MACLO [ SEGERA TERBIT ]

By macemelow

2.3M 297K 27.9K

"Zizel ini kenapa lo ninggalin celana dalam gua? kenapa nggak sekalian lo cuci!" cecar Maclo memperlihatkan c... More

{ MACLO 1 }
CAST
{ MACLO 2 }
{ MACLO 3 }
{ MACLO 4 }
{ MACLO 5 }
{ MACLO 6 }
{ MACLO 7 }
{ MACLO 8 }
{ MACLO 9 }
{ MACLO 10 }
{ MACLO 11 }
{ MACLO 12 }
{ MACLO 13 }
{ MACLO 14 }
{ MACLO 15 }
{ MACLO 16 }
{ MACLO 17 }
{ MACLO 18 }
{ MACLO 19 }
{ MACLO 20 }
{ MACLO 21 }
{ MACLO 22 }
{ MACLO 23 }
{ MACLO 25 }
{ MACLO 26 }
{ MACLO 27 }
{ MACLO 28 }
{ MACLO 29 }
{ MACLO 30 }
{ MACLO 31 }
{ MACLO 32 }
{ MACLO 33 }
{ MACLO 34 }
{ MACLO 35 }
{ MACLO 36 }
{ MACLO 37 }
{ MACLO 38 }
{ MACLO 39 }
{ MACLO 40 }
{ MACLO 41 }
{ MACLO 42 }
{ MACLO 43 }
{ MACLO 44 }
{ MACLO 45 }
{ MACLO 46 }
{ MACLO 47 }
{ MACLO 48 }
{ MACLO 49 }
{ MACLO 50 }
{ MACLO 51 }
{ MACLO 52 }
{ MACLO 53 }
{ MACLO 54 }
{ MACLO 55 }
INFO
MACLO TERBIT???
OPEN PRE-ORDER MACLO

{ MACLO 24 }

31.6K 4.4K 354
By macemelow

Notes: Jangan lupa vote dan komen yang banyak yaaa. Tengkyuuu.



Seharian ini Maclo tak bertemu Zizel di rumah maupun sekolah. Tadi pagi ia bangun cukup telat dan mengira Zizel sudah duluan karena ketika ia turun sudah tersedia roti dan susu.

"Diem aja lo Clo, sini cerita anak papa." Mahesa menarik bahu lebar Maclo.

"Halu lo ketinggian pengen punya anak seganteng gua." sungut Maclo menggeser Mahesa.

"Lebih ganteng jagoan gua nanti daripada lo! indah banget keluarga kecil gua nanti." Mahesa mulai menghayal masa depan.

Zayyan masuk bersama Nathan setelah menemani Algis menggoda pak Cireng agar diijinkan beli cireng di luar sekolah.

"CIRENG TIME GIRLS! WOOWOWOOO." sorak Zayyan seperti tarzan dan meletakkan se-plastik cireng di atas meja.

"Girls? Lo aja kali kita semua mah boys." damprat Mahesa mencomot cireng bentuk love.

"Ngapa lo Clo?" Nathan menyuapi Maclo.

"PILIH KASIH LO SEMUA YE! DASAR TEMAN PENGKHIANAT." amuk Zayyan mengejutkan mereka.

"Berisik lo monyet!" sembur Maclo menggeplak perut Zayyan yang berdiri di belakangnya.

"Lagian lo! Giliran di suapin yang lain mau pas gua suapin jual mahal. Fake friend, i don't like you." Zayyan memutar matanya sinis.

"Sadar juga akhirnya. Gua sebenarnya udah males nampung lo lama-lama, mumpung udah tau diri mending out sana cari temen baru yang mau nampung." hardik Maclo sedang tidak ingin dikomen.

"Omongan lo nyelekit bener. Muka ganteng tapi mulut cantik, kayak emak-emak gosip." balas Zayyan tak akan mau ngalah jika berhadapan dengan Maclo.

"Eh iya Clo, tadi gua iseng mampir ke kelas pacar gua terus katanya Zizel nggak masuk."

"Pacar lo siapa?" Maclo sudah mulai curiga.

"ZIZEL!" jawab tiga cowok jomblo itu serempak.

Mahesa menggelengkan kepala, "Lo bertiga berani bener ngapelin cewek atlit taekwondo sekaligus kapten futsal. Dipatahin tuh tulang terus ditendang kayak bola nanges lo."

