Silence Of Tears (TERBIT)

By bunnylovv

3.8M 304K 29.7K

📍SUDAH TERBIT! ❝Luka tidak memiliki suara, sebab airmata jatuh tanpa bicara.❞ Keynara Zhivanna, gadis denga... More

PROLOG
| Part 1 | Iblis
[ Part 2 ] Gagal
| Part 3 | Terungkap
[ Part 4 ] Dia Kembali
| Part 5 | Pertemuan
| Part 6 | Kemurkaan Kevan
[ Part 7 ] Dia lagi?
[ Part 8 ] Rumah Mama
[ Part 9 ] Mereka Tahu
[ Part 10 ] Pengungkapan Nara
[ Part 12 ] Married
[ Part 13 ] Satu Kamar
[ Part 14 ] Alexa Graceva
[ Part 15 ] Taruhan
[ Part 16 ] Rahasia Genan
[ Part 17 ] Hasrat Membunuh
[ Part 18 ] Cuek
[ Part 19 ] Ancaman
[ Part 20 ] Tuduhan
[ Part 21] Insiden Kolam Renang
[ Part 22 ] Pengungkapan Alexa
[ Part 23 ] Rindu Bunda
[ Part 24 ] Kecewa
[ Part 25 ] Luka Bagi Kevan
[ Part 26 ] Sisi Gelap Genan
[ Part 27 ] Bukan Tuduhan
[ Part 28 ] Pindah
[ Part 29 ] Teman?
[ Part 30 ] Kembali
[ Part 31 ] Peduli
[ Part 32] Ngidam
[ Part 33] Kesempatan
[ Part 34] Luka dan Masa Kelam
[ Part 35 ] Perhatian
[ Part 36 ] Kepulangan
[ Part 37 ] Malam Tragis
[ Part 38 ] Titik Terendah
[ Part 39 ] Selamat Tinggal
[ Part 40 ] Karena Dia
[ Part 41 ] Terbukti
[ Part 42 ] Maaf
[ Part 43 ] Deynal's Dream
[ Part 44 ] Harapan
[ Part 45 ] Hancurnya Genan
🌹VOTE COVER🌹
OPEN PRE ORDER
EXTRA CHAP
EXTRA CHAP 2
GIVE AWAY!
CERITA BARU | SEQUEL

[ Part 11 ] Kekecewaan Mamah

63.8K 6.1K 360
By bunnylovv

Makasih yang udah mampir. Semoga tetap setia ya 😊

Jangan lupa vote, komen, dan share banyak-banyak ya lov <3

|🌹HAPPY READING🌹|
.
.

Kedua laki-laki seumuran dengan wajah tampan yang seolah dicopy itu tampak khawatir. Kevan dan Genan terlihat gelisah di ruangan serba putih itu, menatap sang Mamah yang tergeletak di bangsal. Tak ada yang membuka suara, pikiran mereka sama-sama kalut untuk saat ini.

Rasa benci perlahan muncul dan bergerumul dalam dada Genan mengingat perkataan Kevan tadi. Bisa-bisanya dia dituduh menghamili gadis yang bahkan baru dikenalnya. Kalau saja mereka saat ini tak ada di rumah sakit, sudah dipastikan ia akan menghabisi Kevan.

"Kenapa lo ngelakuin ini sama gue?" tanya Genan membuka suara.

"Apa?"

"Lo lupa, apa pura-pura tolol!" kesalnya.

"Oh... yang tadi? Soal siapa yang hamilin cewek itu? Kan Nara sendiri yang bilang," ungkapnya, terlihat begitu santai.

"Lo ngancem dia 'kan kalo sampai dia berani ungkap yang sebenarnya?" Cowok itu maju satu langkah, menatap saudara kembarnya datar. "Lo ngancem dia pake apa sampai-sampai tuh cewek takut ungkapin hal yang sebenarnya?" nada Genan sedikit meninggi.

