MACLO [ SEGERA TERBIT ]

Da macemelow

2.3M 297K 27.9K

"Zizel ini kenapa lo ninggalin celana dalam gua? kenapa nggak sekalian lo cuci!" cecar Maclo memperlihatkan c... Altro

{ MACLO 1 }
CAST
{ MACLO 2 }
{ MACLO 3 }
{ MACLO 4 }
{ MACLO 5 }
{ MACLO 6 }
{ MACLO 7 }
{ MACLO 8 }
{ MACLO 10 }
{ MACLO 11 }
{ MACLO 12 }
{ MACLO 13 }
{ MACLO 14 }
{ MACLO 15 }
{ MACLO 16 }
{ MACLO 17 }
{ MACLO 18 }
{ MACLO 19 }
{ MACLO 20 }
{ MACLO 21 }
{ MACLO 22 }
{ MACLO 23 }
{ MACLO 24 }
{ MACLO 25 }
{ MACLO 26 }
{ MACLO 27 }
{ MACLO 28 }
{ MACLO 29 }
{ MACLO 30 }
{ MACLO 31 }
{ MACLO 32 }
{ MACLO 33 }
{ MACLO 34 }
{ MACLO 35 }
{ MACLO 36 }
{ MACLO 37 }
{ MACLO 38 }
{ MACLO 39 }
{ MACLO 40 }
{ MACLO 41 }
{ MACLO 42 }
{ MACLO 43 }
{ MACLO 44 }
{ MACLO 45 }
{ MACLO 46 }
{ MACLO 47 }
{ MACLO 48 }
{ MACLO 49 }
{ MACLO 50 }
{ MACLO 51 }
{ MACLO 52 }
{ MACLO 53 }
{ MACLO 54 }
{ MACLO 55 }
INFO
MACLO TERBIT???
OPEN PRE-ORDER MACLO

{ MACLO 9 }

49.6K 6.3K 385
Da macemelow

Notes: Jangan lupa untuk vote dan komen di setiap paragraf yaaa, biar kita menghalunya lancar.





Zizel mencoret-coret bukunya kesal karena gara-gara Maclo ia jadi parnoan masuk ke kamar mandi setelah kejadian dirinya hampir di unboxing cowok itu kemarin.

Namun terlintas pertanyaan yang selalu tak jadi ia tanyakan kepada Belvi dan Luvena. Soal Dipta dan Maclo.

"Belvi, Luvena." panggilnya menggoyangkan bangku dua orang itu.

Belvi dan Luvena menoleh untuk merespon Zizel yang meletakkan dagu di atas botol air minum. "Kalian tau nggak sih permasalahan antara Maclo sama kak Dipta? Kok gua malah ngerasa kayak Maclo itu sakit hati sama kak Dipta."

"Gua kurang tau pasti masalah dua orang itu Zel. Tapi... Gosipnya itu Dipta ngekhianatin Maclo." Belvi hanya memberitahu yang ia dapat dari gosip-gosip beredar.

Zizel mengangguk pelan lalu kembali mengeluarkan suara, "Apa jangan-jangan Maclo itu marah karena diselingkuhin kak Dipta, maka dari itu dia kece---Awhhh!"

Luvena menakol kepala Zizel dengan pulpen. "Bodohnyaaa. Ya nggak karena perselingkuhan juga kali Zel, mereka berdua itu cowok normal. Lo kalau jadi admin ruang gosip bisa ngejatohin pamor anak hits sampai mental breakdance sih."

"Tapi gua mau curhat, lo berdua jangan ngadu ke siapa-siapa ya?" Zizel menunjuk dua gadis yang mengangguk itu. "Ayo janji persahabatan dulu!" Zizel mengacungkan dua jari kelingking.

Belvi maupun Luvena hanya pasrah menautkan jari kelingking mereka. "Ikutin omongan gua." dua gadis itu mengangguk kembali.

"Aku berjanji akan menjaga rahasia Zizel yang secret ini agar tidak keciduk siapa-siapa." Zizel kini menaikan alis karena giliran Belvi dan Luvena.