Maclo terdiam ia langsung mengeluarkan hp dan menghubungi Zizel namun handphonenya tak aktif.

Maclo berjalan keluar kelas begitu saja. Sampai keempat kawannya bertanya-tanya apa yang membuat Maclo sampai mabal dadakan.

"Dia kenapa dah?" bingung Mahesa.

"Mungkin ada banyak orderan yang mau booking dia. Secara badan dia cocok jadi aktor film plus-plus." asal Zayyan bicara tanpa disaring.

"ISTIGHFAR SENDIRIAN COBA." suruh Nathan.

Zayyan mengangguk paham. "Mahe istighfar." oper cowok itu.

Mahesa menelan cireng pahit-pahit. "Gua non-mus. Kayaknya besok gua harus pakai kalung deh biar lo inget kita beda agama." capek Mahesa.

"Tapi biasanya juga lo ikutan Mahe. Waktu itu aja lo ikut bukber selama bulan puasa padahal lo nggak puasa." celetuk Algis polos.

"Itu gua khilaf. Soal bukber ya mumpung makan-makan apalagi di traktir Maclo ya gaskeunnn!" Mahesa menaik turunkan alisnya.

Maclo tiba di rumah dan langsung naik ke kamar Zizel, terlihat gadisnya tertidur dibalik selimut tebal. Ia mencoba membangunkan Zizel.

Maclo meletakkan tangan di kening namun Zizel menepis kasar sampai Maclo melihat tangannya merah.

"Zel bangun dulu, ayo ke klinik badan lo panas heh!" omel Maclo.

Zizel menggeleng dan menarik selimut menutupi sampai leher. "Lo ngapain pulang?" tanya Zizel dengan mata terpejam.

"Gua kepikiran lo." jujur Maclo.

"Bukannya kata lo, gua nggak berarti apa-apa." Zizel mengulang ucapan Maclo semalam.

"Gua masih punya hati! Emangnya lo gandengan sama cowok lain nggak mikirin gua." omel Maclo kelepasan.

"Gua jauh lebih punya hati. Gua gak pernah tuh ngatain lo pakai kata-kata kasar.... gua selalu bisa maafin lo... setiap bikin salah." ucap Zizel terengah-engah karena badannya kurang sehat.

Ia tak punya banyak tenaga meladeni dan menerima omelan Maclo saat ini. Maclo keluar dari kamar Zizel untuk mengambil handuk dan baskom kecil.

"Zel coba tidurnya jangan miring gua mau ngompres lo." Maclo duduk di tepi kasur membalikkan posisi Zizel agar terlentang.

"Gua nggak mau pakai itu soalnya tidur gua cuman lurus doang jadinya." komen Zizel.

"Terus lo mau pakai apa? Aaa... Gini aja gimana kalau nih handuk gua kasih double tape biar nempel di jidat lo sekali mencairkan pikiran lo." saran Maclo gemes.

"Capek ngomong sama orang yang beda zaman." Zizel bersembunyi dibalik selimut.

"Terus mau pakai apa Zizel Archeva Kanaka?!" gereget Maclo menarik turun selimut.

"Di meja belajar gua ada kompres yang langsung tempel."

Maclo segera mencari dimana tempatnya. Ia salah fokus ke sebuah notebook berukuran kecil, ia menoleh kebelakang sejenak dan langsung membuka isi buku itu.

Disitu terdapat beberapa menu masakan serta bahan dan cara pengolahannya. Dan ia melihat kalimat paling bawah.

"BELAJAR MASAK BIAR MACLO SENENG...! FIGHTING."

Yaampun Zel, lo bikin gua jadi kelihatan jahat banget disaat gua kira lo nggak ada inisiatif buat nyenengin gua. Maclo menutup kembali buku itu.

"Kok lama? Ketemu nggak Clo apa udah pindah kampung ya kompres-nya?"

"Udah ketemu." Maclo kembali duduk dan menempelkan kompresan untuk anak-anak di kening Zizel.

Maclo menatap iba Zizel yang wajahnya memerah karena suhu badan gadis itu cukup panas. "Gua telpon nyok-"

Zizel membuka perlahan matanya dan menggeleng. "Jangan... Macem-macem Clo. Gua nggak mau dicekokin obat." larang Zizel.

