CERPEN

By NanasManis98

494K 43.3K 2.7K

Kumpulan beberapa cerita..... LIST : ⬇️ 1. CERPEN : CITRA✔️ 2. CERPEN : ODIT✔️ 3. CERPEN : AURORA✔️ 4. CERPEN... More

SALAM MANIS
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CEPREN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA

CERPEN : ODIT

7.5K 745 20
By NanasManis98

Part 9
_____

Akram merasa heran dengan sikap Odit yang mendadak diam, bahkan tidak menggubris setiap kali ia mengajak Odit bicara. Saat masuk ke dalam mobil, Odit duduk di kursi belakang, menyuruh Zidny duduk di depan. Akram pun diam, tidak lagi berusaha mengajak Odit bicara ataupun bertanya kenapa sikap Odit tiba-tiba menjadi dingin.

Tiba di rumah Odit, Zidny turun lebih dulu masuk ke dalam rumah. Sebelum Odit turun, Akram menghadang wanita itu. Tau jika Odit ingin turun dari pintu sebelah, ia menahhan pergelangan tangan Odit, kemudian ikut naik dan menutup pintu. "Kamu kenapa?" tanyanya lembut.

"Gak pa-pa. Tolong lepasin tanganku," balas Odit seraya berusaha melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Akram, tapi Akram tidak membiarkannya.

"Kalau gak pa-pa kenapa kamu bersikap seperti ini?" Kini Akram menatap Odit penuh tuntut. Merasa heran dengan sikap Odit yang tiba-tiba berubah. Padahal sebelum mereka makan tadi, Odit sempat melemparkan senyuman padanya, pun tadi saat mereka berjalan menuju parkiran sebelum pergi makan, Odit memeluk lengannya.

"Beneran aku gak pa-pa." Odit meronta pelan, ia menepis tangan Akram. Pria itu melepaskan pegangannya. "Kamu bisa pulang pake mobilku. Nanti aku suruh orang. .."

"Berhenti bersikap seperti ini, Cantika!" seru Akram kesal karena sikap Odit yang seakan menutupi sesuatu. "Apa yang bikin kamu tiba-tib seperti ini? Jawab aku! Aku gak akan biarin kamu turun dari mobil kalau kamu tetap menghindar."

Odit memejamkan matanya sejenak lalu menghela nafas kasar. Kini menatap Akram yang terlihat kesal. "Kenapa kamu setuju waktu aku minta cerai?"

Kening Akram mengkerut mendengar pertanyaan Odit. Kenapa Odit tiba-tiba membahas perceraian mereka?

"Kamu lupa, awalnya aku gak mau, Cantika ...," ujar Akram lirih seraya menggeleng pelan. Saat Odit memutuskan untuk bercerai, awalnya ia enggan. Tapi, karena Odit mendesak apalagi ia perasaan bersalah pada Odit setelah 'malam itu'. "Kamu yang mau cerai dan karena aku ngerasa bersalah setelah 'malam itu'..."

"Apa cuma itu alasan kamu setuju dengan permintaan aku waktu itu?" sela Odit.

"Karena kamu gak cinta sama aku."

"Apa lagi?!" Odit mendesak Akram, ia melihat tatapan Akram yang bingung. Lalu pria itu menggeleng. "Jawab Ram! Apa lagi?!"

"Kamu mau jawaban apa, Cantika?! Yang jelas waktu itu kamu yang tetep mau cerai dan aku kira karena kamu benci sama aku setelah malam itu!" Akram semakin kesal karena Odit mendesaknya terus menerus membuatnya semakin tidak mengerti jawaban apa yang diinginkan Odit.

Apakah Odit tidak terima jawabannya? Padahal yang ingin bercerai adalah Odit.

Akram menghela nafas kasar. Inilah yang membuatnya enggan membahas tentang perceraian mereka karena keduanya akan bertengkar. Padahal beberapa hari terakhir ini hubungan mereka mulai membaik dan terasa hangat. Akram merasa berbunga karena merasa perasaannya bersambut.

"Alasan kamu setuju waktu itu karena menjalin hubungan dengan Jane? Apa itu salah satunya, Ram?"

Akram terlihat terkejut.

Odit tersenyum miris. Ternyata dugaannya selama ini benar. Pun pesan yang dikirim Janneta menguatkan dugaannya.

