Bertaut [END]

由 GalaxySastars

418K 19.9K 330

Isha dan Arsen adalah paket komplit yang saling melengkapi. Isha banyak bicara, sedangkan Arsen tidak memili... 更多

Prolog
Cast & Trailer
1. Permen mint
2. Dia gatel, jadi pengen garukin
3. Produk Baru
4. Seleksi OSN
5. Jadian
6. Sakit
7. Sampah yang tidak tahu diri
8. Berangkat OSN
9. Jangan pernah tinggalin gue
10. Arsen nggak ada akhlak
11. Cubitan maut Isha
12. Yakin kuliah?
13. Jangan senyum
14. Omelan Isha
15. Laki-laki paling hebat
16. Les SBMPTN
17. Lipstik
18. Mimpi buruk
20. Luangin waktu lo
21. Terlihat sempurna
22. Lo aman sama gue
23. Gue nggak suka!
24. Sebelum semakin menjauh
25. Frustasi
26. Tentang perasaan
27. Dibalik wajah polosnya
28. Meledak
29. Boleh peluk?
30. Posesif
31. Reuni
32. Strawberry campur cola
33. Parfum siapa?
34. Penjelasan
Epilog
Info
Trust Issue

19. Hadiah

7K 405 5
由 GalaxySastars

"Arsen, gue-"

"Sha, gue masih ribet ini. Nanti ya telfonnya" ucap Arsen menyela ucapan Isha.

"Tapi Sen, gue ma-"

Sebelum Isha menyelesaikan ucapannya, Arsen sudah mematikan telfonnya terlebih dahulu. Isha memeluk gulingnya dan kembali menangis.

Ia takut, takut jika yang selama ini ia perjuangkan tidak tercapai. Ia hanya ingin kuliah dari hasil usahanya sendiri.

Isha, sangat benci dengan kegagalan. Ia benci jika apa yang diusahakan mati-matian di tumbangkan.

Karena terus menangis, Isha akhirnya tertidur masih lengkap dengan seragam sekolahnya.

***

Pagi ini Isha disambut oleh cuaca yang sangat cerah, bahkan matahari terasa terlalu semangat memancarkan sinarnya ke bumi. Sehingga sinarnya terasa begitu menyengat di kulit.

Seperti biasa, Isha masih membantu ibunya menyiapkan sarapan kemudian berangkat bersama dengan Arsen. Semuanya berjalan seperti biasa.

"Kak, kamu mau bantuin abang kan? Tabungan ibu kalau digabung sama tabunganmu, udah cukup untuk nutup itu. Boleh ya sayang?" tutur ibunya Isha dengan wajah penuh harap.

Isha menghela nafasnya, kemudian menganggukkan kepalanya, "Lagipula nggak ada pilihan untuk nolak kan bu?" sahut Isha sembari berjalan menuju kamarnya.

Setelah mengambil barang yang ia butuhkan, Isha segera keluar dari kamarnya dan memberikannya kepada ibunya, "Ini buku tabungan sama ATM punya Isha bu"

"Lo serius segampang itu ngasih ke gue, Sha?" tanya Vano.

"Nggak gampang juga sama aja kan hasilnya bang? Emang kalau gue nggak ngasih, lo bisa ngumpulin uang lima puluh juta dalam beberapa bulan?" ucap Isha dengan datar.

Sedangkan Vano hanya diam saja. Tak merespon ucapan pedas yang keluar dari mulut adik perempuannya itu.

Lagipula yang dikatakan Isha memang benar.

"Ini ada apa sih?" tanya Farel yang tampak sudah menyelesaikan sarapannya.

Isha menatap Farel, "Tanya ibu sama abang. Yang pasti, mulai sekarang lo harus hemat" sahut Isha kemudian berjalan keluar dari rumahnya. Arsen sudah menunggunya di depan rumah.

Sepanjang perjalanan berangkat sekolah, Isha sama sekali tidak membuka suara sama sekali. Arsen yang tidak tahu apa-apa jelas bingung dengan Isha pagi ini.

Biasanya, ada kejadian apapun selama di jalan, Isha akan mengomentarinya. Namun hari ini, Isha benar-benar diam.