"Aku berjanji akan menjaga rahasia Zizel yang secret ini agar tidak keciduk siapa-siapa." ulang mereka serempak.

"Kalau aku keceplosan buka secret Zizel, aku bakal jomblo atau putus dari pacar yang sekarang." Zizel melihat kedua temannya ogah-ogahan mengikuti.

"... Bakal jomblo atau putus dari pacar yang sek---APA?!" keduanya baru sadar dan sangat terkejut.

"Apa? Ayo lanjutin cepet ihhh! Kalau setengah gitu nanti asmaranya gak langgeng mau?" Zizel menakut-nakuti hingga dua orang itu melanjutkan janjinya.

"Dah cepet apaan!" Luvena yang tipikal gadis tomboy memang sedikit lebih kasar.

"Males ah dimarahin." ambek Zizel melipat tangan di dada kemudian membuang muka.

Luvena menggebrak meja lalu menarik bahu Zizel untuk dipeluk kuat sampai Zizel meminta bantuan ke Belvi.

"Belvi hubungi polisi, Luvena ngerencanain pembunuhan berencana." panik Zizel melepaskan diri dari Luvena.

Luvena melepaskan pelukan. "Sayang nyawakan?"

"Sayang. Sayang Belvi sama Luvena juga." keahlian Zizel adalah mampu mempermainkan mood lawannya.

"Yaudah buru cerita sekarang!" Luvena sudah menggelengkan kepala agar tak terjerat pancaran kiyowo Zizel.

"Gua kayaknya ngerasa gemeteran kalau sampingan sama kak Dipta. Bahkan ya, gua itu lebih suka lihat kak Dipta daripada Maclo." kejujuran Zizel membuat dua gadis di depan cemas.

"DEMI APA ZEL! JANGAN COBA-COBA LANJUTIN RASA SUKA LO SAMA KAK DIPTA. TAPI KALAU EMANG MAU DILANJUTIN JUGA GAPAPA." heboh Belvi membuat Luvena membekap mulut gadis itu.

"Lepshhh-" Belvi memukul tangan Luvena.

"Untung kelas sepi cuman kita bertiga!" Lega Luvena menyadari hanya mereka di kelas selebihnya istirahat di luar.

"Emangnya kalau ada yang lain kenapa?" Zizel bertanya begitu lugu.

"Lo bisa dijadiin bahan gosip terhangat. Terus lo bisa di tempeleng sama Maclo, bisa juga Dipta jadi korban bulan-bulanan Maclo pas dia tau cewek yang dia suka, nyukain musuhnya." jelas Belvi panjang kali lebar.

"Kok serem banget sih." tubuh Zizel tiba-tiba bergetar.

"Tapi serius Zel kok lo bisa jatuh cinta sama Dipta tapi jadian malah sama Maclo." heran Luvena.

"Karna sayangnya gua lebih dulu kenal Maclo daripada kak Dipta." enteng sekali jawaban Zizel.

"Belvi mintain nomor kak Dipta dong biar gua ada temen belajar." ini hanya akal-akalan saja.

"Nggak usah ngada-ngada Zel. Bisa di sangka demen sama Dipta gua." ogah Belvi, taruhannya rumah tangga bersama Mahesa bisa terguncang.

"Lagian mungkin lo sama Dipta gak jodoh, dan jodoh sejati lo itu Maclo." Celetuk Luvena membuat Zizel menggeleng cepat tak mau jika Maclo jodohnya.

"Nggak mau pokoknya nggak mau! Kalaupun nggak bisa sama kak Dipta seenggaknya jangan sama Maclo deh. Bisa tua sebelum waktunya gua. Mending gua lanjutin ngefangirl tiap malam." pilih Zizel.

Belvi mengacungkan jempol diikuti Luvena. "Lanjutkan nolep lo, jangan pernah berpikir buat berhenti." kompak Belvi dan Luvena.

"HIDUP NOLEP!" Zizel mengangkat tangan sebagai semangat.

"HIDUP!" diikuti Belvi juga Luvena.