"Nggak ada. Keinginan dia sendiri dia bilang gitu."

"Lo jujur aja 'lah njing! Licik lo! Jelas bukan gue yang harus tanggung jawab. Kenapa gue harus nanggung beban dari kesalahan lo." Genan mulai emosi.

Kevan terdiam. Tak mengindahkan ucapan saudaranya, ia melangkah mendekat ke ranjang dan duduk di kursi di sampingnya. Lantas tersenyum saat melihat mamanya sudah mulai membuka mata.

Genan tentu kesal karena Kevan tak menggubrisnya. Pengecut!

"Mamah nggak papa?" tanya Kevan penuh kelembutan pada wanita yang menjabat sebagai ibunya itu. Tangannya mengelus tangan Almira, memberikan ketenangan.

Almira tersenyum hangat, lalu mengangguk pelan.

"Mau makan? Kevan suapin, ya?" tawar Kevan.

Mungkin terlihat sedikit aneh. Kevan yang biasanya terlihat bringas dengan tampilan urak-urakan ternyata sangat perhatian dan bersikap lembut. Dan hanya pada mamahnya 'lah Kevan menunjukkan sikap hangat tersebut. Sesayang itu dia pada mamanya.

"Enggak. Nanti aja. Kevan keluar dulu, ya? Mamah mau ngomong sama Genan," pelannya.

Kevan menoleh ke belakang menatap sang kembaran yang berdiri di dekat sofa. Pandangannya beralih pada Almira, lalu tersenyum dan mengangguk. Kevan 'pun melangkah pergi dari ruangan itu.

Kini tinggal mereka berdua. Tanpa basa-basi Genan melangkah mendekat dan duduk di kursi samping ranjang. Mengulas senyum hangat pada wanita yang masih dirindukannya. Namun, siapa sangka justru kedatangannya malah membuat wanita itu jatuh sakit seperti ini.

"Jangan sakit, Mah. Maaf, mungkin Mamah begini juga gara-gara Genan, maaf," katanya seraya mengelus tangan Almira.

Bagaimana 'pun juga wanita itu mengidap penyakit jantung yang bisa kambuh kapan saja. Dan sebab kejadian tadi membuatnya kondisinya mendadak drop. Dan itu juga salah Genan walau tak sepenuhnya. Andai saja dia tak berniat menginap di rumah mamahnya. Pasti kejadian tadi tak akan terjadi. Kevan benar-benar licik memanfaatkan keadaan.

"Mama nggak papa," ujar wanita itu diakhiri dengan senyum simpul.

Beberapa saat hening menyelimuti keduanya. Tangan Genan beralih merapikan surai sang Mamah yang mulai muncul sedikit uban. Menarik napas pelan lalu menghembuskannya. Genan terpikir, pasti saat ini mamahnya benar-benar kecewa. Meski ia yakin bukan dirinya yang bersalah. Namun di sini ia kalah telak. Tak ada yang mempercayainya.

"Mamah percaya 'kan sama Genan?"

Tak ada jawaban. Hanya helaan napas yang berhembus pelan dari wanita itu.

"Mah?"

"Mamah kecewa sama kamu, Nan. Kenapa kamu ngelakuin itu? Kasihan Nara ... masa depannya hancur, Nan."

"Bukan Genan, Mah...," elaknya dengan suara pelan.

"Nara sendiri yang bilang, Nan. Mau gimana lagi? Kan dia yang ngalamin, jadi dia tahu." Almira menghela napas. "Jadi itu alasan kenapa kamu udah dua bulan di Indonesia tapi nggak pernah ngabarin Mamah?

"Mah—"

"Jangan lari dari masalah ya? Kamu tahu 'kan apa yang harus kamu lakukan setelah ini?" potong Almira.

Kevan, Mah, yang lari dari masalah. Bukan Genan.

