MACLO [ SEGERA TERBIT ]

Par macemelow

2.3M 297K 27.9K

"Zizel ini kenapa lo ninggalin celana dalam gua? kenapa nggak sekalian lo cuci!" cecar Maclo memperlihatkan c... Plus

{ MACLO 1 }
CAST
{ MACLO 2 }
{ MACLO 3 }
{ MACLO 4 }
{ MACLO 5 }
{ MACLO 6 }
{ MACLO 7 }
{ MACLO 8 }
{ MACLO 9 }
{ MACLO 10 }
{ MACLO 11 }
{ MACLO 12 }
{ MACLO 13 }
{ MACLO 14 }
{ MACLO 15 }
{ MACLO 16 }
{ MACLO 17 }
{ MACLO 18 }
{ MACLO 19 }
{ MACLO 20 }
{ MACLO 21 }
{ MACLO 22 }
{ MACLO 23 }
{ MACLO 24 }
{ MACLO 26 }
{ MACLO 27 }
{ MACLO 28 }
{ MACLO 29 }
{ MACLO 30 }
{ MACLO 31 }
{ MACLO 32 }
{ MACLO 33 }
{ MACLO 34 }
{ MACLO 35 }
{ MACLO 36 }
{ MACLO 37 }
{ MACLO 38 }
{ MACLO 39 }
{ MACLO 40 }
{ MACLO 41 }
{ MACLO 42 }
{ MACLO 43 }
{ MACLO 44 }
{ MACLO 45 }
{ MACLO 46 }
{ MACLO 47 }
{ MACLO 48 }
{ MACLO 49 }
{ MACLO 50 }
{ MACLO 51 }
{ MACLO 52 }
{ MACLO 53 }
{ MACLO 54 }
{ MACLO 55 }
INFO
MACLO TERBIT???
OPEN PRE-ORDER MACLO

{ MACLO 25 }

33.8K 4.4K 282
Par macemelow

Notes: Jangan lupa vote dan komen yang banyak, inget klik bintang gratis kok.


Maclo duduk melamun di halaman belakang karena terbebani hutang budi ke Dipta. Kenapa harus Dipta yang menolong Zizel waktu itu, seharusnya ia tak ikut sparing jadi tak memiliki hutang budi terhadap cowok itu.

"Maclo tau nggak?" gadis manis itu datang dengan wajah masam.

"Apa?" Maclo mendongak.

"Coba geser dulu dong gua mau duduk." usir Zizel menendang kaki Maclo.

Maclo bergeser memberikan tempat duduk untuk gadis pemilik hatinya itu. Tapi sayang Zizel itu tak mudah peka dengan segala kejujuran hatinya.

"Kenapa wajah lo kok kusut amat?" Maclo mencolek pipi Zizel.

"Huft... Jadi tadi bu Bona ngirim whatsapp bilang nilai matematika gua turun gara-gara nggak masuk sekolah." sedih Zizel.

Maclo tertawa meledek kala mengetahui alasan muka kusut Zizel hanya masalah nilai matematika turun.

"Yaelah sayang, nilai lo turun berapa sih sampai muka lo kayak benang layangan kusut."

"Turun jadi 80 nilai gua Clo." rengek Zizel menghembuskan napas gusar.

Maclo membelalakan mata tak menyangka jika mendapatkan nilai 80 bisa membuat seseorang galau seperti ini.

"Wahhh... Sarap juga lo Zel. 80 udah bagus lo mau dapetin nilai berapa? 180, mustahil amat matematika bisa nilai segitu" ejek Maclo menggelengkan kepala.

Zizel memiringkan kepala ke Maclo, "Tapi gua emang hampir setiap pelajaran matematika nilai 100 Clo, paling mentok 90. Makanya pas dapet 80 nilainya berasa lebay." curhat Zizel.

Maclo tak menyangka disandingkan bersama cewek pintar, sedangkan dirinya begitu pas-pasan dalam bidang akademik. Rasa mindernya begitu memuncak mengingat omongan Mahesa.

Zizel kalau sama Dipta cocok banget, sama-sama pinter.

"Tapi gua udah nebak Zel, segala sesuatu itu pasti ada jatuh bangunnya. Jujur saat tau seorang Zizel Archeva siswi kelas 11 yang selalu diiming-imingi berprestasi dan jenius bisa jatoh juga." ledek Maclo dengan wajah jenaka.

