Bertaut [END]

By GalaxySastars

415K 19.8K 322

Isha dan Arsen adalah paket komplit yang saling melengkapi. Isha banyak bicara, sedangkan Arsen tidak memili... More

Prolog
Cast & Trailer
2. Dia gatel, jadi pengen garukin
3. Produk Baru
4. Seleksi OSN
5. Jadian
6. Sakit
7. Sampah yang tidak tahu diri
8. Berangkat OSN
9. Jangan pernah tinggalin gue
10. Arsen nggak ada akhlak
11. Cubitan maut Isha
12. Yakin kuliah?
13. Jangan senyum
14. Omelan Isha
15. Laki-laki paling hebat
16. Les SBMPTN
17. Lipstik
18. Mimpi buruk
19. Hadiah
20. Luangin waktu lo
21. Terlihat sempurna
22. Lo aman sama gue
23. Gue nggak suka!
24. Sebelum semakin menjauh
25. Frustasi
26. Tentang perasaan
27. Dibalik wajah polosnya
28. Meledak
29. Boleh peluk?
30. Posesif
31. Reuni
32. Strawberry campur cola
33. Parfum siapa?
34. Penjelasan
Epilog
Info
Trust Issue

1. Permen mint

20.2K 813 6
By GalaxySastars

Isha sudah bangun pagi-pagi karena membantu ibunya untuk memasak untuk sarapan seluruh seisi rumahnya.

Semenjak ayahnya sudah tiada, ibunya harus bekerja dan selalu berangkat jam 8 pagi, tepat setelah anak-anaknya berangkat sekolah.

Sehingga, Isha harus membantunya setiap pagi agar ibunya tidak kecapekan.

Isha sedang menyelesaikan menggoreng telur mata sapi, sedangkan ibunya mulai menyajikan makanan ke meja makan.

"Abang sama adek udah bangun bu?" tanya Isha sembari membawa telur mata sapi yang tadi ia goreng ke meja makan.

"Udah kok, lagi mandi mungkin" sahut ibunya Isha.

"Ini udah semua kan bu? Isha mandi dulu ya" pamit Isha. Ibunya menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Segera Isha menuju kamar mandi, untung saja saat ia mau mandi, adiknya sudah selesai mandi. Kalau tidak, maka perang mulut akan terjadi pagi-pagi.

"Idih, baru mau mandi" ejek Farel, adiknya Isha.

Isha memukul adiknya dengan handuk yang ia pegang, "Ngomong lagi!" sahut Isha sembari terus memukuli adiknya.

Adiknya kemudian memegang kedua tangan kakaknya dengan kuat, semenjak menginjak remaja, Farel jadi jauh lebih kuat dan tinggi daripada Isha.

"Lagian dimana salahnya sih kak, kan emang lo baru mau mandi" kilah Farel sembari masih memegang erat tangan Isha, khawatir sang kakak kembali memukulnya. Meskipun kecil, Isha seperti punya tenaga dalam saat memukul orang.

"Kalau gue bangun tidur langsung mandi, mati kelaparan lo tiap pagi"

"Iya deh iya, makasih kakakku yang paling cantik"

Isha berusaha menarik tangannya dari pegangan Fares, "Lepasin, gue mau mandi. Nggak usah puji-puji gue lo"

Farel melepas tangan Isha, kemudian Isha segera masuk ke kamar mandi. "Iyalah paling cantik, kakak perempuan gue kan lo doang kak" teriak Farel kemudian segera berlari menuju kamarnya.

"Farellll!" teriak Isha dari dalam kamar mandi, sedangkan Farel tersenyum puas karena berhasil membuat kakaknya kesal pagi ini.

Setelah selesai bersiap-siap untuk ke sekolah, Isha segera menuju meja makan untuk sarapan.

Di meja makan tersisa ibunya yang sedang menemani Vano, Abangnya Isha untuk sarapan, sedangkan makanan yang ada di depan ibunya tampak belum tersentuh.

Isha segera duduk, kemudian menyantap sarapan yang ia dan ibunya buat tanpa berbicara apapun. Saat ingin minum, Isha baru sadar jika susu yang tersisa hanya susu putih dan terlihat abangnya sedang menghabiskan susu coklat.

Ibunya Isha tampak mengelus kepala Vano dengan lembut, kemudian Vano berdiri dan segera berangkat kuliah, "Bu, Vano berangkat kuliah dulu ya. Sha, abang berangkat. Assalamu'alaikum"

"Waalaikum salam" sahut Isha dan ibunya dengan bersamaan.