Zizel menepuk meja dan berjalan keluar menenteng totebag menuju kelas Maclo. Gadis itu mengambil arah kanan, dan balik lagi ke kiri.

"Mau apa tuh bocah?" Luvena melihat Zizel yang mondar-mandir tak jelas.

"Jijel Archeva! Lo ngapain sih bolak-balik hampir lima kali depan pintu?" tegur Belvi.

Zizel mengerem langkahnya dan berdiri tegak depan pintu. "Gua lupa kelas Maclo itu di arah kanan apa kiri. Bingung ih kalau sekolah nggak ada tour guidenya." Zizel menghentakkan kaki.

"Kenapa nggak nanya sih Jijel, yaallah yarob." sedih Luvena mencakar meja.

Zizel cengegesan dengan tangan tergerak menggaruk rambut. "Mau nanya tapi dari tadi udah kebanyakan nanya." jawab Zizel tak enak hati.

"Tapi kalau lo malu bertanya malah sesat di jalan." Belvi salut dengan Zizel yang memilih menyusahkan diri sendiri daripada bertanya ke orang lain.

Gapapa ciri-ciri anak mandiri.

"Tapi kata orang, kebanyakan nanya kelihatan bodohnya. Maka dari itu gua nggak mau banyak nanya." terang Zizel mengayunkan totebag di depan kakinya.

"Jadi lo mau nanya apa nggak?" gemes Belvi. Zizel mengangguk jujur saja kepalanya pusing akibat bolak balik kayak setrikaan.

"Kelas Maclo dimana arahnya? Bisa nggak sih kalau dicari lewat google maps aja Belvi." ada saja kelakuan gadis itu yang bikin orang lain gemas serta emosi secara bersamaan.

"Bisa banget, malahan kalau capek jalan lo bisa pesen ojol minta anterin ke kelas Maclo di gedung satu lantai dua, paling ujung kelasnya." Luvena tak tahan lagi akhirnya mengeluarkan unek-unek selama ini.

Zizel mencatat di hp apa yang dibicarakan Luvena. Lalu langsung ngacir begitu saja sambil bersenandung ria.

"Untung dia cantik, sama pinter di bidang akademik. Jadi sedikit berguna." Belvi masih setia melihat ke pintu.

"Jankkaman! Kalau mau keluar dari gedung kita lewat mana biar lebih praktis?" Zizel nongol lagi berdiri di pintu dengan tangan dan kaki dibuka seukuran pintu lalu seperti huruf X.

"KANAN!" pekik mereka kompak.

"Oke, makasih!" Zizel ngacir lagi.

Di kelas dimana Maclo menuntut ilmu sedang melangsungkan kuis dadakan jadi mereka semua belum istirahat. Zayyan memanggil Maclo yang sedang makan makaroni pedas diam-diam di kolong meja.

"Wah Maclo makan?" Celetuk Zayyan.

"Enak Clo makaroni pedesnya?" Sambung Algis mengencangkan suara agar terdengar oleh bu Bona yang sedang mengamati mereka. 

"Maclo nggak bagi-bagi ah males." Tambah Zayyan.

Maclo masih santai menghabiskan yang ada di mulutnya, "Kalian pakai headset budeg ya yang nggak ada kabelnya." Balas Maclo tertawa konyol kearah empat kawannya.

Bu Bona mencium aroma-aroma yang tidak beres dari kursi belakang. Zayyan langsung mencopot airpods cepat agar tidak ketahuan.

"Za kamu pakai airpods ya di pelajaran ibu? Udah pinter emang?" Bu Bona langsung mengambil airpods itu.

"Maclo udah kenyang makannya?" tanya bu Bona. Maclo mengangguk dan tersenyum bodoh.

"Besok beliin teman-teman kamu satu kelas makaroni yang kayak kamu makan tadi." titah bu Bona.

Maclo memberikan hormat kepada bu Bona. "Siap komandan." dan ia meledek Zayyan yang kesal airpodsnya kena sita.

"Satu kelas, satu pack makaroni." palak bu Bona.

