PAINKILLER [ MARK LEE ]

Bởi prikibunny

2.8K 622 92

" Kapankah akan membaik, kapan mentari terbit lagi, selalukah tiap hari seperti ini, sekarat sungguh menyakit... Xem Thêm

PROLOG
CAST
MASA LALU
RAPUH
TRAUMA
HEAVEN
MENCARI
KETAHUAN
KANVAS
PAIN
SAPU TANGAN

TRAGEDI

100 46 15
Bởi prikibunny

Kini Madava dan juga Leo sudah berada di depan pintu ruang rawat Diana, sudah hampir sepuluh menit mereka berdiri disitu namun belum ada sedikitpun pergerakan dari Leo untuk membuka pintu tersebut. Madava tahu perasaan Leo tidak karuan saat ini, perlahan Madava mulai membuka pintu tersebut lalu Madava merangkul punggung Leo untuk segara masuk. Hawa dingin langsung menusuk kulit mereka berdua ketika memasuki ruangan itu.

Diatas ranjang sana terlihat Diana yang masih setia menutup matanya.

" Assalamu'alaikum mah " Ucap Leo sembari mendudukkan dirinya di samping ranjang Diana lalu Leo mulai menciumi pipi, kening, dan yang terakhir punggung tangan Diana.

Dengan seulas senyum diwajahnya, Leo mulai membuka ranselnya lalu ia mengeluarkan sebuah Al-Qur'an yang telah ia siapkan sejak tadi malam. Ia mengusap sampul Al-Qur'an tersebut.

" Mah, Leo bawa Al-Qur'an hadiah dari mamah dulu " Ucapnya sembari tersenyum.

" Udah lama ya mah, Leo gak ngaji bareng mamah lagi "

" Kita ngaji bareng lagi yok mah "

" Gak bisa ya mah " Ucapnya dengan senyum hambar

" Yaudah kalo gitu mamah cukup dengerin aja, biar Leo yang ngaji"
Ucapnya sembari membuka Al-Qur'an tersebut. Sebelumnya tadi Leo sudah mengambil wudhu untuk menyempurnakan nya membaca Ayat suci Al-Qur'an.

Dengan tenang Leo mulai membaca Al-Qur'an tersebut hingga tak terasa air matanya pun terjun dengan bebas membasahi pipinya. Dari belakang Madava bisa melihat punggung Leo yang bergetar karena menahan isak tangisnya.

Saat melihat Leo seperti itu, hati Madava terasa seperti teriris. Ia seperti melihat dirinya dahulu yang selalu membacakan ayat suci Al-Qur'an untuk Raisa ibunya yang sedang terbaring sakit kala itu.

Dengan perlahan Madava berjalan keluar meninggalkan ruang rawat Diana, Karena ia tak ingin mengganggu fokus Leo.

Madava berjalan menuju rooftop rumah sakit untuk menghirup udara segar disana, karena Madava tidak suka dengan rumah sakit. Ia sangat benci dengan aromanya yang membuat nafasnya sesak seperti tercekik.

Sesampainya dirooftop, Madava duduk di kursi panjang yang telah tersedia disana. Ia mengangkat kepalanya keatas lalu menutup matanya, kemudian ia menghirup rakus udara seakan-akan tidak ada hari esok, ia merasa sangat tenang saat ini. Akan tetapi ketenangan itu sirna begitu saja saat ia mendengar samar-samar suara orang yang sedang menangis. Karena penasaran Madava mulai mencari sumber suara itu berasal, namun langkah kakinya terhenti saat suara tangis itu berubah.

" Jangan mendekat! "

" Please siapapun itu jangan kesini, gue mau sendiri! " Ucap seorang gadis yang tadi menangis.

Setelah mendengar itu Madava berdiam sejenak, lalu ia merogoh sakunya mengeluarkan sapu tangan nya dan meninggalkan nya disana bersama gadis itu.

Madava kembali menyusuri koridor rumah sakit, hingga langkahnya terhenti saat ia melihat Leo dipaksa keluar dari ruang rawat Diana.

" Plak! "

Suara tamparan yang cukup keras mendarat tepat di pipi Leo, dan itu berhasil menarik perhatian banyak orang yang berada di sekitarnya.

" PERGI! " Bentak Aryo.