"Terus mau gimana?"

"Kalau obatnya dicekokin gua gapapa, pasti jadi tambah manis." Zizel memiringkan badan.

"Gua buatin bubur ya? Lo udah makan bel-"

"Udah makan es krim tad-"

"ZEL! ASTAGHFIRULLAH GUA BINGUNG HARUS NAHAN MARAH LEWAT JALUR MANA. DIKELUARIN BIKIN LO SEDIH GUA TAHAN MALAH GUA YANG SEDIH." Maclo kembali mengeluh.

"Gapapa. Gua udah upgrade mental kok, jangan ditahan Clo gua tau kalau gua ngeselin makanya selama ini gak pernah mau cari pacar karena takut mereka malu punya cewek nyusahin kayak gua." Zizel sadar kekurangannya.

"Lo lagi merendah buat meroket?"

"Gua gak ada niatan naik roket, soalnya nggak tau jalur ke tata surya lewat tol mana." Zizel mengigil merasa tangannya dingin.

"Udah stop pamer kebodohan lo, gua takut khilaf terus nonjok lo." Maclo berdiri hendak membuatkan bubur.

Zizel menahan tangan Maclo. "Lo makan dulu, gua tadi sempet masak seadanya sebelum terkapar. Tapi kalau nggak enak jangan dimakan biar gua aja yang makan." setelah mengatakan itu Zizel kembali berlindung dibawah selimut tebal.

"Kalau udah tau nggak enak ngapain lo makan?" geram Maclo.

"Itu satu... Satunya... Cara buat gua ngehargain diri sendiri disaat... Orang-orang gak bisa ngehargai gua." balas Zizel terengah-engah.

"Lo coba ngomongnya yang bener jangan kayak orang sekarat heh." khawatir Maclo.

Bagaimana tidak khawatir, Zizel yang biasanya ngomong tak nyambung kini mendadak bijak membuatnya takut.

"Gua agak rada nyesek gara-gara..." Zizel menghela napas.

Maclo langsung duduk kembali, "Gara-gara apa? Kita ke dokter ya Zel, gua nggak mau jadi duda tanpa anak minimal anak satu. Biar jadi hot daddy." Maclo menyibak selimut Zizel.

"Gara-gara Album gua lo rusak. Sana makan gua mau nangis jangan dilihatin nanti air matanya gak berani keluar." Zizel menggulung diri dengan selimut.

"Serah lo monyet!" Maclo menendang tempat tidur Zizel.

"Kalau gua monyet lo juga monyet. Karena nggak ada manusia yang mau nikah sama monyet." balas Zizel dari dalam selimut.

"Kayaknya gua harus beli balsem."

"Buat apa?" bingung Zizel.

"Buat ngurangin rasa nyeri di hati yang keseleo karena salah berharap sama lo."

Maclo langsung berlalu keluar untuk membuatkan Zizel bubur. Sekilas ia membuka pemanas makanan dan melihat omelet kornet serta nugget.