"Tanggung jawab, ya? Mau tidak mau, anak itu butuh figur seorang ayah."

"Bahkan Mamah sendiri 'pun nggak percaya sama Genan?" tanya cowok itu.

"Nara itu anak baik, Nan. Nggak mungkin dia bohong. Dia—"

"Mamah lupa kalo anak Mamah 'tuh kembar? Wajah kita mirip, Mah!" tukas Genan dengan nada naik satu oktaf. Ia tak bisa menahan emosinya, walau itu di depan sang Mamah sekalipun. Berbeda dengan Kevan yang lebih pandai mengendalikan amarah saat berhadapan dengan wanita itu.

Almira terkejut mendengar putranya bersuara sedikit lebih lantang. Wanita itu terdiam sejenak sebelum mulai bersuara. "Tapi Mamah nggak yakin kalau Kevan. Kevan itu anak baik—"

"Iya, baik! Baik di depan Mamah doang. Di luar sana Kevan itu brengsek!"

"Ge-genan.... " Almira benar-benar tak percaya bahwa Genan berkata sekasar itu, bahkan di saat dirinya sakit. "Mamah benar-benar nggak nyangka kamu kayak gini, Mamah kecewa sama kamu, Nan."

Setelah mengatakan itu Almira meremat dadanya yang terasa nyeri. Lagi-lagi kambuh. Hal itu sontak membuat Genan panik. Cowok itu terlihat frustasi.

"Mah, ma-maaf, Mah."

Kevan masuk secara terburu, lantas mendorong bahu Genan kasar. Tersirat rasa khawatir yang teramat dalam dari wajah tegasnya.

"Lo apain Mamah!? Kalo sampe Mamah kenapa-napa, habis lo!"

Setelah Kevan menggertak, dia berlari keluar ruangan guna memanggil dokter. Meninggalkan Genan yang juga panik di dalam sana.

"Maaf, Mah...," lirihnya.

°°°

Keesokan paginya.

Genan mengerjap pelan sebelum kedua matanya benar-benar terbuka. Semalam dokter mengatakan bahwa kondisi mamanya kembali drop dan butuh lebih banyak istirahat. Dokter juga mengatakan bahwa mamanya tak boleh banyak pikiran, karena hal itu juga yang membuat kondisinya semakin menurun.

Semalam Genan tidur di sofa ruang rawat sang Mama. Ya meski sofa itu empuk, tapi ia merasa tak nyaman dan berakhir badannya terasa pegal. Netranya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul delapan pagi. Bisa-bisanya dia bangun terlambat. Dia sudah terbiasa bangun pagi. Mungkin karena masalah kemarin membuatnya malas untuk bangun menjalani hari.

Atensinya beralih pada sosok sang Mama yang sedang disuapi Kevan. Kevan begitu telaten merawat wanita itu. Pantas saja Almira merasa tak yakin bahwa Kevan 'lah yang menghamili Nara. Cowok itu bagaikan malaikat bersayap putih dengan sifat hangatnya. Tentu hanya di depan sang Mama.

"Cih, munafik banget lo, Kev," gumam Genan pelan.

Genan beranjak dari duduknya. Menghampiri ranjang. "Mah," panggilnya.

Belum sempat Genan berucap untuk mengutarakan hal yang ingin ia sampaikan, mendadak Kevan menarik tangannya. Membawanya keluar ruangan. Sesampainya di luar mereka saling pandang dengan tatapan permusuhan.

"Gara-gara lo kondisi Mamah nge-drop lagi semalam," marah Kevan.

"Iya, tahu itu salah gue. Tapi titik masalahnya 'tuh di elo!" sulut Genan dengan menunjuk Kevan.

"Intinya jangan bikin Mamah sakit lagi. Gue lemah kalo berurusan sama Mamah."

"Terus maksud lo apa nuduh gue?"