Sedangkan Leo tertunduk lemas dengan Al-Qur'an dipelukannya.

" Dasar anak kurang ajar! "

" Kamu do'ain istri saya mati hah? pake acara ngaji segala "

" Kenapa gak kamu aja yang mati! "

" Bajingan kamu! " Bentak Aryo dengan emosi yang menggebu-gebu.

Leo masih terdiam kaku ditempatnya, hingga Madava datang dan merangkulnya untuk segera pergi.

Tak ada yang berubah dari Leo, sepanjang perjalanan pulang ia hanya diam dengan tatapan kosong.

" Lo mau makan apa " Tanya Madava.

Leo hanya menggeleng, Madava tau perasaan Leo tidak baik-baik saja. Kali ini ucapan Aryo sudah benar-benar kelewatan, ia tidak segan-segan mencaci maki Leo darah dagingnya sendiri dimuka umum.


" Allaahu Akbar, Allahu Akbar... "

Azan Dzuhur telah berkumandang, panggilan kepada seluruh umat islam untuk melaksanakan ibadah sholat dzuhur.

" Ayo ke masjid " Ajak Madava.

" Gue dirumah aja dav " Jawab Leo sembari berjalan menuju kamarnya.

Madava membuang nafas pasrah saat perlahan punggung Leo mulai menjauh dari pandangannya.

Kini terlihat Madava sedang berlari menuju rumah usai melaksanakan sholat dzuhur dimasjid. Entah kenapa perasaannya menjadi tidak karuan sedari tadi.

Sedangkan dari kejauhan dapat ia lihat Yumnaa yang sedang berlari kearahnya sembari menangis dengan kaki telanjang, dan itu berhasil menambah kekhawatiran nya. Yumnaa terus berlari dan berakhir dipelukan Madava, ia menangis histeris. Penampilannya sangat kacau, terdapat beberapa noda darah di tangan serta pakaiannya.

" It's okay, gue disini naa " Ucap Madava sembari melepaskan pelukannya.

" Ada apa naa? Kenapa lo begini? " Tanya Madava penuh kekhawatiran.

" Leo, dav " Ucap Yumnaa masih dengan tangisnya.

Deg. Apa yang sedari tadi Madava takutkan pun terjadi. " Leo kenapa naa? " Sura Madava meninggi.

Bibir Yumnaa bergetar entah kenapa mulut nya sangat berat untuk digerakkan, ia tidak sanggup memberi tahu kepada Madava apa yang sudah terjadi.

Tanpa pikir panjang Madava berlari memasuki rumah dan mencari keberadaan Leo. Dan betapa kagetnya Madava, bagaikan disambar petir di siang hari. Ia mendapati keadaan Leo yang mengenaskan, Leo mengiris pergelangan tangannya sendiri, dan terdapat banyak pil tidur disekitarnya.

Lagi dan lagi disaat seperti ini otot Madava hilang kendali, tubuhnya melemas, ia berusaha mendekati tubuh Leo dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki.

" Lo kenapa begini eo? " Tanya Madava dengan isak tangis nya.

" Papah bener dav, kalo gue mati, mamah pasti siuman " Ucap Leo setengah sadar.

" Itu gak bener eo, hidup dan mati itu sudah diatur sama Allah. Dari kecelakaan bahkan sampe koma nya nyokap lo itu semua udah ketetapan dari Allah " Ucap Madava akan tetapi, Leo sudah tertidur.

Sedangkan disisi lain terlihat Marcell yang telah selesai membalut perban dilengan Leo. Untung saja tadi ada Marcell yang dengan cepat mencegahnya, jadi irisan nya tidak sampai mengenai urat nadi Leo.

" Gue gak tau pasti berapa banyak pil tidur yang udah dia telen, tapi semoga dia baik-baik aja " Ucap Marcell.

Madava mengangguk " Makasih cell "

" Ya, Sama-sama "

" Oiya, lo liat Yumnaa gak tadi? " Tanya Marcell.

" Dia diluar " Jawab Madava.

Sementara itu, diluar rumah terlihat Yumnaa yang sedang duduk gelisah sambil memeluk lututnya, Yumnaa tidak berani masuk lagi, ia takut, karena ini bukan kali pertama ia berada dalam situasi seperti sekarang ini.

