MACLO [ SEGERA TERBIT ]

By macemelow

2.4M 302K 28.1K

"Zizel ini kenapa lo ninggalin celana dalam gua? kenapa nggak sekalian lo cuci!" cecar Maclo memperlihatkan c... More

{ MACLO 1 }
CAST
{ MACLO 2 }
{ MACLO 3 }
{ MACLO 4 }
{ MACLO 5 }
{ MACLO 6 }
{ MACLO 7 }
{ MACLO 8 }
{ MACLO 9 }
{ MACLO 10 }
{ MACLO 11 }
{ MACLO 12 }
{ MACLO 13 }
{ MACLO 14 }
{ MACLO 15 }
{ MACLO 16 }
{ MACLO 17 }
{ MACLO 18 }
{ MACLO 19 }
{ MACLO 21 }
{ MACLO 22 }
{ MACLO 23 }
{ MACLO 24 }
{ MACLO 25 }
{ MACLO 26 }
{ MACLO 27 }
{ MACLO 28 }
{ MACLO 29 }
{ MACLO 30 }
{ MACLO 31 }
{ MACLO 32 }
{ MACLO 33 }
{ MACLO 34 }
{ MACLO 35 }
{ MACLO 36 }
{ MACLO 37 }
{ MACLO 38 }
{ MACLO 39 }
{ MACLO 40 }
{ MACLO 41 }
{ MACLO 42 }
{ MACLO 43 }
{ MACLO 44 }
{ MACLO 45 }
{ MACLO 46 }
{ MACLO 47 }
{ MACLO 48 }
{ MACLO 49 }
{ MACLO 50 }
{ MACLO 51 }
{ MACLO 52 }
{ MACLO 53 }
{ MACLO 54 }
{ MACLO 55 }
INFO
MACLO TERBIT???
OPEN PRE-ORDER MACLO

{ MACLO 20 }

40.2K 4.9K 261
By macemelow

Notes: Jangan lupa vote dan komen yang banyak yaaa. Selamat membaca.





Sore ini Zizel tengah memasang foto prewedding mereka di ruang tamu, sejujurnya dari hati yang paling dalam Zizel tak menginginkan foto ini dicetak apa lagi dengan ukuran besar seperti daftar dosa Maclo.

"Gua ganteng banget di foto itu." Maclo datang memuji diri sendiri.

Zizel menoleh, "Tumben minum susu rasa coklat, katanya nggak suka yang manis." komentar Zizel masih mengingat perkataan Maclo.

Maclo melihat susu kotak dalam pegangannya. "Masalahnya buat lo apa? Namanya manusia kapanpun bisa berubah." jawabnya santai.

"Oh lo manusia ternyata."

"Emang lo pikir gua selama ini apa?"

"Iblis." jawab Zizel cepat.

Merasa kesal dengan respon Zizel. Maclo berjalan mendekat lalu menendang kursi tinggi yang dipijak Zizel sampai bergoyang.

"MACLO GUA NGGAK PUNYA SAYAP KAYAK TINKERBELL!" pekik Zizel ketika terjun.

Namun Maclo dengan sigap menahan badan Zizel agar tak mencium lantai. Alhasil Zizel tersangkut dalam pelukan Maclo.

"Jahat banget serius! Kalau gua jatoh dari ketinggian seratus cm tanpa alat pengaman  bisa sakit badan gua kena lantai." Zizel menumpahkan semua kekesalannya.

"Lebay lo, bilang makasih sekarang." paksa Maclo.

"Nggak mau orang gua hampir jatoh gara-gara lo masa iya gua bilang makasih." tolak Zizel kembali naik ke kursi membenarkan foto yang miring.

"Lo tuh emang seharusnya bilang makasih ke gua Zel. Kurang baik apa gua sama lo? Gua kasih makan, gua kasih fasilitas yang nyaman, bahkan gua yang biayain semua kebutuhan lo setelah nikah. Masa iya bilang makasih aja nggak mau." protes Maclo.

"Heran punya suami tapi kelakuan kayak istri pas marah. Ngoceh mulu." sindir Zizel.

"Lo barusan nyindir gua?!"

"DIEM!"

Apa? Barusan Zizel berani membentaknya, wah udah berani ini cewek ngelawan.

Maclo mengoyang-goyangkan kursi sampai Zizel berjongkok berpegangan pada sisi kursi dan merengek seperti anak kecil.