"Lo kenapa?" tanya Arsen.

"Nggak papa" sahut Isha.

"Beneran?" tanya Arsen lagi.

Isha menganggukkan kepalanya, "Iya"

***

Bel istirahat berbunyi, tepat setelah guru keluar dari kelasnya, Isha meletakkan kepalanya ke meja. Antusiasnya untuk belajar kini benar-benar hilang. Jangankan untuk belajar, untuk banyak bicara saja hilang.

"Lo kenapa sih?" tanya Arsen dengan heran.

"Nggak kenapa-napa"

"Lagi kedatangan tamu bulanan?"

"Nggak"

"Terus kenapa, Isha?"

"Kalau gue bilang nggak papa, ya nggak papa" sahut Isha dengan sewot.

Bukan Isha tidak mau menceritakan masalahnya kepada Arsen, Isha sudah hilang minat untuk membicarakannya. Lagipula, kemarin saat Isha butuh telinga untuk mendengarkannya, Arsen justru sibuk.

"Isha, ayo ke kantin" ajak Nada sembari memeluk Isha yang sedang menyandarkan kepalanya itu.

Isha menggelengkan kepalanya, "Gue lagi nggak mood ke kantin"

"Ayolah, nanti lo sakit lagi. Gue sedih kalau lo sakit, ini aja masih pucat" bujuk Nada.

Isha lagi-lagi menggelengkan kepalanya.

"Isha, ayo" ucap Hanna sembari duduk di kursi Arsen. Si pemilik kursi itu diminta untuk pergi oleh Hanna sebelum ia duduk.

"Nggak Han, kalian aja" sahut Isha.

Hanna menatap Nada sembari menganggukkan kepalanya dengan mantap. Keduanya tersenyum kemudian menggandeng kedua tangan Isha dan segera mengangkat tubuh Isha.

"Astaga kalian ini ya" ucap Isha sembari sedikit tertawa.

"Lagian sok-sokan nggak mau ke kantin, nggak betah laper juga" cibir Hanna.

Senyum Isha tampak sedikit melebar, "Kalian emang paling bisa ya" ujar Isha sembari berjalan mengikuti langkah Hanna dan Nada, namun sama sekali tidak melepas gandengannya.

"Emang tingkah mereka bertiga bener-bener ajaib" celetuk Gavin sembari mengikuti langkah tiga gadis yang sudah berjalan menuju kantin itu.

"Yes, impressif. Sungguh penemuan baru dalam kehidupan dunia" sahut Faisal dengan nada seperti dalam kartun spongebob.

"Gila lo" cibir Gavin.

"Aku gila karenamu, mas" ucap Faisal dengan ekspresi lenjeh.

Isha, Arsen, Hanna, Nada, Faisal dan Gavin duduk di tempat mereka biasanya di kantin. Sedang asik makan sembari berbincang, tiba-tiba ada dua orang perempuan mendekati mereka.

"Kita boleh gabung?" tanya Lyra.

Ya, dua perempuan itu adalah Lyra dan Wanda.

"Iya boleh" sahut Arsen. Lyra segera duduk di samping Arsen dan Wanda di sampingnya.

Hanna mengerutkan keningnya, "Lo kesambet apa Sen?" tanya Hanna.

"Nggak kesambet apa-apa" sahut Arsen.

Nada menggelengkan kepalanya, "Ada apaan sih ini sebenernya, heran gue" timpal Nada.

"Udah sih biarin aja. Lagipula ini kan tempat umum, semua bisa duduk dimana aja" kata Isha. Kemudian di jawab anggukkan oleh Arsen tanda setuju.

Mereka kemudian fokus pada makanannya masing-masing. Kecuali Wanda, ia sibuk menatap lelaki yang duduk di depannya, tepat di depannya.

"Lo ngapain sih lihatin gue kayak gitu" ucap Gavin.

"Nggak papa. Kata lo kan gue nggak boleh berisik, jadi gue lihatin aja. Kan yang penting nggak berisik dan ganggu lo" sahut Wanda sembari bertopang dagu menatap Gavin.

Gavin tampak berdehem, Isha yang tak sengaja menatap Gavin seperti menangkap ekspresi aneh dari Gavin.