"Bu, buruan sarapan. Keburu nasinya dingin" ucap Isha.

Ibunya menganggukkan kepalanya, "Iya kak, kamu juga makan yang banyak biar bisa belajar yang rajin biar bisa seperti abangmu" tutur ibunya sembari mulai menyantap sarapannya.

Sedangkan Isha, hanya menghela nafasnya kemudian kembali memakan makanan yang ada dihadapannya.

Saat selesai makan, Isha segera meminum air putih yang ada di gelas kecil kemudian segera berdiri karena Arsen sudah tampak di depan pagar rumahnya.

"Isha berangkat dulu ya bu" pamit Isha sembari mencium tangan ibunya. Ibunya Isha mengambil susu putih kemudian memberikannya kepada Isha, "Ini susunya diminum dulu"

"Bu, tapi itu susu putih, Isha kan-"

"Kak, diminum. Udah ibu buat kan tadi" ucap ibunya memotong perkataan Isha.

Dengan berat hati, Isha segera mengambil susu yang ada di tangan ibunya, kemudian segera meminumnya sampai habis tanpa bernafas, seperti sedang meminum jamu.

"Itu baru putri ibu, bilang sama Nak Arsen ya, hati-hati di jalan. Nggak usah ngebut, ini masih pagi kok" pesan ibunya.

Isha hanya menganggukkan kepalanya, kemudian segera keluar rumah untuk menemui Arsen yang tampak sudah menunggunya dengan motor vespa berwarna biru kesayangannya.

Arsen melihat Isha keluar dari pagar rumahnya dengan wajah seperti sedang terganggu dengan sesuatu.

"Kenapa?" tanya Arsen.

"Hah? Nggak papa kok, ayo berangkat" sahut Isha sembari mengambil helm kemudian naik ke motor Arsen.

Tak seperti biasanya, Arsen tampak mengambil sesuatu dari ranselnya. Tiba-tiba ia memberikan permen rasa mint kepada Isha.

"Buat gue?" tanya Isha sembari mengambil permen yang diberikan Arsen untuknya.

Arsen menganggukkan kepalanya. "Tapi, buat apa?" tanya Isha

"Buat netralisir" sahut Arsen.

Isha segera membuka bungkus permen tersebut, kemudian memasukkannya ke mulutnya.

"Air ada di tas gue" ucap Arsen sembari mulai mengendarai motornya.

"Buat apa Sen?" tanya Isha, sebenarnya Isha sudah tau untuk apa Arsen memberitahu bahwa ada air mineral di tasnya.

Isha sengaja ingin membuat Arsen kesal karena terus bertanya kepadanya.

"Ck!" decak Arsen kesal, sedangkan Isha tertawa melihat Arsen yang mulai kesal.

"Iya-iya, buat gue kan? Makasih ya Sen, lagian lo kayak cenayang sih. Tiba-tiba tau kalau gue habis minum susu putih" ujar Isha sembari mengambil air mineral yang ada di tas Arsen.

Sedangkan Arsen hanya diam saja, Isha sudah kebal dengan sifat menyebalkan Arsen yang sejak kecil hingga sekarang belum hilang. Yaitu irit kata, ia sangat malas banyak bicara. Apalagi merespon Isha yang cerewet itu.

"Sen, gue heran deh. Tiap berangkat sekolah, lo cuman diem aja di depan rumah tanpa kasih tanda apapun ke gue. Telfon, chat atau minimal pencet klakson kek, biar gue tau kalau lo udah di depan rumah" celoteh Isha.

"Biarin"

"Nggak bisa banyakan dikit bang jawabnya? Sariawan kok tiap hari" cibir Isha, padahal ia tau kalau Arsen tidak sedang sariawan. Lagipula Arsen memang selalu tak banyak bicara, persis seperti orang yang sedang sariawan.

"Sha"

"Iya deh iya, gue diem"

Kalau sudah begitu, Isha lebih memilih diam daripada Arsen jadi semakin kesal. Kan tidak lucu jika Isha diturunkan di tengah jalan.

***

Suasana kelas XI MIPA 2 sudah mulai ramai, Isha dan Arsen segera masuk kelas dan duduk di kursi mereka. Isha duduk di samping Arsen, selalu seperti itu sejak mereka mulai satu sekolah.

"Nggak ada PR kan Sen?" tanya Isha. Arsen menggelengkan kepalanya.