"Ternyata udah benar keputusanku cerai dari kamu, Ram," sambung Odit dengan suara bergetar. Momen selama seminggu liburan bersama Akram, nyatanya hanya kesenangan semata. Seharusnya ia tidak lupa fakta dan masa lalu yang begitu menyakitinya.

Alasannya memutuskan bercerai dari Akram tentunya bukan hanya karena kejadian 'malam itu'. Akram yang menyetubuhinya bagai seorang wanita murahan. Meski ia merasa sakit hati, ia masih bisa menahan diri. Namun, saat dugaannya jika Akram kembali menjalin hubungan dengan Janneta, ia tidak bisa menahan diri lagi. Perasannya hancur lebur.

Dan sekarang pria itu kembali menaruh harapan padanya. Bersikap seolah membalas perasannya.

"Aku minta maaf ..." Ucapan permintaan Akram membuat Odit berusaha keras menahan tangisnya.

"Kamu beneran selingkuh, Ram?" Odit mencoba membohongi dirinya, ingin agar Akram menjawab 'tidak'. Ingin agar hatinya tidak berdenyut sakit. Meski telah lewat, tapi tetap saja jika Akram sekarang mengaku, masih memiliki efek yang besar pada Odit.

Merasa begitu kecewa ...
Karena dugaannya selama ini benar.

Hal yang tidak pernah ia tanyakan langsung pada Akram karena tidak ingin mendengar jawaban pria itu. Namun sekarang, ia telah merasakan apa yang ia bayangkan. Perasaan sakit di dalam dadanya.

"Cantika, dengerin aku dulu." Akram hendak menjelaskan jika ia tidak menjalin hubungan dengan Janneta saat itu. Memang ia mengkhianati Odit, tapi dalam hal yang lain. Itu pun hanya hari itu karena ia terbawa suasana. Dan setelahnya ia tidak pernah lagi bertemu dengan Janneta meski mereka satu kampus pun satu gedung apartemen.

Odit tidak menghiraukan Akram, ia segera turun dari mobil. Meninggalkan Akram yang menghela nafas kasar. Jika ia menjelaskannya, bukan berarti Odit akan luluh. Malah wanita itu akan membencinya.

Mengusap rambutnya kasar, Akram meninju punggung jok mobil di depannya lalu mengumpat pada situasi saat ini. Situasi yang membuatnya tidak tau harus melakukan apa. Ingin jujur tapi ia takut kehilangan Odit lagi, dan kalau tidak jujur, ia pun makin terbelenggu rasa bersalah. Apalagi Odit yang mencap dirinya telah mengkhianati pernikahan mereka saat itu. Tidak sepenuhnya benar, tapi cukup benar.

Akram benar-benar bingung.

●•••●

"Sha, apa yang buat lo mutusin nikah sama Bara setelah apa yang dia lakuin?"

Nasha berhenti makan kentang goreng, ia menoleh menatap Odit yang menyengir.

"Nih lihat." Nasha menunjuk perutnya lalu lanjut menikmati kentang goreng di hadapannya.

Odit menghela nafas pelan. Seraya mengetuk-ketukkan jari-jarinya ke tepi meja. Kemudian kembali menatap Nasha. "Kalau lo gak hamil, lo bakal tetep nikah sama Bara, gak?"

"Ya jawabannya enggak, Dit. Kenapa sih pertanyaan lo aneh-aneh?" sahut Nasha malas tanpa menatap Odit, tapi kemudian menoleh dengan cepat. Lalu mencondongkan tubuhnya. "Akram ngajak lo rujuk?"

"Enggak." Odit mendorong pelan tubuh Nasha.

"Jujur aja, Dit. Kalau lo gak mau yang lainnya tau, gue bisa tutup mulut kok," ujar Nasha seraya tersenyum lebar. Odit menghela nafas pelan, ia salah tempat untuk curhat. "Ah atau pas lo sama Akram liburan bersama ada kejadian menarik? Dia hamilin lo lagi?"

"Astaga Sha! Enggak!" pekik Odit tertahan. Ia menatap kesal Nasha yang tertawa.

"Tapi serius, kalau Akram ngajak lo rujuk. Iyain aja. Ngaku aja lo, lo cinta kan sama dia?" Nasha menunjuk Odit tatapannya menggoda temannya itu yang wajahnya langsung merona. "Kan! Tebakan gue bener."

