Bertaut [END]

By GalaxySastars

418K 19.9K 331

Isha dan Arsen adalah paket komplit yang saling melengkapi. Isha banyak bicara, sedangkan Arsen tidak memili... More

Prolog
Cast & Trailer
1. Permen mint
2. Dia gatel, jadi pengen garukin
3. Produk Baru
4. Seleksi OSN
5. Jadian
6. Sakit
7. Sampah yang tidak tahu diri
8. Berangkat OSN
9. Jangan pernah tinggalin gue
10. Arsen nggak ada akhlak
11. Cubitan maut Isha
12. Yakin kuliah?
13. Jangan senyum
14. Omelan Isha
15. Laki-laki paling hebat
16. Les SBMPTN
17. Lipstik
18. Mimpi buruk
19. Hadiah
20. Luangin waktu lo
21. Terlihat sempurna
22. Lo aman sama gue
24. Sebelum semakin menjauh
25. Frustasi
26. Tentang perasaan
27. Dibalik wajah polosnya
28. Meledak
29. Boleh peluk?
30. Posesif
31. Reuni
32. Strawberry campur cola
33. Parfum siapa?
34. Penjelasan
Epilog
Info
Trust Issue

23. Gue nggak suka!

8.3K 469 5
By GalaxySastars

Untung saja Isha bisa langsung pulang setelah menunggu infusnya habis. Kata dokter, Isha hanya kecapekan, syok dan kedinginan saja.

Isha sudah di depan rumahnya, tentu di antar oleh Eza dengan selamat.

"Makasih ya kak, gue nggak bisa bayangin kalau nggak ada lo" ucap Isha.

Eza tersenyum, "Iya sama-sama. Jangan kecapekan lagi ya"

Isha menganggukkan kepalanya, "Pasti kak. Gue nih yang nggak enak, lo jadi harus beliin gue baju" ucap Isha.

"Nggak papa, asal lo jangan mikir aneh-aneh. Yang ganti baju lo tadi perawat RS, bukan gue" canda Eza.

"Iya iya kak, kan gue syok tadi gara-gara pas bangun udah ganti aja baju gue"

Eza mengacak rambut Isha perlahan, "Iya lo nggak salah kok"

"Hehe, sekali lagi makasih banyak ya, kak"

Eza mencubit pipi Isha perlahan, "Iya Isha, jangan makasih terus. Bosen gue dengernya"

Saat mencubit pipi Isha, Eza menyadari bahwa pipi Isha masih dingin.

Eza memegang kedua pipi Isha, kemudian menggusap pipi Isha dengan ibu jarinya. "Buruan masuk, lo masih kedinginan" ucap Eza.

Setelahnya, Eza melepas jaketnya kemudian memakaikan kepada Isha "Nih biar hangat"

"Kak Eza, gue kan udah di depan rumah"

"Emang kalau di depan rumah jadi nggak kedinginan? Nggak kan?"

Isha menghela nafasnya, namun wajahnya tersenyum mendengar kilahan Eza itu, "Iya deh suka-suka lo aja kak"

"Yaudah gue langsung pulang aja ya, udah malam. Titip salam aja buat ibu lo"

Isha menganggukkan kepalanya, sedangkan Eza segera masuk kedalam mobilnya kemudian pergi dari depan rumah Isha.

Saat akan masuk ke rumahnya, tiba-tiba ada yang menahan tangan Isha.

"Clarissha!" ucap Arsen saat Isha menarik tangannya saat Arsen menahannya.

"Kenapa?"

"Kenapa pulang malam? Dan, udah ganti baju?" ucap Arsen yang baru menyadari bahwa Isha sudah tidak menggunakan seragam sekolahnya, dan tampak membawa paper bag yang terlihat berisi seragamnya.

"Bukan urusan lo"

"Kenapa di anter Eza?"

"Karena gue nggak punya kendaraan dan nggak ada yang mau jemput gue" sindir Isha.

"Gue bilang naik bis, kan?"

Isha menatap Arsen dengan tajam, "Gue udah bilang kan, gue pengen di jemput tadi"

"Gue minta hari ini terakhir lo pulang naik bis, setelah ini gue anter kemanapun lo mau Sha" jelas Arsen dengan frustasi. Baru kali ini Isha menatapnya dengan begitu tajam.

