu mau renjun tiduri karena renjun cukup handal dalam hal ini, bahkan aku bingung bagaimana ia bisa seperti ini padahal disekolah imagenya begitu polos.

Ia memeluk tubuhku daru belakang, sesekali mengecupi bahu ku yang terekspos karena kita belum menggunakan pakaian apapun.

"Oppa"

"Hmm"

"Jangan bawa wanita lagi"

"Kenapa?" Tanyanya pelan

"Ish kau menyebalkan"

"aku membawa wanita untuk pelampiasanku karena kau selalu semngenakan pakaian sembrono didepanku, jika aku sudah bisa memelukmu seperti ini untuk apa aku membawa wanita?"

Aku diam mendengar jawabannya, ternyata dia memang melihatku sebagai wanita.

"Pejamkan matamu dan tidur sudah pagi, aku tau kau lelah, kita bolos sekolah" finalnya sebelum akhirnya kita tidur berasama.

End

Setelah puluhan purnama akhirnya up ini lagi eheheh

Request doang mau siapa lagi!

Tentu kau adiku -Renjun

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

171K 3.7K 9
HANYA FIKTIF GAK SUKA BISA BLOCK/SKIP "Gue dijebak, tapi kenapa gue suka" - Ji Daera "Kamu itu candu" - Renjun This out Random member of NCT 21+++
7.5K 102 9
Haechan dan Fradelia adalah sahabat, cuma sahabat! tidak kurang atau lebih. -This is nc story/ if you in under 18+ please leave right away -BUKAN BXB...
46.4K 1.2K 46
Warning 21+ Cast All NCT 127 ©zdr_1000le
9.3K 535 24
21+ | Jung naya,mahasiswi jurusan psikologi yang tanpa sengaja melihat suatu pembunuhan di universitasnya. Terpergok oleh kelompok pembunuh itu,mem...