"Lo jahat banget sih Clo, lo bahagia di atas penderitaan gua. Suasana hati gua lagi jelek tapi lo ketawa lebar. Dasar iblis..." Zizel mengatakan secara lirih tak lupa wajah lesu.

"Oke gua tahan ketawa sekarang, tapi lucu aja sih lihat lo galau sama angka... Hahahahaaa." dan diiringi tawa.

"Jeogiyo." Maclo menoleh. "Ini bukan galau yang sebatas galau tapi ini diatasnya galau yaitu mahagalau kembarannya mahabrata." cetus Zizel.

Maclo mengamati Zizel intens. "Kenapa lo lihatin gua segitunya?"

"Lagi ngehitung harga diri lo."

"Capek emang kalau cerita sama orang yang nggak tau rasanya sedih disaat nilai turun! Mending cerita sama orang yang sefrekuensi." Zizel berdiri berniat ke dalam.

"Siapa misalnya?" Maclo memiringkan kepala melihat Zizel dari bawah.

Zizel menunduk, "Kak Dipta. Dia lebih pengertian." jawab Zizel lantang dan berlalu begitu saja.

"OH GITU? JADI LO LEBIH NGERASA SI BANGSAT ITU PENGERTIAN DARIPADA GUA?!" teriak Maclo.

"Kurang lebih gitu, udah jangan teriak lagi bisa rusak gendang telinga gua!" sungut Zizel melangkah ke dalam dengan jalan dihentakan.

Maclo tak habis pikir secara terang-terangan cewek sedeng itu membandingkan dirinya sama Dipta.

"Lihat aja lo Zel gua bikin jadi gembel!" gumam Maclo.

Di kamar yang berisi banyak hiasan kpop, mulai poster, album, stand banner bergambar Sehun dan Doyoung, wall decor kayu, lightstick, dan 2 frame foto berukuran besar.

Maclo menurunkan koper Zizel yang ternyata terdapat stiker-stiker logo exo. "Semuanya aja berbau kpop! Jangan sampai gua beli tuh agensi." dumel Maclo.

Maclo berjalan ke lemari baju Zizel mengeluarkan seluruh isinya dan dilempar ke dalam koper. Tak lupa mencabuti seluruh poster yang menempel disana, bodoamat jika ada gambar yang sobek.

"Gak peduli gua kalau ada yang robek nih poster, EGP. Emang gua pikirin. Dia marah tinggal beliin lagi juga luluh." cerocos cowok itu selama merusuhi kamar Zizel.

Zizel datang dengan satu tangan memegang cup es krim lalu satunya lagi menyuapkan sendok es krim ke mulut ternganga kamarnya seperti kapal pecah.

"MACLOOO! GAWAT KITA HABIS KEMALINGAN? GUA TELPON POLI-"

"Maling apaan sih?" bingung Maclo.

"Itu, kamar gua berantakan banget, gua harus telpon polisi." Zizel mengeluarkan hpnya.

"GUA MALINGNYA MAU APA LO?" potong Maclo melemparkan semua album yang ada di rak ke koper.

"MACLOOO! BERANI LO SENTUH SEMUA PACAR HALUAN GUA SECARA KASAR GUA BISA BERUBAH MENJADI SERIGALA." ancam Zizel.

"EGP! Emang gua pikirin." seru Maclo tetap melemparkan ke koper.

Tranggg!

Trakkk!

Trangggggg...

Bunyi album ketika terjatuh di dalam koper dan ada yang di lantai. "Gua mau lo pergi dari rumah sekarang!" ujar Maclo membuat kaget.

Zizel menghentikan Maclo yang akan melepas frame besar bergambar 9 member dari dinding. "JAMKKANMAN!" pekik Zizel menjadikan dirinya sebagai pelindung dua frame dibelakang.

"Gua sekarang udah sadar alias udah terlepas dari pelet lo." Maclo menunjuk wajah Zizel penuh emosi.

Zizel pelanga-pelongo mendengar ocehan Maclo seperti gerbong kereta yang panjang sampai tak terlihat hilal ujungnya.