"Nggak perlu, gue udah cukup ngerepotin lo" ucap Isha kemudian membalikkan tubuhnya berniat untuk masuk rumah.

Namun, lagi-lagi Arsen menahan tangannya. "Clarissha, gue belum selesai bicara"

"Apa lagi sih!" ucap Isha sembari menarik tangannya.

"Jangan deket-deket sama Eza" ucap Arsen dengan lirih.

"Kenapa? Lo anter jemput dan ketemuan sama Lyra aja gue diem, kenapa gue nggak boleh dianterin pulang sama Kak Eza?"

"Gue nggak suka"

"Gue juga nggak suka lo lebih milih datengin Lyra daripada tepatin janji lo ke gue"

Arsen menatap Isha heran. Ia kaget mendengar Isha masih mengungkit tentang kejadian kemarin, "Dia rapuh Sha, dia butuh gue dan dia nggak sekuat lo"

"Kuat? Iya, gue kan emang selalu kuat. Jadi, mulai sekarang, berhenti ngurusin orang kuat kayak gue" ucap Isha, kemudian segera berlari meninggalkan Arsen yang masih terdiam di depan rumahnya.

***

Isha hari ini memilih untuk tidak berangkat sekolah. Ia masih belum berani berangkat naik bus dan enggan berboncengan dengan Arsen. Kali ini, Isha benar-benar muak dengan Arsen.

Laki-laki itu benar-benar seenaknya sendiri. Melarang, minta di mengerti dan enggan keinginannya di bantah.

Hari sudah menunjukkan pukul dua siang. Terdengar ada seseorang yang masuk ke kamarnya, "Kak, gue bawain jus jambu biji. Minum ya" ucap Farel sembari memberikan satu cup jus jambu.

Isha mengambilnya, "Makasih, tumben baik lo"

"Jangan sakit kak, rumah sepi kalau lo nggak ngomel-ngomel"

"Bukannya seneng lo" ucap Isha sembari meminum jus yang dibelikan oleh adiknya itu.

"Seneng sih, tapi aneh" sahut Farel.

Asik berbincang-bincang dengan Farel, tiba-tiba ibunya masuk ke kamar Isha. "Kak, ada temen kamu. Ibu suruh masuk ke kamar kamu ya?" tutur ibu.

Isha menganggukkan kepalanya perlahan.

Ibunya tampak mengambil piring dan gelas yang tadi sengaja ibunya ambilkan untuk makan siang dan minum obat.

"Alhamdulillah makannya habis, ibu ambil ya piringnya kak" ucap ibunya.

"Iya bu, makasih"

Ibunya tersenyum kemudian mengusap pundak anaknya sekilas, "Sama-sama, kak"

Setelah ibu dan Farel keluar dari kamarnya, terlihat Nada masuk ke kamar Isha. Kemudian di ikuti oleh Valdi dan Eza.

"Lo sakit apa Isha, ih baru sehari nggak lihat lo udah kangen aja" ucap Nada sembari naik ke kasur Isha dan memeluk gadis itu.

"Nggak sakit, gue males sekolah"

"Idih bohong dosa, Isha" timpal Eza.

"Nggak bohong kok, gue emang males sekolah kak" Isha membela dirinya sendiri.

"Ini dari kita, Sha. Cepet sembuh ya" ucap Valdi sembari memberikan kresek entah berisi apa.

"Iya kak, makasih. Harusnya nggak usah bawa apa-apa, kan gue jadi nggak enak"

"Enakin aja kali, Sha" sahut Valdi.

Isha menganggukkan kepalanya, kemudian menatap Nada yang sedang duduk di sampingnya, "Gimana tadi sekolah nggak ada gue Nad? Tenang kan hidup lo"

"Ih nggak ya, lagian lo akhir-akhir ini banyak diem juga. Kenapa sih, Sha?"

Isha menggelengkan kepalanya, "Gue cuman kecapekan aja" sahut Isha.

Berbincang berempat, tiba-tiba ada yang mengetok pintu kamarnya lagi. Kemudian, Hanna masuk ke kamar Isha dengan membawa parsel buah.

"Astaga Isha, lo pucet banget. Sakit apa?" tanya Hanna sembari meletakkan parcel buahnya di meja samping kasur Isha, kemudian ikut naik ke kasur Isha.

"Nggak sakit. Gue lagi males sekolah aja" sahut Isha.