"MACLO LO CERAIN GUA AJA DEH, GUA NGGAK MAU PUNYA SUAMI PSIKOTES... EH SALAH PSIKOPAT KAYAK TITISAN DANTE." stress Zizel, ia menyesal mengajak Maclo menonton drakor bersama karena yang dicontoh cowok itu sisi buruk bukan baik.

"MAKANYA BILANG MAKASIH DULU SAMA GUA KARENA LO UDAH HIDUP ENAK SEMENJAK NIKAH!" balas Maclo.

Zizel memukul kepala Maclo dengan tangan hingga berbunyi. "Lo pikir gua tinggal disini gratis kayak nyobes, nyonya besar? Selama nikah gua banting tulang Clo, gua bersihin rumah sendiri, nyuci sama setrika baju lo. Terus lebihnya lagi nerima omelan lo setiap hari!"

"ZIZEL ARCHEVA KANAKA!" sentak Maclo.

"APA? SEHARI AJA JANGAN TERIAK BISA?" balas Zizel seimbang.

"Tolong buatin salad buah sama kopi gpl. Gak pakai lama." titah cowok itu sekenanya karena terkejut dibalas teriakan oleh Zizel.

Zizel segera turun dari kursi untuk ke dapur membuatkan salad buah. Ia sebenarnya mau marah meraung-raung tapi lupa kalau lawannya ini ngalahin kingkong kalau ngamuk.

"Mama pasti kasihan nih pas tau anaknya yang cantik jelita harus ngurus rumah segede ini. Katanya orang kaya tapi nyewa asisten aja nggak sanggup" gerutu Zizel.

"Cepet Zel! Lama banget kayak siput." teriak Maclo yang tengah menonton tv.

Zizel kembali ke ruang tamu membawakan salad buah dan juga kopi pesanan cowok garang itu. 

Maclo langsung meneguk kopi yang jelas-jelas masih panas, dan akhirnya di semburkan di lantai yang sudah di pel bersih.

"Lo gimana sih! Ini kenapa masih panas? Nggak becus banget lo Zel! Nyokap gua mimpi apa sampai jodohin gua sama cewek begini." omel Maclo.

Trang!!!

Zizel menjatuhkan nampan yang ia pegang dan menahan tangis kala dikatai tak becus. Ia padahal sudah susah payah mengerjakan urusan rumah sendiri.

"Yang gua tau sekarang lo jahat."

"Gua jahat? Kapan gua jahatin lo." tak terima Maclo.

"Di mata lo gua selalu salah diomelin mulu nggak pernah dipuji, padahal dulu sebelum nikah gua gak pernah bersihin rumah segede ini sendirian." kesal Zizel langsung pergi keluar.

Maclo tertegun dengan sikap menyeramkan Zizel ketika ngamuk. Ia memakan salad itu lalu menonton tv membiarkan Zizel di luar.

Zizel duduk di depan pagar rumah dengan kaki disilangkan sambil memakan es krim yang diambil dikulkas, untung masih tersisa satu.

Terlihat langit mulai mendung jika begini ia harus segera masuk keburu hujan lebat.

"Masuk Zel!" Maclo meneriaki dari pintu rumah.

Zizel berdiri lalu berjalan masuk dan tak mau melihat Maclo barang sedetikpun, rasanya masih haram jika menatap mata Maclo.

"Udah tau mau hujan masuk aja harus diingetin, minta gua pujuk?"

"Nggak banget."

"Yaudah sono balik lagi." Maclo menunjuk pagar yang masih terbuka.

Zizel tak menyangka ada cowok se-plinplan Maclo, ia mengangguk lalu memutar arah kembali keluar namun tangannya ditahan Maclo.

"Lo sensi banget sih gua bercanda kali."

"Oh."

Maclo tak menanggapi lagi ia menggandeng tangan Zizel masuk ke dalam. Kita lihat aja siapa yang betah diem-dieman paling lama, ia yakin gadis itu tak mungkin tahan mendiaminya.

"Masakin gua telor ceplok tapi setengah mateng, kalau nggak berhasil gua gak jadi makan masakan lo." ancam Maclo.

Zizel hanya mengangguk tanpa berbicara. Maclo jadi terlihat seperti cowok lemah karena tak bisa didiamkan Zizel barang beberapa menit. 