"Sekarang pelet lo udah nggak berfungsi buat ngendaliin gua, jadi silahkan pergi dari sini s-e-k-a-r-a-n-g. SEKARANG" teriak Maclo membuat Zizel menutup telinga.

"Emang gua salah apa sih?" bingung Zizel tak mengerti permasalahan mereka.

"Gua nggak bisa hidup sama cewek tukang halu, sinting, gila miring kayak lo." cecar Maclo menohok.

Zizel meletakkan es krim di nakas dan meletakkan kedua tangan di pinggang, mengangkat kepala angkuh. "Same. Lo pikir emangnya gua bisa hidup satu atap sama cowok psikopat alter ego kayak lo?" cetus Zizel tak kalah pedas.

"Apa? Psikopat alter ego?" Maclo memicingkan sebelah mata.

"Ya! Gua itu sering banget ngalah sama lo. Ngurus semua keperluan lo, beresin rumah seluas ini sendiri. Minta dicariin asisten lo selalu nolak. Ini gua yang dianggap babu atau lo yang nggak sanggup nyewa pembantu?!" unek-unek yang terpendam kini berpacu keluar.

Maclo terkekeh kecil melihat langit-langit kamar sebelum kembali menyorot manik Zizel. "Kalau gitu silahkan boyong semua pacar haluan lo keluar dari sini." Maclo merentangkan tangan.

"Suka sama yang nggak bisa digapai, lo susah emang mereka tau? Nggak." ledek Maclo.

"Kenapa harus gua yang pergi? Seharusnya lo yang minggat dari sini." serang balik Zizel tak mau kalah.

"Karena ini rumah jadi punya gua kalau lo milih pisah, kan ada di surat perjanjian yang bokap lo buat." Zizel masih mengingat jelas apa yang tertulis di dalamnya. "Jika bercerai, maka rumah dan isi-isinya akan jatuh kepada Zizel Archeva tanpa terkecuali." bangga Zizel.

Maclo masih tak percaya bokapnya membuat perjanjian seperti itu tanpa sepengetahuannya. "Ambil Zel! Lo pikir gua miskin kalau nggak sama lo? Strawberry mangga nanas, sorry gak panas." ejek Maclo.

Zizel sungguh merasakan kesal dengan ejekan barusan. "Nyenyenye... Asal lo tau Maclo Jecolyn Kanaka, selama beberapa bulan lebih nikah sama lo hidup gua sengsara dan gua bakal inget itu always dalam my life." gadis itu menepuk kuat dadanya seperti sang juara.

"SANA GET OUT!" Zizel menunjuk arah pintu.

Maclo menggaruk cepat rambutnya, "Bisa gila gua lama-lama dihadapin sama nih cewek." ringisan itu terdengar Zizel.

"Gila atau nggaknya lo bukan urusan gua, www." Zizel menjulurkan lidah meledak Maclo seperti ekspresi doyoung saat live.

"Mohon lo teliti lagi, emang tadi gua ngeluarin kata pisah?" Maclo berhasil menaikan posisi agar unggul.

"Tadi lo ngusir gua sama aja itu namanya ngajak pisah." ngotot Zizel ingin menang.

"Gua bakal ngasih rumah serta isi-sinya ke lo, tapi cuman berlaku saat gua beneran udahin pernikahan kita. Jadi sekarang lo aja dulu yang gladiresik minggat." Maclo tertawa jahat.

Zizel baru sadar kalau Maclo tak membahas soal perceraian, namun sekedar ingin mengusir.

"Dasar..."

"Dasar apa hah?!" teriak Maclo emosi.

"Cowok jelata!" balas Zizel langsung menendang tulang kering Maclo kemudian pergi begitu saja.

"ARTEFAK!" sentak Maclo.

"COWOK JELATA!" balas Zizel.

Maclo yang tinggal sendiri di kamar Zizel langsung melemparkan jam weker hingga pecah berserakan. Ia melampiaskan emosinya terhadap barang-barang di kamar ini karena tak tega menjadikan Zizel samsak.