"Makan ginian mulu bisa kering tenggorokan gua." seperkian detik, "Eh? Astaghfirullah gua seharusnya hargain dia yang mau belajar masak demi buat gua seneng." Maclo akhirnya mencomot nugget sambil mengaduk bubur.

~~~🦋~~~

Zizel terjaga ketika hari sudah menjelang malam dan kamarnya masih gelap. Tidurnya cukup pulas setelah mendapatkan kompres tempel di kening, ia memiringkan badan dan melihat Maclo duduk di lantai dengan kepala di tidurkan di kasur.

Wajah Maclo saat tidur lebih tenang, berbeda saat cowok itu terjaga. Auranya menjadi seperti kingkong blasteran reog.

"Maclo lo kok kayak cowok sih? Ganteng kalau tidur." pikir Zizel mengusap rambut Maclo.

Hp Maclo berdering dan menyebabkan pemiliknya terjaga. "Ada yang nelpon Clo." beritahu Zizel tak ada rasa kaget karena ketahuan memperhatikan muka bantal Maclo.

Maclo mengangkat panggilan dan berdecak kesal kala disuruh pergi kerkom ke apartement Nathan. Ia tak tega membiarkan Zizel di rumah sendiri saat demam seperti ini.

"Nanti gua shareloc. Bacot lo monyet!"

Tuttt... Tutt

"Siapa Clo?" Zizel bertanya seperti sedia kala, terlihat tak memiliki dendam atau benci ke Maclo.

"Nathan." jawab Maclo menempelkan punggung tangan di kening Zizel. "Syukur panas lo udah turun." lega Maclo.

"Lo ganteng banget habis bangun tidur, gua suka." puji Zizel tanpa rasa malu.

"Suka apa?" tanya Maclo dengan suara serak habis bangun tidur dan masih duduk di lantai melihat Zizel dari bawah.

"Maclo jangan duduk di lantai gua jadi nggak sopan. Sini naik aja, atau gua yang ikutan duduk di bawah?" Zizel mencoba turun namun Maclo menahan.

Maclo langsung naik ke kasur Zizel. "Makan yuk, lo tidur pules banget gua gak tega banguninnya tadi." Maclo menghapus keringat di kening Zizel.

"Nggak maukkk!" Zizel menggeleng dan mengerucutkan bibir. "Pahit lidah gua." lanjut gadis itu melengkungkan bibir kebawah.

Ini dia nyerang titik lemah gua pas banget. Minta disayang apa gimana sih? Yarob pertahankan tameng hamba agar tak tergoda. Maclo menahan gemas.

"Apa lo nggak marah atau benci sama gua gara-gara omongan gua semalem? Cobain katain gua brengsek atau bajingan biar kita impas." Maclo merasa kebanting jika dengan Zizel.

"Gua males marahan soalnya takut nyaman ntar malah gak mau baikan. Lagian buat apa ngatain lo gitu? Toh semua orang udah tau tanpa gua katain."

Zizel memegang perutnya yang bergemuruh karena lapar. "Maclo perut gua laper tapi lidah gua pahit." adu Zizel.

"Bentar Zel gua lagi marah." ucap Maclo mati-matian menahan emosi setelah mendengar ucapan Zizel tadi.

Zizel menurut saja ketika disuruh tunggu. Ia kembali melihat wajah Maclo yang merah padam dengan urat leher tercetak.

"Lo udah makan?" tanya Zizel ketika Maclo menghela napas.

"Udah. Lo punya tenaga buat turun tanggakan?" pastikan Maclo.

"Kalau gua capek nanti gua gelinding aja gapapa." sahut Zizel selalu di luar batas wajar.

Baru saja berdiri gadis berpiyama beruang itu langsung nyungsep di lantai karena kakinya terlilit selimut.

"Makin gesrek dah otaknya." letih Maclo akhirnya menggendong Zizel menuruni anak tangga.

Zizel mengalungkan tangan di leher Maclo, "Maclo lo beneran suka sama gua emangnya?"

"Iya gua suka sama lo. Kenapa emangnya nggak seneng? Mau by one kita? Tapi kalau ada yang kalah harus jadian ya." Maclo menunduk melihat Zizel yang ngebug.

"Tapi setiap perlombaan itu ada menang sama kalah Clo. Nggak mungkin dua-duanya menang." Zizel didudukan Maclo di sofa.

"Kita main harus adil Zel biar nggak ada yang terlukai. Gimana mau nggak?" Maclo kembali membawa bubur di panci kecil serta menenteng plastik.

"Banyak banget mana habis..." sedih Zizel.

"Siapa yang nyuruh habisin? Makan sekuat lo aja. Gua males mindahin ke mangkok makanya disitu." Maclo menguncir rambut Zizel.