Tak lama kemudian, terlihat Hanna dan Nada masuk ke kelas. Nada dan Hanna adalah teman dekatnya Isha, mereka berdua duduk tepat di depan bangku yang di duduki oleh Isha dan Arsen.

"Kalian dari mana? Kok barengan?" tanya Isha.

"Habis ada panggilan alam" sahut Hanna.

"Nada, gimana kemajuan hubungan lo sama Kak Valdi?" tanya Isha dengan antusias.

Nada segera memutar posisi kursinya agar bisa lebih leluasa bercerita dengan Isha, diikuti oleh Hanna.

"Dua hari Kak Valdi nggak ada kabar, galau gue" curhat Nada dengan raut wajah sedihnya.

"Sibuk kali, kalau gue lihat-lihat Kak Valdi tuh udah ngincer lo dari jaman MOS tau" timpal Isha.

"Tapi tetep harus waspada, jangan sampai kena PHP lo" peringat Hanna.

"Ah, lo mah pikirannya negatif mulu. Jangan bikin Nada makin overthingking kek Han" protes Isha.

"Tapi ada benarnya kok si Hanna, Sha. Kak Valdi udah deketin aku dari awal masuk, tapi sampai sekarang belum nembak-nembak juga" timpal Nada

"Yakan kita harus mikir dari kemungkinan terburuk juga, jangan pasang ekspektasi tinggi-tinggi Nad" ujar Hanna sembari menepuk pundah Nada.

Faisal yang sebelumnya entah datang dari mana, tiba-tiba duduk di meja Isha "Gaya lo nasehatin orang, pacaran aja belum pernah" cibir Faisal. Salah satu teman sekelas sekaligus teman akrab dari mereka.

"Ngasih masukan nggak harus praktik kali" kilah Hanna.

"Tapi lo tuh sok tau" goda Faisal sembari menarik rambut Hanna.

Hanna segera menarik tangan Faisal, "Gausah nyebelin kalau jadi orang" ucap Hanna, kemudian menggigit tangan Faisal dengan kencang.

"Hanna, sakit woii, gue bercanda astaga. Sakittt!" keluh Faisal sembari berusaha melepaskan tangannya dari gigitan Hanna.

"Makanya jangan nyebelin" sahut Hanna setelah melepaskan gigitannya dari tangan Faisal.

Faisal mengusapkan bekas gigitan Hanna di tangannya ke lengan baju Hanna, "Bukan apa-apa Han, gue takut kena rabies habis lo gigit" ujar Faisal.

"Lo pikir gue anjing!"

Faisal yang mulai khawatir melihat Hanna yang sudah tampak sangat kesal, tampak kembali duduk di samping teman bangkunya, Gavin.

"Jangan terlalu kesal sama cowok, Han" peringat Isha.

"Faisal itu spesies menyebalkan, gabisa gue nggak kesel sama dia" sahut Hanna.

Isha dan Nada kemudian tertawa, "Hati-hati, kalau benci biasanya nempel" ujar Isha dan Nada bersamaan secara tidak sengaja.

Beberapa menit berbincang, tiba-tiba bel mulai pelajaran berbunyi.

Tak lama setelahnya, Bu Suci masuk ke kelas untuk memulai mata pelajarannya. Bu Suci adalah guru fisika sekaligus wali kelas Isha.

"Selamat pagi anak-anak, silakan buka buku paket halaman 150, kita bahas tentang hukum newton" ucap Bu Suci.

Bagi Isha, pelajaran Fisika itu sangat aneh, apel jatuh saja dihitung, pantulan bola basket pun juga dihitung. Fungsinya untuk apa? Membuat otak pusing saja.

"Sudah di buka bukunya? Baik ibu mulai, jadi hukum newton itu ada tiga, hukum newton satu ini sering juga disebut dengan hukum kelembaman, ada yang tau kenapa?"

Siswa yang sebelumnya ramai dengan keluhan, mendadak diam. Hanya beberapa saja berbisik saling suruh untuk menjawab. Padahal jawabannya jelas ada di buku cetak yang mereka pegang.

"Arsen, kenapa disebut hukum kelembaman?"

"Karena, apabila tidak ada gaya yang bekerja pada benda, atau resultan gaya yang bekerja pada benda adalah 0, maka benda akan diam" sahut Arsen tanpa melihat kearah buku.

Bu Suci terseyum puas dengan jawaban Arsen. Kemudian mulai menulis rumus.