Marcell tahu persis bagaimana keadaan Yumnaa sekarang, ia pasti sangat ketakutan. Setelah mendapati keberadaan Yumnaa Marcell berjongkok dihadapan nya, lalu ia memegang kedua pundak Yumnaa sembari tersenyum hangat.

" Leo gimana cell " Tanya Yumnaa dengan raut wajah yang berantakan.

" Aku memang baru kenal Leo hari ini, tapi aku yakin dia pasti kuat. Jadi sekarang kamu harus tenang gak perlu takut lagi " Ucapnya sembari mengelus rambut Yumnaa.

" Gu... Gue takut Leo mati kayak Dinda " Tangis Yumnaa pecah lagi.

" Gue takut cell "

" Itu udah berlalu naa, dan itu bukan salah kamu " Ucap Marcell sembari membawa Yumnaa ke dalam pelukannya yang diam-diam ia pun ikut meneteskan air matanya.

Sesuai dugaan Marcell, Yumnaa masih mengingat tragedi pilu lima tahun lalu, Hari dimana ia kehilangan seorang  sahabat untuk selamanya. Begitu juga dengan Marcell, kejadian itu masih tercetak jelas dalam fikirannya dan itu selalu membuat hatinya hancur saat mengingat nya.

Flashback:

Senin 04 Juli 2016 hari pertama di tahun ketiga Yumnaa memasuki SMA. Kala itu sedang musim panas dan pembelajaran pun belum aktif, jadi banyak para siswa dan siswi yang turun hanya untuk mengisi absensi kehadiran. Hanya sedikit dari mereka yang menetap disekolah, ada yang memang memiliki keperluan seperti ekskul, kegiatan OSIS, dan lain sebagainya, ada juga yang hanya bermain-main sekedar untuk melepas rindu dengan para sahabat usai libur panjang  kenaikan kelas.

Yumnaa hanya memiliki dua teman saat SMA, yaitu Marcell dan Dinda. Dinda termasuk siswi berprestasi disekolahnya , dia cukup populer dikalangan para siswa dan guru karena prestasi dan paras cantik yang ia miliki. Kehidupannya disekolah sangat lah sempurna akan tetapi berbanding terbalik dengan kehidupannya dirumah, ia  selalu menjadi korban kekerasan fisik yang dilakukan oleh ayah tiri nya, dan Yumnaa mengetahui itu tapi tidak dengan Marcell.

Hari itu Yumnaa sedang disibukkan dengan kegiatan ekskul menari nya. sedangkan dikediaman Dinda, Arman ayah tiri nya itu sedang melecehkan dan memukuli Dinda tanpa ampun, dan yang lebih parahnya adalah, Rini ibu kandung nya sendiri hanya diam menyaksikan itu semua dengan raut wajah yang sangat susah untuk diartikan. Setelah selesai
melakukan aksi bejatnya itu Arman pasti akan pergi selama seminggu dan akan kembali lagi, keadaan Dinda saat ini benar-benar hancur, banyak luka lebam disekujur tubuhnya.

" Ibu... Kenapa jahat sama Dinda? " Ucap Dinda.

" Kenapa ibu gak pernah nolongin Dinda? "

" Dinda salah apa sama ibu? Kenapa harus Dinda! " Ucapnya dengan suara lantang sembari menangis, namun Rini hanya diam membisu.

" Badan Dinda sakit semua bu " Ucapnya dengan tangis frustasi.

" Sakiiit bu " Ucapanya sembari memukul-mukuli dadanya.

Dinda mencoba bangkit dengan sisa Tenaga yang ia miliki, ia kembali mengenakan seragam sekolahnya,lalu ia mengambil ponsel nya yang dia sembunyikan di belakang lemari. Harapan terkhir nya saat ini hanyalah Yumnaa.

Dengan tergopoh-gopoh Dinda berusaha berjalan untuk menemui Yumnaa disekolah.
Kini Dinda sudah berada di taman samping perpustakaan, tempat bisa mereka bertiga berkumpul. Dinda merogoh ponsel dari saku seragamnya, ia mencoba untuk menghubungi Yumnaa namun tak ada jawaban darinya.

Dari kejauhan ia melihat Yumnaa dengan tim ekskul menarinya, mereka terlihat bahagia dengan saling melempar canda tawa satu sama lain seperti anak SMA pada umumnya. Dan itu membuat Dinda tersadar bahwa kehadirannya hanya akan membuat Yumnaa terbebani.