"Plastiknya gede banget, itu apa?" bingung Zizel.

"Buat lo." Maclo duduk melihat Zizel kebingungan sambil membuka plastik.

"MACLOOO!" pekik Zizel terkejut.

"Nggak usah teriak." malas Maclo.

"Gua terkamcagiya lo beliin ini. waktu itu boneka, sekarang photocard official Nct sama boxset Exo." Zizel segera unboxing isi boxset itu.

Maclo mengamati wajah bahagia Zizel yang membuka kotak tersebut. "OMGGG! DAEBAK PERASAAN GUA SEKARANG LEMAH, LETIH, LESU, GELINDING SAMPAI KEDUBRAK SETELAH LIHAT TUAN MUDA OH PIYAK." Zizel pura-pura pingsan dan menjadikan dada Maclo sandaran.

"Lebay! Cakepan juga gua daripada mereka semua." panas Maclo.

Zizel menoleh lalu menyentil jakun Maclo kuat, "Denger ya Clo, seganteng apapun lo kalau berani ngatain bias gua lo lebih jelek dari monyet!" ungkap Zizel.

"Sialan juga mulut lo" maki Maclo.

"Ya lagian lo mulai duluan!" marah Zizel.

"Ya lo juga alay banget lihat polaroid gitu aja heb-"

"MACLO AH! INI BUKAN POLAROID TAU NGGAK!" Zizel bisa marah jika idolnya disenggol.

"LEBAY LO, DOSA MARAHIN SUAMI. LO MAU MASUK NERAKA? TERIMAKASIH AJA NGGAK KE GUA."

"Makacihhh sayang." andalan Zizel untuk menghentikan ocehan Maclo.

Terbukti Maclo diam seribu bahasa kala dipanggil seperti itu. Tak mau salah tingkah sendirian Maclo menarik pinggang Zizel hingga mereka sangat dekat.

"Gua mau minta sesuatu boleh?" Maclo menatap intens mata bulat Zizel.

Zizel berpikir sejenak lalu mengangguk santai tanpa beban. "Balas perasaan gua. Lo harus jatuh cinta sama gua, gua maksa!" Maclo memperhatikan setiap inci wajah Zizel.

"Gimana gua mau jatuh cinta sama lo kalau setiap hari dijadiin babu, terus disalahin mulu." ungkap Zizel. "Gua bakal nyoba suka asal lo mau nyari pembantu buat beresin rumah." Zizel tak sanggup setiap hari mengurus rumah mewah ini.

"Gua udah punya babu ngapain lagi cari babu."

Zizel berdecak kesal dan menyumpal mulut Maclo dengan plastik besar tadi. Lalu menciumi photocard official tersebut serta puluhan cowok tampan yang diciptakan tuhan untuk ia pakai berhalu.

"Maclo main yukkk!" sorak Mahesa.

Zizel melihat Maclo yang nampak santai. Cowok itu berdiri dengan senyuman licik membukakan pintu.

"GILA CLO! RUMAH LO BAGUS BENER BUAT NYEW---ZIZEL?!" keget empat cowok ganteng itu.

"Duduk, anggap aja numpang." Maclo mempersilahkan keempat cowok yang kebingungan itu.

"APA? NIKAH!" histeris mereka setelah Maclo menceritakan kebenarannya.

"OKE! MULAI DETIK INI ZIZEL NAIK PANGKAT JADI ISTRI KITA." Zayyan memukul meja.

"Lo bisa diem kagak!" amuk Maclo.

"DIAMMMM...! GUA MAU DOA." Algis mengangkat tangan tinggi.

"YA ALLAH TOLONG JADIKAN ZIZEL ISTRI KU. KALAUPUN BUKAN ZIZEL HARUS DIA POKOKNYA, AKU MAKSA AAMIN..." doa Algis menggema.

"AAMIIN..." sahut dua orang jomblo itu.

"Aamiin..." Zizel ikut mengaamini dengan mulut terisi sendok lalu dua tangan mengusap wajah.

"Lo ngapain bilang aamin juga! Kayaknya besok-besok gua harus beli bohlam deh..." ringis Maclo.

"Emang rumah kita ada yang rusak lampunya?" tanya Zizel melihat Maclo yang sinis.

"Buat nerangin otak lo yang gelap!" sembur Maclo.

"Maclo itu jahat Zel mending sama gua." Nathan mengulurkan tangan.

"Gua emosian loh bangsat!" Maclo malah tak sengaja menendang kaki Zayyan.

"Anjrit! Gua diem padahal." umpat Zayyan selalu teraniaya.

Jangan lupa follow:
@exshaanns
@maclojenaka
@zizelarcheva

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
2M 128K 50
"Afka sampai kapan aku harus nunggu?" "Afka sampai kapan aku jatuh cinta sepihak?" "Afka apa aku salah karena udah suka kamu?" "Maaf aku udah cint...
56K 4K 59
!!Awas Bengek!! "Ndre lo jelek!" "Jelek-jelek gini juga lo suka.." "Dih, pede!" "Dasar cewekk, gengsi nya digedein.. Gue cari istri baru aja dah!" "L...
3.2M 159K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...