"Untung lo Zizel, kalau cewek lain udah gua cekek lo." gumam Maclo.

~~~🦋~~~

Zizel akhirnya pergi ke rumah orang tuanya untuk mencari tempat yang bisa ditinggali beberapa hari. Sebenarnya jika pulang ke rumah orang tuanya bisa memperlebar masalah namun tak ada jalan lagi.

"ZIZEL KAMU KABUR APA DIUSIR?" kaget Indy ketika pulang arisan ibu-ibu sosialita mendapati Zizel tiduran di kamar.

Zizel yang menonton drakor di laptop dengan posisi tengkurap tak terima jika dirinya dibilang terusir langsung memukul kasur.

"Zizel udah angkat tangan sama kelakuan Maclo maaa... Jadi Zizel memutuskan untuk hengkang sementara." mantap Zizel mengangkat kedua tangan memperlihatkan ototnya setelah nikah dengan Maclo.

"Keren loh Zel... Semenjak nikah sama Maclo kamu jadi berotot gini kayak wanita perkasa. Ini baru anak papa Deon!" Indy memukul dada tak jauh beda seperti perangai Zizel.

"Zizel itu kuat seperti..."

"BANTENG!" Indy melanjutkan ucapan Zizel.

Indy mengangguk paham, karena jika dipikir-pikir Maclo dan Zizel itu tidak saling kenal sebelumnya, pasti Zizel belum nyaman dengan Maclo.

"Terus niatnya mau berapa lama kamu numpang disini?" kepo Indy ikut nebeng menonton drakor. 

"Kok numpang ma? Inikan rumah Zizel juga mama gimana sih." Zizel cemberut.

"Eh? Maksudnya nginep, sini tayang mama peyuk duluuu." Indy merentangkan tangan dan langsung dibalas Zizel.

"Zizel bingung... Kalau pulang ke rumah Maclo pasti Zizel di ketawain gara-gara balik lagi." Zizel kembali tengkurap di kasur menatap layar laptop tak bergairah.

Indy menggelengkan kepala, maklum ya namanya pasutri muda. Ini memang tak seharusnya di betulkan menikahi anak saat masa sekolah, namun apa boleh buat daripada putrinya yang cantik malah tak menyukai pria jadi gas saja waktu itu.

"Mama yakin Maclo itu nggak akan kuat sendiri di rumah gede kayak gitu tanpa sohib kayak kamu."

Zizel hanya mengangguk malas dan mencoba serius menonton. Namun dilihat secara iba oleh ibunya gadis itu menjadi risih.

"Mama kok bahagia gitu lihatin Zizel?"

"Ini sedih Zel bukan bahagia. Mama udah sebulan lebih nggak interaksi sama kamu. Jadi kalau boleh jujur mama ngerasa sedikit emosi dan kembali tekanan batin." ungkap Indy memaksa tersenyum.

Di lain tempat Maclo baru bangun tidur dan berniat menggoda Zizel yang pasti tengah nonton drakor di kamar. Namun saat membuka pintu kamar tersebut ia teringat jika Zizel sedang minggat.

"Lupa gua kalau tuh bocah lagi gladiresik." desis Maclo.

Hidupnya seketika kembali hitam-putih yaitu membosankan tak ada teman yang bisa dijahili.

Maclo akhirnya diri cukup lama di ruang tamu dan melihat foto pernikahan mereka. Zizel sungguh cantik meskipun polesan make-up itu hanya syarat dan tipis.

"Cantik banget sih lo Zel." setelah mengingat mereka tengah musuhan Maclo langsung mencibir, "BIASA AJA MAKSUD GUA!" ucap cowok itu langsung duduk.

Terlihat jam menunjukkan pukul 7 malam namun Zizel juga tak kunjung balik. Mengirim pesan saja tidak, ia ingin mengirim pesan namun nanti cewek itu dikira di sayang. Padahal emang.

"Terserah dia deh! Mau minggat kemana gak peduli! Paling bentar lagi balik tuh orang." Maclo menyalakan tv sesekali matanya melirik hp.

"Ck! Kalau sampai dia pergi ke rumah orang tuanya kelar udah gua!" Maclo mengambil kunci mobil dan bergegas ke rumah mertua.

Zizel dan orang tuanya baru selesai makan malam bersama. Saat melihat piring kotor Zizel reflek ikut mencucikan piring.