Maclo melebarkan matanya. Eh gila aja kali satu kelas satu pack gitu, bangkrut yang ada gua.

Zayyan tertawa jahat ke arahnya. "satu kelas Clo." Ucap Zayyan tertawa dan mendapat senyuman paksa darinya.

"Bu... Jangan gitu dong uang jajan saya sehari cuman lima ratus ribu, kalau beliin sekelas habis dong." Yang lain langsung melongo sehari 500 ribu, seketika dompet mereka agak minder.

"Eh toyib! Segitu dah banyak, lo ngaku ke gua cuman dua ratus rebu jajan lo." Protes Mahesa yang merasa pernah di bohongi.

"Anak bapak Jevon tajir nih, pacarin aku dong." Goda Algis memancing kerusuhan di kelas. Bu Bona menggebrak meja dan berdiri dengan melipat tangannya.

"Pacarin pacarin. Kamu tuh mau siapa sih Al, mas Maclo atau cewek anak kelas sepuluh IPA?" kejulidan bu Bona keluar, bisa berabe disatuin dengan Zayyan.

Sekelas langsung riuh menyoraki Algis yang gelagapan menjawab pertanyaan bu Mega. Pasalnya Algis dan anak kelas 10 itu memang terlihat dekat bahkan tidak sedikit warga sekolah mengira mereka berpacaran.

"Bener banget bubon, saya rasa si Algis itu mulai goyah pas dikasih perhatian sama Maclo." kompor Zayyan berjalan ke depan berdiri disamping bu Bona seperti ajudan.

"HEH TABUNG GAS IJO JANGAN MULAI NYEBAR FITNAH DAH!" amuk Maclo tak mau dirinya memiliki gosip menyimpang.

"Bener Clo kamu gandengan sama Algis pas sparing futsal?" heboh bu Bona meladeni gosip buatan Zayyan.

Gini kalau bensin disatukan dengan api.

DUARRR!

"Gak usah dengerin monyet ngomong bu. Saya masih normal, pacar saya cantik lagi namanya Zizel, anak baru kelas 11 IPS. Ogah amat sama si Algis." sergah Maclo cepat.

"Setuju bubon. Saya mah love myself, don't have someone special for now." Jawab Algis memeluk dirinya sendiri membuat bu Bona mencibir

Stopwatch yang disetel bu Bona berbunyi menandakan waktu mengerjakan kuis habis. Semua murid berjalan ke depan untuk mengumpulkan kerjaan mereka, tapi tidak dengan Zayyan yang menegang.

"Eh apa nih? Apa nih? Eh sumpah gua belom samsek. Yaampun! Bu saya belum selesai tambah waktu lah bubon." rengek Zayyan.

"Salah sendiri ikut nemenin ibu ngejulid. Terima aja hasilnya nanti." Bu Bona berjalan keluar setelah semua telah mengumpulkan.

"HAHAHAAAA, MAMPUS." Maclo puas melihat Zayyan terkulai lemas di lantai.

"Sini aku peluk." Celetuk Zizel yang masuk merentangkan tangan untuk Zayyan. 

"I want cuddle and soft kisses." Zayyan akan memeluk Zizel dengan bibir dimanyunkan.

"Peluk-peluk enak aja lo!" Omel Maclo dan ia langsung memeluk Zizel agar tak terkena najis.

Zizel menengadah melihat jakun Maclo yang begitu jelas sampai rasanya ingin menjilat itu seperti es krim. Ya! Dia ingin es krim.

"Posesip amat sih heran gua. Sama yang udah-udah kagak begini." balas Zayyan masih mode perang jika berhadapan dengan Maclo.

"Menel banget sih heran gua. Sama yang udah-udah kagak begini." serang balik Maclo, karena baru kali ini empat cowok itu suka menggoda pacarnya.

Yang disindir pura-pura tak merasa malah mencari kesibukan sendiri. Agar tak kelihatan terkena boomerang darinya.

"Maclo." panggil Zizel memeluknya erat.

"Lo juga ngapain mancing orang yang kurbel gitu." kesal Maclo menunduk merapikan rambut Zizel.