"Udahlah lama gua mau main keluar, nggak jadi makan." Maclo keatas mengambil kunci motor dan berharap saat turun dilarang Zizel pergi.

Ternyata Zizel tak melarangnya, malah cewek itu segera mematikan kompor dan memakan sendiri telor ceplok yang sudah matang. Merasa pundung Maclo langsung keluar dan sengaja menyalakan motornya kencang agar terdengar ke dalam.

"NYEBELIN!" pekik Zizel.

Gadis cantik itu duduk dan menempelkan pipi di meja makan, capek-capek memasak telor ceplok setengah matang tapi malah kabur anaknya nongkrong di luar.

Namun terdengar klakson motor dari halaman depan. Setelah diamati suara motor itu dari Maclo.

Maclo menarik kursi makan dan duduk di sebelah Zizel yang masih menempelkan pipi di meja.

"Lo masih marah sama gua gara-gara tadi?"

"Kesel gua sama lo. Mau cerai aja."

"Zel, gila lo ya ngomong gitu? Baru beberapa bulan nikah udah bosen aja lo sama gua, bibit playgirl." tuding Maclo.

"BODOAMAT." Zizel mengigit tangan Maclo yang menahan pergelangannya.

"Akh! Gua nikahin cewek kenapa buas banget sih." kesal Maclo.

"Lo juga gelar doang calon pewaris tunggal kekayaan keluarga Jecolyn tapi nyewa asisten buat nolongin gua aja gak sanggup. Dikasih kebebasan beristri lagi juga nggak mau!" sungut Zizel.

Maclo bukannya tidak mau tapi ia lebih suka hanya berdua dengan Zizel di rumah, jika harus menyewa asisten pasti tak seluasa sekarang.

"Gua nggak mau punya istri lagi karena udah stuck di lo! Gimana kita bagi kerjaan aja, gua harus apa?" Maclo tersenyum membujuk Zizel agar berhenti ngambek.

"Lo mau nyentuh kerjaan rumah? Gua minta tolong masakin nasi aja nolak."

"Gua serius. Sekarang gua ngapain?" Maclo berdiri.

"Tadi bukannya mau nongkrong balik malem?" Zizel mengingatkan niat Maclo tadi.

"Nggak jadi gua males. Maunya sama lo aja." cowok berkaos putih itu berjalan mengambil sapu.

Zizel menarik tangan Maclo ke halaman belakang dan memberikan saringan panjang.

"Lihat kolam kotor gak? Kalau iya lo saring pakai ini." dengan senang hati Zizel menanti Maclo menyaring kolam.

"Kan bisa nyuruh orang buat nguras kolam kenapa harus gu-"

"Kan bisa nyuruh orang buat beresin rumah kenapa harus gua?" Zizel membalikkan pertanyaan.

"Ya lo kan istri, itu udah kewajiban! Masa gua suami harus ngerjain tugas lo." nyolot Maclo.

"Lo suami seharusnya nyari nafkah, lah ini kenapa kerjaannya nongkrong terus. Dapet duit emangnya kalau ngumpul gitu?" Zizel memelototi Maclo.

Suara ketawa Maclo terdengar menyebalkan, "Lo lupa gua pewaris tunggal kekayaan keluarga Jecolyn? Bersyukur lo punya suami tajir melintir kayak gua bukannya protes."

"Nggak ada yang harus disyukurin! Gua nikah sama lo kena omel mulu soalnya. Siku gua lecet, bibir gua luka, dikatain nyusahin, cewek gagal." jika mengingat itu Zizel masih kesal.

Maclo diam. Ia sadar selama ini sering memarahi Zizel dan pasti sangat melukai perasaan gadis ini, tapikan Zizel tak punya perasaan masalahnya.

Zizel berjalan ke dalam membiarkan Maclo termenung sendiri.

Maclo tengah menyaring kotoran di kolam dengan bertelanjang dada. Lalu mengepel lantai dipinggir area kolam agar tak licin dan berlumut.

"Maclo." seru Zizel berjalan ke kolam.

"Apa? Mau nyuruh gua apalagi? Benerin genteng, pasang ubin, robohin pager, bilang aja bilang." ngegasnya.

Zizel ingin sekali menampar mulut Maclo jika tak ingat sebesar apa dosa melawan suami. Dan se-mengerikan apa Maclo saat marah.