Bukannya kesal, Gavin seperti tidak nyaman karena malu? Seolah dehemannya itu bukan karena kesal namun menetralkan ekspresi malunya.

Isha kemudian beralih menatap Hanna, Hanna saat ini sama sepertinya, sedang menatap Gavin. Ekspresi Hanna seperti heran sembari menggelengkan kepalanya.

"Ada apa sih sama temen-temen gue?" batin Isha.

Namun, ia segera menggelengkan kepalanya dan kembali fokus pada makanannya.

"Nggak usah dipikirin Sha, gue tau kok yang lo pikirin" bisik Nada

"Lo sadar?"

Nada menganggukkan kepalanya, kemudian melirik kearah Faisal, "Tuh lihat, biarin aja mereka sibuk diem-diem saling lirik. Sama-sama bego nggak mau jujur sama isi hatinya" bisik Nada lagi, sedangkan Isha hanya menggelengkan kepalanya heran.

Kehadiran teman-temannya ini benar-benar membuat Isha bisa sejenak melupakan permasalahan yang ada di rumah.

Sejenak, Isha bisa sedikit rileks dan melepaskan sedikit tekanan yang ia rasakan.

***

Sudah beberapa hari, Arsen sangat disibukkan dengan kegiatannya dengan anak-anak komunitas. Baik di galeri ataupun di studio foto.

Awalnya Arsen hanya ingin fokus untuk foto di alam, namun beberapa seniornya memintanya untuk belajar lebih banyak lagi di studio. Kesempatannya sangat besar, apalagi studio milik Pak Heru merupakan studio yang besar.

Sayang jika tidak digunakan untuk belajar dengan baik. Begitu kata seniornya.

Lagipula, Arsen beberapa kali mendapat job yang menghasilkan uang secara kontan karena hasil memfoto di studio.

Sejak sore hingga malam hari ini, Arsen kembali ke studio karena ada job yang harus dia kerjakan. Beberapa model silih berganti, hingga saat malam menyapa, Lyra terlihat masuk kedalam studio lengkap dengan baju dan make up seperti biasanya.

"Udah dari tadi?" tanya Lyra kepada Arsen yang sedang duduk karena bergantian istirahat dengan temannya.

Arsen menganggukkan kepalanya, "Lumayan"

"Yang fotoin gue siapa? Lo kan?"

"Iya, sama Bang Alex juga" sahut Arsen. Lyra tampak tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya dengan antusias.

Sekadar informasi, Alex adalah ketua komunitas yang diikuti oleh Arsen.

Pak Heru masuk kedalam studio dengan senyum lebar khasnya. Beberapa model dan fotografer juga tampak tersenyum dan menunduk menyapa kedatangan Pak Heru.

"Oke ayo dimulai, Lyra udah siap?" tanya Pak Heru kepada anak gadisnya itu.

Lyra menganggukkan kepalanya. "Sudah Yah"

Arsen yang sebelumnya masih meminum kopinya segera kembali ke set untuk bersiap-siap. Beberapa model yang sudah selesai pekerjaannya sudah pulang, menyisakan beberapa anak komunitasnya saja dengan Pak Heru dan tentu saja Lyra.

Lyra berhasil mengambil pose untuk beberapa brand yang ingin menggunakan dia untuk dijadikan model. Namun, untuk brand terakhir.

"Lyra, kamu senyumnya lebih lebar lagi" ucap Alex, Lyra segera mengikuti instruksi dari Alex itu, "Oke tahan" ucap Alex, kemudian mulai memfoto Lyra.

"Lyra!" teriak Pak Heru ketika Lyra tidak segera mengganti posenya.

"Iya yah?" sahut Lyra dengan lirih.

"Harus berapa kali dibilangin? Kalau sudah berhasil satu pose, langsung pindah ke pose selanjutnya" ucap Pak Heru dengan suara kerasnya.

"Maaf yah" sahut Lyra kemudian kembali mengganti posenya.

Percayalah, Lyra benar-benar bisa langsung mengubah raut wajahnya yang semula takut menatap ayahnya, kini jadi tersenyum sesuai dengan instruksi.