Nasha merapatkan posisinya lebih dekat dengan Odit. "Iyain aja daripada lo galau."

"Apa sih?! Enggak!" Odit berdecak kesal. Sangat jengkel melihat ekspresi Nasha yang meledeknya. "Akram kayak Bara."

Temannya itu berhenti meledeknya kedua matanya membulat. "What?! Maksud lo Akram tukang selingkuh?"

Odit menggigit bibirnya pelan, resah. Apakah harus menceritakannya pada Nasha, alasannya bercerai dari Akram. Hal yang tak ada satu pun orang tau. Bahkan Akram sendiri tak tau alasannya, ya sekarang sudah tau. Tepatnya seminggu yang lalu.

"Alasan gue cerai sama dia ..." ujarnya lirih.

Nasha semakin terlihat syok. "Gak nyangka gue, Dit. Jangan bilang selingkuhannya si Jane?!"

Odit mengangguk pelan. Lalu menunduk seraya menutup wajahnya menggunakan telapak tangan. Air mata yang selalu ia tahan akhirnya tumpah, Odit menangis dengan suara tertahan.

Segera Nasha mengusap punggung Odit. "Kenapa lo baru bilang, Dit?"

Odit menghela nafas pelan, ia kembali menegakkan kepala seraya mengusap kedua matanya. "Kalau gue bilang, gue gak mau orang-orang benci Akram, gue bego ya, Sha? Apalagi gue gak mau Nini tau. Akram juga gak mau ngaku sama sekali waktu itu, pura-pura seakan dia gak ngelakuin kesalahan."

"Terus sekarang dia ngaku?"

Odit mengangguk pelan. Lalu meraih ponselnya, memperlihatkan pesan yang dikirim Janneta.

Kedua mata Nasha membulat membacanya lalu kembali menatap Odit. "Fuck! Kelakuan Jane kayak pelacur, Dit. Bangga banget dia jadi selingkuhan Akram!"

Odit mengusap wajahnya kasar.

"Terus gimana?"

"Apa?" tanya Odit bingung dengan pertanyaan Nasha.

"Lo cinta kan sama Akram? Terus dia masih berhubungan gak sama si pelakor itu?" Nasha diam sejenak lalu menggeleng. "Ah kalau aja mereka masih berhubungan, pasti Jane gak bakal ngirim chat itu ke elo."

Odit terpekur. Mencerna perkataan Nasha.

Ada benarnya juga apa yang dikatakan Nasha.

Odit pikir jika Akram masih menjalin hubungan dengan Janneta sampai saat ini. Seperti yang dikatakan Nasha, kalau memang dua orang itu masih menjalin hubungan, Janneta tidak mungkin mengirim chat itu.

●•••●

Akram menatap Zidny yang sedang mengerjakan tugasnya. Mereka saat ini berada di kamar Odit karena Zidny. Sementara Odit berada di ruangan lain, di ruangan yang berada di dalam kamar tersebut.

Tatapan Akram beralih pada pintu ruangan yang dimasuki Odit tadi. Kata Zidny di sana Odit bekerja. Yang ia duga tempat Odit mengetik naskah novelnya. Kemudian ia kembali menatap Zidny. "Nini, Papi ke Mami dulu, ya? Gak ada yang sulit, kan?"

"Enggak ada kok Papi." Akram mengusap kepala Zidny lalu beranjak menghampiri Odit. Sudah hampir dua minggu berlalu sejak pertengkaran mereka. Akram tidak mengganggu Odit lebih dulu karena tidak ingin semakin memperkeruh keadaan. Jadi, hari ini ia ingin menjelaskan yang sebenar-benarnya agar Odit semakin tidak larut dalam kesalahpahaman.

Ia membuka pintu di hadapannya, tatapan Odit langsung tertuju padanya. "Aku boleh masuk?"

Wanita itu mengangguk pelan, ia pun masuk dan menutup pintu. Mengamati ruangan tersebut lalu kembali menatap Odit yang masih menatapnya.

"Aku mau ngomong sama kamu. Aku ganggu, gak?"

Odit menggeleng pelan seraya berdiri dari kursi, lalu duduk di sofa yang berada di ruangan tersebut. Akram pun ikut duduk.