Kevan berdecih ke samping, lalu tersenyum miring menatap cowok di hadapannya. "Nara sendiri yang membenarkan tuduhan itu. Apa susahnya menerima kenyataan?"

"Brengsek lo!" sungutnya seraya mendorong bahu Kevan. "Lo ngancem tuh cewek kan? Bilang kebenarannya di depan Mama sekarang juga, Kev! Gue nggak sudi nanggung beban dari kesalahan lo!"

"Gue juga nggak sudi!"

"Jadi lo nggak mau tanggungjawab? Pengecut lo!"

Kevan diam dengan tatapan datarnya. "Genan, nggak ada yang percaya sama lo, bahkan Mamah sekalipun. Lo nolak permintaan Mama sama aja lo bikin kondisi Mama lebih buruk. Lo ngerti maksud gue 'kan?

"Lo yang bikin kondisi Mamah buruk, bukan gue."

"Terserah. Sekarang tugas lo cuma satu, turuti permintaan Mama," sahut Kevan. Permintaan yang dimaksud adalah permintaan agar Genan bertanggung jawab pada Nara.

Setelah mengatakan itu, Kevan menjauh dari sana.

Genan menggertak saat lagi-lagi melihat Kevan pergi. Pergi, lari dari masalah yang harus ia hadapi. Benar-benar pengecut.

"Argh! Sialan lo, Kev!!"

Genan pun masuk kembali setelah menetralkan amarahnya. Menghampiri sang Mama dengan senyum hangat seolah tak terjadi apa-apa.

"Nan, soal yang semalam...."

"Apa kalo Genan bertanggung jawab pada Nara, Mama bakal maafin Genan?"

Tak ada jawaban.

"Mau gimana 'pun Genan mengelak. Mamah tetap nggak akan percaya 'kan?"

"Bukan gitu, Mama—"

"Yaudah kalo itu mau Mamah. Lagian Genan 'kan laki-laki. Harus berani bertanggung jawab," selanya seraya tersenyum. "Walau bukan gue yang salah," lanjutnya dalam hati.

"Genan akan tanggung jawab dan nikah sama Nara," finalnya dengan berat.

Meski hatinya menolak secara gamblang. Genan harus rela masa depannya berakhir dengan menikah bersama gadis itu. Lagipula ia yakin ini hanya sementara. Setelah anak itu lahir, ia akan mengungkap kebenaran tentang siapa ayah kandungnya.

Dan juga, Genan akan membuat Nara tersiksa karena berani melibatkan dirinya dalam masalah ini.

Tunggu aja, lo nggak bakal bahagia nikah sama gue dasar cewek sialan! batin Genan.


.
.
.

|🌹SILENCE OF TEARS🌹|

< Bersambung >

Maaf kalo ceritanya nggak nyambung atau gaje😭😔

Ekhem, monmaap itu bintang kejora yang mempesona di pojok kiri bawah jangan dicuekin brehh😭🗿.

Vote dan komennya kak ^^
Bantu promosi juga ya...

See u next part lovv

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 182K 36
ᴹᵃʳⁱ ᴺᵍᵃᵏᵃᵏ ˢᵃᵐᵖᵃⁱ ᴮᵉⁿᵍᵉᵏ "Diam atau gua sleding!" ujar Libra tegas. Tidak ingin bernasib buruk, Embun diam mematung sambil menunduk. Dia sangat kece...
1.1M 3.6K 15
Ingin cerita lebih lengkapnya lagi, Silahkan klik Link di profil saya... 🙏🙏😊
19.4K 2.9K 44
"Sampe sini aja, ya, Nar. Jangan terusin lagi perasaan yang mustahil gue bales. Kalo emang lo bener-bener sayang sama gue, please lepasin gue." --- K...
95.7K 8.3K 59
Tentang Aksa Gibran Pratama yang dipertemukan dengan orang yang selalu mengejar cintanya, tak lain adalah Sherina Aliesa Alexandra. Namun, hatinya ju...