Padahal jika dibandingkan dengan beberapa model muda sebelumnya, Lyra termasuk yang sudah bisa bagus mengatur posisi tubuh dan raut wajah.

Setelah selesai pemotretan, beberapa anggota komunitas kembali duduk di meja yang berisi makanan dan minuman yang disediakan untuk mereka, tentu dengan Arsen juga.

Alex tampak menepuk pundak Lyra dengan perlahan, "Good job, kerja lo udah makin bagus kok sekarang" ucap Alex.

Sedangkan Lyra hanya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Sedangkan Alex segera menuju meja istirahat dan berkumpul dengan anggotanya yang lain.

Pak Heru yang sebelumnya melakukan cek studio, kemudian tampak kembali memasuki ruangan. Ia melihat anaknya sedang menyisir rambutnya dan berniat untuk mengganti bajunya.

"Lyra" panggil Pak Heru.

"Iya yah"

"Ayah nggak mau lihat kamu salah lagi, kalau nggak niat jadi model, nggak usah sok-sokan punya cita-cita jadi model. Modelling dan seni fotografi bukan untuk orang-orang yang malas" ucap Pak Heru sembari menatap Lyra dengan dingin.

Sangat dingin, bahkan Arsen yang diam-diam memperhatikan percakapan ayah dan anak tersebut merasa iba. Arsen juga pernah ada di posisi Lyra.

"Lyra udah berusaha semaksimal mungkin Yah, kedepannya akan lebih baik"

"Kalau sudah maksimal, buat lebih lagi. Maksimal saja tidak cukup, Lyra. Standar disini sudah bukan maksimal lagi" ucap Pak Heru, kemudian berjalan meninggalkan Lyra.

Pak Heru menyapa beberapa fotografer yang masih disana, kemudian berpamitan untuk pulang. Tanpa mengajak Lyra untuk pulang bersama.

Diam-diam, mata Arsen masih menatap Lyra yang hanya menunduk sembari menggunakan jaketnya. Tampak beberapa kali Lyra mengusap air matanya.

Arsen kemudian mendekati gadis itu, kemudian menepuk pundaknya perlahan. "Semangat, lo pasti bisa" tutur Arsen.

Lyra yang sebelumnya menunduk, kemudian menatap Arsen dengan raut wajah kagetnya "I-iya Sen, makasih" sahut Lyra.

"Pulang bareng papi?" tanya Arsen. Lyra menggelengkan kepalanya.

"Ayo gue anterin"

"Serius?" tanya Lyra dengan raut wajah ragunya, dibalas anggukkan mantap dari Arsen.

Gadis itu, tampak tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya dengan antusias. "Ayo, makasih banyak ya Arsen"

Arsen menganggukkan kepalanya, kemudian mengambil beberapa barangnya dan segera keluar studio bersama dengan Lyra yang ikut berjalan disampingnya.

"Lo nganterin gue pulang, karena kasihan ya? Nggak seharusnya gue ngerepotin lo" ucap Lyra. Arsen menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa?"

"Hadiah, karena lo udah kerja bagus hari ini" sahut Arsen sembari berjalan menuju parkiran motornya.

Percayalah, jantung Lyra rasanya ingin loncat-loncat karena perlakuan sederhana dari Arsen itu. Seakan, ia bisa lupa jika sebelumnya sudah dimaki-maki dengan ucapan pedas dari ayahnya.
__________________________________________

Aku nggak pernah bosen bilang makasih buat semua yang udah baca sampai bab ini. Makasih banyak.

Jangan lupa tinggalin jejak dengan vite dan komen yaa? Biar aku makin semangat.

Mungkin segitu dulu dari aku,

Galaxy Sastars

繼續閱讀

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN 由 aLa

青少年小說

2.1M 115K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
14.2K 1K 53
Menceritakan tentang kehidupan remaja, yang harus berjuang demi cinta dan cita-citanya. Seorang gadis cantik, lucu dan juga selalu ceria. Menyukai pr...
3.7M 295K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
78.2K 5.1K 47
(Harap Follow dulu sebelum membaca, tolong hargai author yang sudah lelah membuat cerinta ini demi kalian ) Nara, seorang gadis SMA yang bertubuh ge...