"Iya, bendanya diam kayak lu" bisik Isha.

"Diam" peringat Arsen.

"Bener kan kata gue? Nggak usah mengelak deh Tuan Muda Arsen" cibir Isha.

"Isha, apa contoh hukum newton satu" ucap Bu Suci yang tiba-tiba menghadap kearah siswa, padahal setahu Isha tadi masih menulis rumus.

Isha menyenggol Arsen, meminta agar diberitahu jawabannya.

"Sen, apaan?"

"Gak tau"

"Arsen, buruan gue udah dipelototin sama Bu Suci"

"Mobil ngerem mendadak" bisik Arsen.

Isha kemudian berdiri, "Contohnya saat mobil ngerem mendadak bu"

Bu Suci tampak menganggukkan kepalanya, "Bagus, jangan ngobrol lagi ya" peringat Bu Suci. Isha menganggukkan kepalanya kemudian kembali duduk.

Setelah menjelaskan beberapa rumus hukum newton yang entah ada berapa itu, siswa diminta untuk mengerjakan soal sedangkan Bu Suci pamit untuk keluar kelas sebentar.

Baru melihat soalnya saja, sudah membuat Isha mual. Bagaimana jadinya kalau ia harus mengerjakannya?

Isha meletakkan kepalanya di mejanya sembari menghadap Arsen yang tampak serius mengerjakan soal. "Sen" panggil Isha.

"Hmm"

"Lo nggak pusing?"

"Nggak"

"Otak lo terbuat dari apa sih? Heran gue"

"Serius tanya?" ucap Arsen sembari melirik Isha.

Isha segera menggelengkan kepalanya, "Nggak perlu Sen, cukup contekin gue jawaban soal itu aja. Cukup tiga aja, yang dua biar gue urus sendiri" sahut Isha cepat.

Arsen kembali fokus mengerjakan tugas yang ada di papan tulis sembari sedikit menggelengkan kepalanya melihat tingkah gadis yang duduk disampingnya itu.

Bagaimana mungkin Isha mau mendengarkan jawaban Arsen, ia sudah hafal jika pertanyaan ngawurnya itu akan dijawab secara ilmiah oleh Arsen. Isha tidak akan tahan mendengar penjelasan Arsen.

Bagi Isha, lebih baik Arsen diam saja seperti benda mati daripada berbicara secara ilmiah.

"Belajar, sini gue ajarin" ucap Arsen sembari menarik buku tulis Isha.

Isha segera mengangkat kepalanya, "Kali ini, gue lihat jawaban lo aja deh Sen, kepala gue pusing" alasan Isha.

"Belajar Sha"

"Masalah belajar, gue serahin ke lo aja deh Sen. Gue lihat jawaban lo aja ya? Ya? Boleh kan? Lain kali gue belajarnya" bujuk Isha.

Arsen menghela nafasnya, kemudian memberikan buku tulisnya kepada Isha.

"Arsen baik deh, kan gue makin betah duduk samping lu" seru Isha sembari mulai menyalin jawaban yang ada di buku Arsen.Sedangkan Arsen hanya diam saja mendengar seruan Isha tersebut.

Jika sudah mendapat jawaban seperti itu, Isha seolah lupa bahwa ia sering menyumpah serapahi Arsen yang sangat irit bicara itu.

Mungkin itu karena baik Isha maupun Arsen sudah terbiasa bersama sejak kecil. Meskipun menyebalkan, mereka saling bisa mengatasi sifat menyebalkan mereka satu sama lain. Karena memang diantara keduanya, hampir tidak ada kesamaan. Namun, saling melengkapi.
__________________________________________

Dapet salam tuh dari Arsen dan vespa biru kesayangannya.

Hehe.

Gimana bab 1 ini menurut kalian?

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 130K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
2.9M 177K 63
Masa putih abu yang seharusnya cerah kini berubah menjadi gelap karena seseorang telah merenggut kehormatannya. Kisah dimana seorang gadis desa yang...
4.8M 534K 43
(FOLLOW AUTHORNYA) (JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN GUYS💚💚) Ini tentang drama antara babysitter dengan bosnya. Bosnya yang tampan sekaligus duda berana...
1.5M 158K 39
[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACAA. THANK YOU♡] FYI: CERITA INI SUDAH MEMASUKI TAHAP REVISI LEBIH BAIK Jika di tanya apa yang paling Jenessa benci di...