Keduanya hanya saling diam bertatapan, Akram tak kunjung bicara. Sedang mempersiapkan diri. Karena mungkin saja kejujurannya akan membuat Odit semakin terluka dan membencinya.

"Soal keputusan kamu yang cerai dari aku karena kamu kira aku menjalin hubungan dengan Jane, itu gak bener ..."

"Jangan membela diri!" sela Odit datar.

Akram menggeleng pelan. "Dengerin aku dulu!" Lalu menghela nafas pelan. "Aku bener-bener putus dari Jane, Cantika. Dan sampai sekarang pun aku gak ada hubungan dengan dia. Bentuk pengkhianatan aku ..." Suara Akram mendadak berhenti, tangannya gemetar pelan dan meraih tangan Odit. Menggenggam erat tangan Odit. "Sebelum aku jelasin,  kamu harus tau kalau aku cinta sama kamu."

Kedua mata Odit membulat, dadanya berdebar tidak karuan. Bahagia bercanpur cemas. Bahagia karena pengakuan Akram, pun cemas dengan apa yang dikatakan Akram nanti. Firasatnya tentunya bukan sesuatu yang bagus.

Akram pun menjelaskan segalanya membuatnya tidak bisa berkata-kata. Rasanya sakit, ternyata ...

Nafas Odit memberat, tidak tau harus melakukan apa saat ini. Benar-benar bingung. Kalau saja pada waktu itu Akram mengaku, sudah pasti ia mengamuk, mungkin melempar vas bunga ke kepala Akram.

Tapi situasinya saat ini berbeda.

Ia dan Akram telah bercerai. Haruskah Odit mengamuk? Menuntaskan rasa sakitnya, kecewanya pada pria di hadapannya saat ini yang matanya berkaca-kaca.

Sebelum Akram melepaskan genggaman dari tangannya, ia menarik tangan pria itu melingkar di pinggangnya. Naik ke pangkuan Akram kemudian mencium bibir Akram dengan brutal membuat Akram terkesiap bahkan kewelahan menerima ciumannya.

Odit memang merasa sakit hati mendengar pengakuan Akram, tapi ia merasa lega. Pun tatapan tulus dan takut yang ditunjukkan Akram membuatnya tidak bisa membendung perasaan yang sebenarnya. Apalagi mendengar pengakuan perasaan Akram padanya.

Nafas keduanya tersengal, Odif menarik kepalanya hingga tautan bibir mereka berhenti. Kedua tatapan mereka bertemu.

Odit merasakan usapan lembut di pipinya, Akram juga menyelipkan helaian rambut di belakang telinganya. Lalu pria itu kembali memajukan wajahnya dan mempertemukan bibir mereka. Kali ini ciuman mereka begitu lembut. Temponya sangat pelan dan terkesan sensual.

Tangan kanan Akram yang memeluk pinggang Odit turun perlahan untuk mengusap paha Odit. Kemudian ia mendorong tubuh Odit untuk rebah di sofa tersebut tanpa melepaskan tautan bibir mereka.

Mengurai ciuman, Akram diam sejenak menatap Odit yang mengatur nafasnya. Ia kemudian menunduk untuk mencium leher Odit seraya tangannya mengangkat paha kiri Odit hingga melingkar di pinggangnya. Dress yang dikenakan Odit kini tersingkap hingga pinggang hingga menampilkan dalaman yang melekat menutupi area sensitif Odit.

Bunyi decapan bibir Akram yang mencium leher Odit terdengar begitu sensual. Akram kembali menatap Odit. Lalu menarik tubuhnya.

Dada Odit naik turun dengan cepat untuk mengatur nafasnya yang tersengal. Merasakan gairahnya mulai memuncak. "Kenapa berhenti?" ujarnya lirih, pria itu kini duduk seraya menurunkan dress-nya yang tersingkap, juga merapikan bagian atasnya. Lalu menariknya untuk duduk.

"Aku sudah janji sama Baba, gak akan kelewatan lagi." Mendengar perkataan Akram membuat Odit menatap lamat pria itu yang kini merapikan rambutnya.

"Kamu ngomong apa aja sama Baba?"

"Menurutmu?"

Odit mendengus pelan membuat Akram tersenyum geli, tapi kemudian terlihat serius. "Kamu gak marah?"

"Marah kenapa?"

"Soal pengkhinatanku?"

"Kamu mau aku marah?"