"Mau coklat panas nggak? Mending dilanjut nanti aja udah gerimis soalnya."

Maclo melihat langit yang mulai meneteskan air hujan, "Bikinin aja dulu coklatnya nanti kalau udah hujan gua masuk."

"Yaudah." 

Hujan turun dengan deras Maclo segera masuk ke dalam rumah, ia melihat istrinya itu sudah menyiapkan coklat panas di meja.

"Tuh ganti baju dulu udah gua siapin, habis itu coklat panasnya diminum pas udah ademan biar gua nggak perlu ngepel lagi."

Maclo memasang baju yang disiapkan Zizel lalu duduk di sebelah gadis yang masih terlihat kesal itu. Ia berusaha mencari topik agar tak dicueki lagi.

"Zizel es krim di kulkas habis ya? Mau beli lagi nggak buat kita stok?" ini rayuan alternatif.

"Gua mau es krim." Zizel langsung kembali seperti Zizel biasanya.

"Di kulkas udah habis beneran?" tanya Maclo.

Zizel mengangguk. "Udah habis, ayo beli keluar." ajak Zizel dengan wajah berharap.

Emang es krim berguna banget. Lega Maclo.

"Tapi gua males bawa mobil, males nyetir motor juga." keluh Maclo setelahnya.

"Gua bisa kok bawa mobil. Gua punya sim kalau lo nggak percaya." Zizel memang bisa membawa mobil meskipun modelnya tak meyakinkan.

Maclo tak percaya jika cewek sembrono kayak Zizel bisa lulus tes driver, jalan saja masih suka kesandung sampai terguling mana mungkin nyetir mobil lancar.

"Mustahil gua biarin mobil gua dibawa lo." potong Maclo.

"Kalau lo takut mobil lo lecet nanti gua gan-"

"Gua bukan takut mobilnya lecet, tapi takut lo yang lecet. Mobil bisa dibenerin lagi, kalau lo?"

"Bisa di download lagi." asal Zizel.

"Udah diem. Ayo gua anterin beli es krim." Maclo mengambil kunci motor lalu keluar diikuti Zizel.

"Lo keluar mau pakai celana pendek kaos abu-abu doang Clo? Nanti nggak ada cewek yang lirik dong." sedih Zizel.

"Pengen ngomong kasar tapi gua sayang lo." gemes Maclo memasangkan helm untuk Zizel.

Selama di jalan Zizel memeluk leher Maclo, sesekali menepuk helm yang melekat di kepala itu dan bersenandung.

"Jangan mainin helm gua. Peluk pinggang bisa Zel! Orang-orang kalau meluk itu pinggang, kalau mau nyekek baru leher." geregetan Maclo.

"Berani beda itu keren Clo." Zizel mengusap perut Maclo gemas.

Tiba di salah satu supermarket Maclo memarkirkan motor dan menunggu Zizel turun, namun tak ada tanda jika Zizel turun.

Maclo melihat lewat spion motor, gadis itu tersenyum kepadanya. "Turun, beli ke dalem cepet." titahnya.

"Lo aja, gua males ngantri. Itu banyak yang beli Clo." Zizel menunjuk orang-orang yang dikasir.

"Yang mau es krim siapa?"

"Zizel. Tapi pegel ngantrinya." rajuk Zizel begitu imut.

Maclo menghela napas dan menyuruh Zizel turun dulu karena ia akan memarkirkan motor dan beli es krim ke dalam.

"Tunggu disini jangan kemana-mana. Paham?"

"Paham!"

Baru saja Maclo masuk Zizel langsung pergi ke sebrang jalan untuk mengejar penjual jagung manis.

Selesai membeli es krim Maclo kehilangan Zizel, matanya menajam kemudian melihat istrinya duduk seorang diri memakan jagung manis disebrang jalan.

"Lo nggak bisa dibilangin banget sih Zel! Gua kira lo dibawa om-om. Ternyata duduk disini." omel Maclo sembari memberikan es krim yang biasa dimakan Zizel.

"Mana ada om-om yang mau sama anak dibawah umur, kecuali lo." Zizel mengigit es krim dan tergoda dengan yogurt yang baru diminum Maclo.

"Maclo tukeran." Zizel menyodorkan es krimnya yang sudah termakan setengah.

Maclo menggeleng tak mau dan menjauhkan yogurt miliknya.