"Aduh non jangan, ini udah tugas bibi. Itu siapa tuh non, kayak mas Maclo." tunjuk satu orang asisten di rumah Zizel.

"Itu kembaran Maclo kali bi." acuh Zizel.

"Mas Maclo punya kembaran?" tanya asisten itu lagi.

"Nggak." jawab Zizel cepat.

"Lah? Itu berarti emang mas Maclo." asisten itu terlihat letih.

Zizel menoleh dan mengangguk baru sadar. Ia segera berjalan ke depan sambil mengigit es krim.

"Duduk Clo. Zel ada suami kamu nih." Deon menghimbau Zizel yang terlihat masih kesal.

"Ngapain kesini? Sana pulang nggak sopan bertamu malam-malam ke rumah orang." usir Zizel.

Zizel duduk di sofa bersebelahan dengan Maclo yang seperti menahan gejolak hati yang ingin menonjok Zizel.

"Zizel jangan gitu dong, ini rumah Maclo juga kan kita keluarga." Deon menegur putrinya yang berkata seakan-akan Maclo orang asing.

"Nggak apa-apa pa, Zizel mungkin bercanda." Maclo berusaha tersenyum.

Zizel melirik Maclo yang tiba-tiba mendadak sabar. "Tumben nggak ngegas? Biasanya full tank." ledek Zizel.

Maclo melihat Zizel sambil tersenyum. "Kapan aku ngegas sih? Jangan bercanda mulu dong sayang." Maclo merangkul bahu Zizel dan membisikkan sesuatu.

"Lo niat mau mancing emosi gua hah?!" bisik Maclo.

Zizel mendorong dada Maclo, "Dasar pencitraan!" kesal Zizel.

Deon bingung apa ada masalah diantara dua anak muda itu. "Zizel mending kamu tidur ajak Maclo ke kamar, besok sekolahkan?"

"Zizel masih libur, soalnya mau begadang buat namatin drakor dulu. Kalau udah tamat baru sekolah." putus Zizel berdiri.

"Kalau nggak tamat-tamat?" Indy melihat Zizel yang diam.

"Ya nggak sekolah-sekolah." sahut Zizel.

'Terus mau dapet ijazah darimana?"

"Download di google banyak."

"Mana ada kayak gitu sih Zel, sekolah itu lebih penting daripada drakor. Besok harus sekolah, Maclo sebelum tidur iket Zizel biar gak nonton drakor."

"Siap ma, aman." Maclo berdiri mengikuti Zizel.

"Oh iya ngomong-ngomong kamu udah apa-apain Zizel belum?" Indy penasaran soal itu.

"Maksudnya gimana ma?" bingung Maclo. Namun ketika melihat pergerakan tangan Indy yang seperti dua orang bertempur Maclo paham.

"Belum ma. Kita masih sekolah."

Indy memukul paha sendiri, "KOK BELUM SIH?! PADAHAL MAMA PENASARAN ZIZEL ITU NORMAL ATAU MENYIMPANG." kecewa Indy. Deon tertawa melihat wajah Zizel yang kebingungan tak paham.

"Mama nggak mau tau Clo pokoknya kamu harus apa-apain Zizel! Tenang aja kamar Zizel kedap suara kok. Ayo naik!" heboh Indy mengusir dua orang itu seperti mengusir ayam.

Maclo ternganga. Baru kali ini Maclo bertemu dengan ibu-ibu yang jalan pikirannya seperti ibu mertuanya. Apa jangan-jangan selama ini mertuanya yang menjembak Zizel satu kamar dengannya karena ingin memiliki menantu setampan dirinya? Bisa jadi.

Jangan lupa follow:
@exshaanns
@maclojenaka
@zizelarcheva

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

55.9K 4K 59
!!Awas Bengek!! "Ndre lo jelek!" "Jelek-jelek gini juga lo suka.." "Dih, pede!" "Dasar cewekk, gengsi nya digedein.. Gue cari istri baru aja dah!" "L...
8K 3.3K 50
Ini adalah kisah seorang gadis yang hidup penuh pengorbanan yang tak mudah, bahkan ia kerap kali jatuh dan terluka, tetapi ia dipaksa bangkit dan kua...
14.6M 1.4M 69
"Papaaaaa!!" Sontak mata Damares membulat sempurna saat gadis kecil itu meneriaki nama 'Papa' menatap mata mungil itu. Ranayya menjadi mengingat apa...
Our Destiny [END] Par sherly putri

Roman pour Adolescents

3.2M 518K 63
Nemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat t...