"Kasihan dia tadi, gua cuman nolongin aja kalau dia bundir gara-gara nilai gimana? Kasihan lo berempat harus ngabisin besek dari acara Zayyan."

Seketika tawa mereka pecah kala mendengar celotehan Zizel yang sedang mencoba melawak rupanya.

"Aku kira hubungan kita spesial Zel." sedih Zayyan berlari ke Nathan lalu pura-pura menangis.

"Menurut gua nggak ada yang spesial selain Maclo." Zizel berkata begitu tenang.

Murid-murid yang tersisa di kelas speechless.

"Gua atau Sehun?" Ucap Maclo memberi pilihan.

"Maclo." Pilihan Zizel membuat Maclo salting, apalagi ditatap sedalam itu oleh Zizel.

Sialan lo Zel! Lambung gua jadi ada kupu-kupu tawuran.

"Gua atau 23 bujang lo?"

"Maclo."

Karena gemas sendiri Maclo memasukkan kepala Zizel ke dekapannya. Dan ia menciumi rambut berwarna coklat itu berkali-kali di depan para jomblo yang menelan ludah.

"Maclo mau es krim." Zizel mencoba mengeluarkan kepala dari dekapannya.

"Lo berempat lihatkan kalau Zizel emang suka sama gua murni tanpa gua paksa. Malu nggak lo pad-"

"Kata siapa gua suka sama lo? Gua sih maunya sama Sehun terus..." Zizel melihat Dipta tengah mencatat beberapa materi sebagai rangkuman.

Dipta.

Maclo mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah Zizel yang melihat Dipta. Hatinya menjadi panas terbakar cemburu.

"Terus satu lagi siapa?" kepo Nathan.

"Dd-Doyoung." Zizel hampir saja mengatakan Dipta.

"HAHAHAHAAAAA... MALU NGGAK?" Zayyan membalikan ucapan Maclo dengan ketengilan.

"Bacot lo tabung gas ijo." hardik Maclo. "Terus lo kenapa daritadi milih gua?" kini Maclo melepaskan Zizel dari pelukannya.

Zizel kembali maju memepet Maclo bahkan memeluk lagi. "Jangan dilepas, gua bakal ngasih pelukan yang tulus buat lo, karena gua mau es krim."

"JADI LO DARITADI PICK GUA KARENA LO MAU ES KRIM?"

Zizel mengangguk memberikan pelukan setulus dan senyaman mungkin agar dibelikan.

"Lo pikir habis ini gua mau beliin es krim? Strawberry mangga sawo sorry gak mao!" Maclo melepaskan pelukan Zizel.

"Maclo" lirih Zizel dengan puppy eyes lalu mengusap satu tangan Maclo.

Maclo menghela napas dalam-dalam. Lalu menggandeng tangan mungil Zizel berjalan ke kantin.

"Ayo gua beliin" akhirnya cowok arogan nan kasar bisa ditaklukkan oleh cewek ceroboh dan ngeselin.

"Oh iya, ini di dalam totebag ada omelet kornet bikinan gua. Harus cobain nggak mau tau!" Zizel melihat empat cowok yang mengangguk seperti patung hiasan di mobil.

Maclo mengisyaratkan jangan di makan karena masakan Zizel itu belum lulus uji tes kenikmatan rasa. Namun tangannya sudah ditarik berlari keluar dengan Zizel melangkah ke kiri dan kanan.

"Gua rasa gua jatuh cinta sama lo Zel" Maclo mengatakan di dalam hatinya.


Continua a leggere

Ti piacerΓ  anche

1.6M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
1.2K 536 12
Helios Niscala, Setiap orang yang bertemu dengannya akan menganggap Helios itu sombong, kejam, datar dan dingin. Faktanya memang begitu, ia akan menj...
2M 128K 50
"Afka sampai kapan aku harus nunggu?" "Afka sampai kapan aku jatuh cinta sepihak?" "Afka apa aku salah karena udah suka kamu?" "Maaf aku udah cint...
MARSELANA Da kiaa

Teen Fiction

1.7M 58.2K 26
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...