"Aku tau kesalahan yang aku perbuat itu fatal banget dan kalaupun kamu mau marah boleh aja kok, tapi jangan sampai benci aku, ya?"

"Kamu tau gak sih Ram, di kepalaku sekarang itu terbayang aku ngelampar kamu pake vas bunga." Ucapan Odit membuat Akram meringis. Untung saja Odit tidak berpikiran untuk mencincang dirinya.

Tangannya terulur untuk meraih vas bunga kemudian memberikannya pada Odit. "Ya udah lempar biar kamu merasa lega."

Odit berdecak pelan, ia mengambil vas bunga tersebut lalu meletakkannya lagi ke atas meja. Melihat ekspresi pasrah Akram membuatnya tak tega.

Salahkah bila ia merasa lemah saat ini?

Salahkah bila ia memaafkan Akram?

Odit tidak bisa membohongi perasaannya. Ia mencintai pria di depannya saat ini. Memaafkan memang tidak mudah, tapi tidak mungkin kan ia membenci Akram? Apalagi pria itu telah mengaku dan meminta maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan.

"Mungkin kalau kamu ngaku waktu itu, aku bakalan ngelempar kamu." Akram tersenyum tipis mendengar perkataan Odit. Ia kembali meraih tangan Odit, menggenggamnya erat.

"Terima kasih. Kamu mau ngasih aku kesempatan lagi, kan? Aku akan berusaha, bukan cuma jadi ayah yang baik buat Nini, tapi juga pasangan yang baik buat kamu." Mungkin ini kesempatan yang baik bagi Akram.

Memang, ia pernah melakukan kesalahan dan Odit memiliki pilihan agar tidak memaafkannya. Sangat beruntung karena Odit bukan wanita yang pendendam, memaafkannya.

Bukannya Akram mau bersikap serakah atau seenaknya. Membuat kesalahan, lalu dimaafkan kemudian meminta kesempatan lagi. Sangat salah bila memang Akram tidak berusaha untuk menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya pun jika mengulangi kesalahan yang sama. Disini Akram tidak akan seperti itu. Ia akan berusaha sebaik mungkin. Tidak lagi bersikap pecundang ataupun mengkhianati Odit. Tidak ingin kehilangan Odit untuk kedua kalinya.

"Kamu udah minta restu sama Baba?"

Akram mengangguk menjawab pertanyaan Odit. "Dan Baba serahin semua dengan keputusan kamu."

"Kalau aku bilang gak?"

Kedua bahu Akram terkulai lemah, ia menatap memohon Odit. "Aku akan berusaha jadi yang terbaik, aku akan buktiin kalau aku sangat cinta sama kamu dan gak bisa kehilangan kamu!" ujar Akram bersungguh-sungguh. "Please kasih aku kesempatan lagi."

Odit menarik tangannya dari genggaman tangan Akram, lalu berdiri menuju meja yang biasanya ia pakai menaruh laptop untuk mengetik naskah novel. Meraih ponselnya, menggulirkan jari-jarinya kemudian kembali mendekat ke arah Akram. Ia menyerahkan ponselnya tersebut.

Akram menatap layar ponsel Odit, ia mendongak menatap Odit. "Jadi ini yang bikin kamu kira aku masih berhubungan dengan Jane?" Nada bicara Akram terdengar marah, dan tentunya ia marah pada Janneta.

"Iya."

Pria itu berdiri seraya mengembalikan ponselnya.

"Aku harus ketemu dia." Sebelum Akram keluar dari ruangan tersebut, Odit menahan lengan Akram membuat Akram menatap Odit.

"Biar aku yang ketemu dia."

>>>>>>THE NEXT PART 10<<<<<<

Continue Reading

You'll Also Like

50.8K 310 5
oneshoot 🔞🔞 lanjutan Polos polos binal yang dihapus sama akun nya juga di hapus Karina X All Warning!!! 🌚🥵 penuh dengan uh ah
132K 12K 50
No Deskripsi. Langsung baca aja Taekook Vkook Bxb 🔞🔞 *** Start : 15 Januari 2024 End : -
105K 2K 17
[One Shoot] [Two Shoot] 1821+ area❗ Adegan berbahaya ‼️ tidak pantas untuk di tiru Cast : Taehyung (Top) Jungkook (bot) # 1 oneshoot (23/05/2024) #...