Gavin dan Faisal masuk ke kamar Isha, "Sembuh Sha, lo nggak cocok sakit gitu" celetuk Faisal. Sedangkan Gavin hanya diam sembari duduk di samping Valdi dan Eza.

"Kampret" sahut Isha.

"Hush, anak kecil nggak boleh ngomong kasar" ucap Faisal sembari meletakkan satu jarinya ke mulutnya sendiri.

"Gak jelas lo" sahut Isha.

Kemudian, pintu kamar Isha kembali terbuka. Terlihat Arsen sedang membawa kursi yang ada di depan kamarnya, kemudian diikuti oleh Lyra yang membawa minuman yang Isha yakin bahwa itu yang membuat ibunya.

Jangan lupakan Wanda yang sudah seperti ekornya Lyra juga ikut membawa buket bunga.

"Nih minum, kata ibunya Isha, ini buat yang jenguk Isha" ucap Lyra.

Isha hanya diam saja, enggan menatap Arsen sama sekali. Ia masih malas menatap Arsen.

"Makasih" sahut Isha.

Lyra tampak duduk di ujung kasur Isha, "Lo sakit apa, Sha?" tanya Lyra.

"Cuman kecapekan aja kok" sahut Isha.

Wanda memberikan bunga yang ia bawa kepada Lyra.

Lyra memberikan bunga tersebut kepada Isha, "Ini dari gue sama Arsen ya, kata Arsen lo suka bunga krisan putih. Tapi tadi gue bilang sama ibu-ibu penjualnya ini buat orang yang sakit, Jadi dikasih campuran krisan ungu"

"Krisan ungu artinya lo harus semangat dan sehat" jelas Arsen memotong omongan Lyra.

"Dan krisan putih artinya kesetiaan, ngapain lo ngasih bunga krisan putih, Sen?" timpal Nada. Nada memang cukup tahu arti dan filosofi bunga.

Mata Nada terlihat menatap Arsen dengan heran. Sedangkan Arsen seolah mengabaikan ucapan Nada. Mata lelaki itu masih terus menatap Isha.

"Gue nggak suka bunga" sahut Isha menatap Arsen dengan dingin.

Mendadak, seluruh orang yang sedang ada di kamar Isha diam. Isha sangat terlihat ketidaksukaannya dengan kehadiran Arsen.

"Gue yang pengen kasih" sahut Arsen sembari duduk di kursi yang ia letakkan di depan pintu kamar Isha.

Nada berbisik kepada Isha, "Lo marahan sama Arsen?" tanya Nada.

"Gue lagi males sama dia" sahut Isha.

Eza melirik kearah meja tempat Isha meletakkan bungkus obatnya, "Obatnya habis ya, Sha? Habis ini gue beliin lagi, mau?" tanya Eza.

Isha menggelengkan kepalanya, "Nggak usah kak"

"Jangan nggak usah, apa yang masih lo rasain sekarang? Biar gue bilang ke pelayan apoteknya" tutur Eza.

"Tinggal pusingnya aja kak, tapi gue udah males minum obat" sahut Isha.

Valdi menatap Eza dengan heran, "Ada apa nih, kok lo bisa tau obatnya Isha segala?" tanya Valdi. Sedangkan Eza hanya terkekeh melihat Valdi menatapnya heran.

"Kemarin aku pulang bareng Kak Eza, kak" sahut Isha.

"Biar gue yang beliin obat" ucap Arsen sembari mengambil bungkus obat Isha.

"Nggak usah"

"Jangan bantah"

"Lo beliin, gue buang" ucap Isha tanpa menatap Arsen sedikitpun.

Lyra menatap Isha dengan kesal, "Lo kenapa sinis banget sih sana Arsen, niat dia baik mau beliin lo obat"

Isha mengacuhkan ucapan Lyra.

Gavin menggelengkan kepalanya, "Kalian kenapa sih" ucap Gavin heran.

Karena terlalu canggung, Faisal kemudian mengalihkan pembicaraan. Terkadang, manusia seperti Faisal ini ada gunanya juga untuk menghilangkan atmosfer kecanggungan sekitarnya.

***

Arsen berkali-kali menatap jam tangan yang ia gunakan, sudah sepuluh menit dia menunggu Isha di depan rumahnya. Sedangkan Isha tak juga keluar dari rumah.

Farel sedang mengeluarkan sepedanya dan mendapati Arsen sedang berdiri di depan rumahnya.