" Maaf naa, kalo selama ini gue cuman jadi beban buat lo " Ucap Dinda.

Dinda sudah tidak kuat menahan rasa sakit yang ada pada sekujur tubuhnya, ia benar-benar lelah, ia ingin menyudahi ini semua secepatnya.

" Yumnaa, lo liat Dinda gak? " Tanya Angel salah satu teman kelas mereka.

Yumnaa tersadar kalau dari pagi ia belum ada bertemu dengan Dinda, biasanya Dinda selalu menunggu kedatangan Yumnaa di depan gerbang sekolah.

" Gue juga belum ada liat Dinda, ngel " Jawab Yumnaa.

" Gue coba chat deh " Ucap Yumnaa sembari membuka aplikasi Line.

Seketika mata Yumnaa memanas dan perasaannya pun menjadi sangat cemas setelah membaca pesan dari Dinda.


Dari samping Marcell menepuk pundak Yumnaa. " Makan yuk " Ajaknya.

Yumnaa tidak menjawab, ia malah menarik tangan Marcell untuk ikut bersamanya ke tempat Dinda berada.

Sedangkan saat ini terlihat Dinda mengambil pecahan kaca di pot  bunga, disamping ia duduk. Ia mengusap air matanya lalu memejamkan matanya, tanpa pikir panjang Dinda langsung memutus urat nadinya dengan menggores pergelangan tangannya menggunakan pecahan kaca tersebut.

Hidup Dinda sudah berakhir, ia meninggalkan dunia untuk selama-lamanya dengan rasa sakit ditubuh dan juga hatinya.

Tentu saja Yumnaa menangis histeris saat menemukan sahabat nya sudah tidak bernyawa. Ia memeluk tubuh Dinda dengan sangat erat berusaha menyalurkan rasa hangat, tapi itu sudah tak ada gunanya karena ruh Dinda sudah pergi meninggalkan tubuhnya.

" Din, kenapa lo ninggalin gue? " Ucap Yumnaa dengan tangis yang tak terbendung.

" Dinda bangun, jangan tidur disini " Ucap Yumnaa sembari menggoncangkan tubuh Dinda.

" Cell, Dinda kenapa gak mau bangun?

Marcell hanya diam menahan tangisnya hatinya sangat sakit saat melihat kondisi Dinda yang sangat mengenaskan, ia benar-benar merasa gagal menjadi seorang sahabat, yang selama ini ia kira, ia tahu segalanya tentang Dinda tapi ternyata tidak.

" Udah naa, ikhlasin Dinda ya " Ucap Marcell.

" Dia harus pergi dengan tenang, biar dia gak ngerasain sakit lagi "

" Nggak cell, Dinda gak mati, dia cuman tidur "
Yumnaa masih terus menangis, ia enggan melepaskan tubuh Dinda. Hingga akhirnya petugas ambulan datang untuk mengevakuasi mayat Dinda

Esok harinya Dinda telah dikebumikan dengan layak oleh pihak sekolah, seluruh penghuni sekolah ikut ke pemakamannya untuk mengantarkan Dinda ketempat peristirahatan terakhirnya, kini nama Adinda Ristiana hanya tinggal kenangan.

Yumnaa benar-benar terpukul atas meninggalnya Dinda, bahkan kondisi mentalnya ikut terganggu, ia sering tertawa sendiri dikamarnya seakan-akan ia sedang bermain bersama Dinda dan berakhir dengan tangisan, sejak saat itu dia selalu menyalahkan dirinya, andai saja hari itu Yumnaa datang tepat waktu mungkin Dinda masih hidup sampai sekarang.

.
.
.
.
.
.
.
Hi guys I'm back! Hehe sorry udah buat kalian nunggu lama. Fyi gue nulis part ini beneran ngabisin satu pack tisu dan berakhir mata gue bengkak 2 hari wkk. So gimana pendapat kalian tentang part ini langsung komen aja ya dan jangan lupa vote! HAPPY READING AND HAVE A GOOD DAY EVERYONE❤❤ SEE YOU AGAIN 🖐

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
325K 19.4K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
2.7M 136K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
645K 25.1K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...