"Maclo tukeran, mau nyobain yang ituuu." Zizel menyodorkan terus es krim ke Maclo.

Karena tak tega akhirnya Maclo pasrah memberikan yugortnya untuk Zizel, ia memakan es krim sisaan Zizel.

Zizel memandang Maclo sambil menyedot yogurt. "Makasih. Gua nggak pernah nyimpen dendam ke lo meskipun sering diomelin, karena gua tau itu bentuk kasih sayang peliharaan buat majikan. Oren juga git-"

"Mau sampai kapan lo nganggep gua peliharaan?" kesal Maclo.

"Sampai bisa suka sama lo." enteng Zizel menyahuti Maclo.

Maclo berbalik mengamati Zizel yang asik menyedot yogurt. Ia sadar dirinya memang tak pantas untuk gadis sebaik Zizel, tapi hatinya selalu ingin mendapatkan Zizel.

"Zel, gua mau ngasih tau kalau gua emang pernah tidur sama Ninis. Tapi waktu gua mabok, gua juga masih inget kalau gua nggak ngelakuin lebih ke dia karena bokap gua datang tepat waktu buat nyadarin gua." cerita Maclo.

"Jadi lo beneran pernah tidur sama Ninis?" Zizel tak kaget lagi.

Maclo mengangguk melihat rumput dibawah.

"Pakai lagu apa nidurinnya?"

Maclo langsung melihat Zizel dengan wajah menahan emosi. Namun sekian detik langsung tersenyum sabar.

"Zel." himbaunya serius.

Zizel menengok. "Maclo habis, gua mau lagi." tunjuk Zizel berusaha mengeluarkan sisa yogurt dengan menghisap kuat.

"Nanti gua beliin lagi. Sekarang dengerin gua dulu." Maclo menurunkan yogurt dari mulut Zizel.

"Apa?"

"Gua pernah tidur sama Ninis. Dan gua bukan cowok baik Zel, mungkin gua hampir sama kayak cowok yang lo takutin selama ini. Gua hampir aja ngecewain lo karena Ninis." Maclo mengatakan dengan lembut.

"Gapapa. Semua orang punya sisi kelamnya, lo mau ngakuin kesalahan lo aja gua bangga." Zizel menepuk kecil kepala Maclo seperti seekor kucing.

"Jangan jauhin gua Zel. Gua nggak mau kehilangan lo karena masalalu gua. Gua ralat omongan gua yang bilang ciuman itu sepele."

"Gua nggak akan jauhin lo asal lo mau beliin gua yogurt ini lagi yang banyak. Tapi jangan banyak-banyak deh kasihan lo uangnya gua habisin mulu."

Maclo berdiri mengulurkan tangan ke Zizel, "Nggak masalah kalau itu buat lo." Zizel menerima uluran tangan itu.

Zizel berdiri dan tersenyum gemas ke Maclo dengan mulut masih setia menyedot yogurt yang sudah tak ada isinya lagi.

"Udah buang Zel, nantikan beli lagi." gemes Maclo melepaskan kemasan yogurt yang masih disedot Zizel.

"Tapi masih enak Clo, mubazir kalau kita buang, isinya di bawah masih ada nanti dia nangis gak diperjuangin."

"Lucu banget ya tuhan, cium aja apa ya?" gemes Maclo merangkul bahu Zizel dan mengusap rambut gadis itu.

"MACLO! JAGUNG GUA KETINGGALAN." histeris Zizel berlari dengan tangan yang dikepakan.

"Capek banget sama dia, udah lucu, manis, istri gua pula. Ngerepotin perasaan orang aja."

Jangan lupa follow:
@exshaanns
@maclojenaka
@zizelarcheva

Continue Reading

You'll Also Like

866K 6.1K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
242K 8.1K 39
"darel kepala lo ada apa nya tuh." ledek Vina "Gak usah ngeledek deh lo!" kesal Darel start : 19 oktober 2019 end : 7 november 2019
107K 7K 60
#1NANGISSAMPEKELUARINGUS #1MENGSEDIH #1MENGGALAU #1MEMBAPERSAMPELAPER #1COGAN Coverby : Me (@xyznebula)✨ Cerita ini berawal dari Ardan Cowok culun ya...
8.2K 425 50
End✔ "Cewek baik-baik kok ngajak pacaran!"