"Bang, nungguin Kak Isha?" tanya Farel.

Arsen menganggukkan kepalanya, "Kakak lo mana?"

"Udah berangkat bang"

"Sama siapa? Naik bus?" tanya Arsen.

"Nggak bang, tadi di jemput naik mobil. Gue pikir lo naik mobil tadi" sahut Farel.

"Oh, yaudah gue duluan ya. Atau lo mau bareng gue?" tawar Arsen kepada Farel.

Farel menggelengkan kepalanya, "Nanti pulangnya susah klo bareng lo bang"

"Oh, yaudah gue duluan" ucap Arsen kemudian segera melajukan motornya dengan sedikit ngebut menuju sekolahnya. Bisa-bisanya Isha berangkat tanpa menunggunya terlebih dahulu.

Untung saja bel masuk berbunyi tepat setelah Arsen masuk di gerbang sekolahnya. Jadi, lelaki itu tidak harus menjalani hukuman dari guru BKnya.

Sesampainya di kelas, Arsen malah mendapati yang duduk di samping kursinya bukan lagi Isha, melainkan Faisal.

Sejak kapan Faisal jadi duduk di kursi sampingnya?

Arsen meletakkan tasnya di meja, "Kenapa lo disini?" tanya Arsen kepada Faisal.

"Isha yang minta Sen, gue berangkat dia udah duduk di meja gue" sahut Faisal.

"Pindah" ucap Arsen.

"Tuh lihat Sha, Arsen nggak mau duduk samping gue. Ayo tukeran" bujuk Faisal

Isha berpura-pura tidak mendengar ucapan Faisal itu. Karena kesal, Arsen mendekati Isha, kemudian menarik lengan Isha.

"Lo apa-apaan sih?" protes Isha sembari menarik lengannya.

"Balik, nggak usah tuker-tukeran tempat"

Isha melirik Arsen dengan kesal, "Bisa nggak sih lo berhenti seenaknya sendiri?"

Arsen menghela nafasnya, "Tadi berangkat sama siapa?" tanya Arsen mengalihkan pembicaraan.

"Bukan urusan lo"

"Gue tadi nungguin lo"

"Kenapa emangnya? Lo mau nyalahin gue? Gue nggak minta lo nunggu gue kan?"

Arsen sedikit jongkok kemudian menatap Isha, "Gue nggak nyalahin lo, Sha. Seenggaknya kasih tau lo berangkat sama siapa"

"Sama Kak Eza. Setelah ini, lo nggak usah repot-repot anter jemput gue" sahut Isha.

"Pulang sama gue" titah Arsen.

"Nggak!" bantah Isha.

Baru saja ingin mendebat Isha, guru tiba-tiba masuk dan dengan terpaksa Arsen kembali ke tempat duduknya.

"Lo ribut sama Isha?" bisik Faisal.

Arsen menganggukkan kepalanya.

"Emang lo apain dia?"

"Nggak gue apa-apain"

Faisal menggelengkan kepalanya heran, "Nggak mungkin nggak lo apa-apain sih. Iya kan, Han?" ucap Faisal sembari melirik Hanna yang duduk di belakangnya, kemudian Faisal mengambil pulpen Hanna.

Hanna menganggukkan kepalanya, "Coba lo pikir lagi, kenapa Isha bisa sampai gitu. Nggak biasanya dia kayak gitu"

"Lo tau?" tanya Arsen sembari menatap Hanna dan Nada bergantian

Hanna dan Nada menggelengkan kepalanya bersamaan.
_________________________________________

Jangan lupa tinggalin jejak dengan vote dan komen ya.


Continue Reading

You'll Also Like

656K 38.3K 54
Diam-diam Syaza menyukai Kaivan. Suatu malam yang menyedihkan bagi Syaza, tidak terduga, sosok yang disukainya itu tiba-tiba mengajaknya menikah. Lar...
2.2M 115K 61
"Ma, papa gak pulang lagi ya? Kok gak pulang terus ma?" "Papa sibuk ai, makanya papa belum sempat pulang" "Tapi ma, teman airin papa nya juga kerja k...
4.2M 251K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
97.4K 3.8K 33
Bagaimana jadinya jika seorang pria Arrogant bertemu dengan seorang wanita Nerd? Dara yang menjadi fake nerd ini berbeda dari cewek cewek nerd lainny...