Jeval

By jejesaaa_

516K 13.8K 474

Move on memang melelahkan, selain menguras tenaga juga menguras emosi pula. 1,5 tahun yang lalu Jeva memutusk... More

Say Hi
0.0
0.1
0.2
πΆβ„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘π‘‘π‘’π‘Ÿ π΄π‘’π‘ π‘‘β„Žπ‘’π‘‘π‘–π‘
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.0
2.1
2.2
2.4

2.3

10.8K 350 32
By jejesaaa_

Hi! Did u miss me?

agk telat dikit tapi gapapa ya kan?

capek bat gw banyak tugas minggu ini, tp demi kalian gw update loh😣👍🏻

Happy reading guys.

Lila menghela nafasnya berkali-kali. Seperti akan menghadapi sebuah ujian akhir semester. Ia merasa grogi dan diam di tempat selama lebih dari 10 menit.

Mencoba mengumpulkan niat, tapi kembali ia urungkan.

Haruskah ia melakukan hal itu? Atau lebih baik ia kembali dan tak usah melakukan hal tersebut.

Kembali berfikir kembali, apa yang harus ia lakukan setelahnya. Lila bertanya dalam hati, mengapa ia sangat cupu untuk melakukan hal tersebut.

Padahal hal tersebut bukanlah suatu masalah yang besar untuknya. Namun, ia juga memiliki segudang gengsi. Ya, pastinya ia harus berfikir 100 kali sebelum menjalankan sesuatu.

Jadi, apa yang sedang Lila lakukan sekarang? Dia sedang berada di depan kamar Jeva.

Hari itu pukul 17.00 di mana suasana rumah tampak sepi, seperti tidak ada kehidupan di dalamnya.

Lila ingin mengajak Jeva untuk keluar bersama atau dengan istilah lain, mungkin dating.

Decakan kesekian ia ucapkan tanpa ia sadari. Tangannya yang sebelumnya naik untuk sekedar mengetok pintu milik Jeva, kembali ia turunkan lagi.

Jangan tanya mengapa? Karena Lila sedang berusaha untuk menurunkan gengsinya yang lumayan tinggi juga jika dipikir-pikir.

Kembali ke topik, akibat tak sengaja kepergok menatap Jeva dengan lama tadi di kantin. Lila mendadak gengsi untuk sekedar mengetok pintu kamar Jeva. Ya, karena dia malu woyyyyy.😞☝🏻

Kalau salting mah, tidak usah ditanya. Sudah pasti hal tersebut terjadi. Tapi ya gimana, sekarang ia kembali merasakan malu setinggi gunung Everest.

Tadi setelah kepergok menatap Jeva lama, Lila langsung buru-buru pergi dari sana. Lila juga memilih pulang sendiri menaiki bis kota untuk meminimalisir pertemuannya dengan Jeva.

Namun tadi saat ia sampai di rumah, ternyata ada Tante Rosa yang sedang bersiap-siap untuk pergi. Katanya ia sedang ada pekerjaan di luar kota selama seminggu.

Tante Rosa sendiri mengatakan hal tersebut secara mendadak, yang membuat ia tak sempat untuk bicara secara langsung dengan Jeva.

Jadilah Lila berada di sini sekarang, untuk memberitahukan salam dari Tante Rosa untuk menjaga Lila sebaik mungkin. Mungkin anak kandung Tante Rosa sudah berganti menjadi Lila hingga tak mempedulikan Jeva. Ya sudahlah ya, masalahnya sekarang adalah Lila masih merasa malu setelah kejadian tadi.

Apa ia harus kembali ke kamar saja? T-tapi kan ia juga pengen keluar bareng Jeva.

Ya sudah mari kita ketuk saja pintunya.

Sebelum mengetuk pintu tersebut. Terbukalah pintu kamar milik Jeva, dan nampak sang empunya sedang menatap Lila kebingungan.

Sedang apa Lila di sini? Begitu pikirnya sembari mengernyit keheranan.

"Ah itu." Lila masih dengan susah payah memikirkan kalimat untuk menjelaskan kepada Jeva sependek mungkin.

"Tante tadi bilang mau keluar kota tapi gak sempet bilang ke kamu. Katanya kamu disuruh buat jagain aku. Tapi gak perlu dijagain juga gak papa kok. Lagian aku juga udah gede, gak masalah lah kalo gak dijagain. Terus juga gak ada makanan sama sekali. Jadi, yuk keluar cari makan. Mau gak Jev?" Ucap Lila dengan agak cepat saat pengucapannya. Padahal tadi ia memikirkan untuk memberi kalimat yang sedikit saja, tapi tak tau ketika berhadapan dengan Jeva semua seolah sirna dan berganti dengan sisi dirinya yang sebenarnya.

Jeva terdiam sejenak. Ia terlihat memikirkan hal tersebut dengan sangat dalam, membuat Lila sedikit gugup.

"Gak, males!" Balasan singkat dari Jeva membuat Lila melunturkan senyumannya seketika.

Hal itu tentunya tak lepas dari pandangan Jeva, ia tersenyum di dalam batinnya.

Mari kita lihat, seberapa inginnya Lila untuk pergi bersamanya!

"Ya udah kalo gak mau." Membuat Jeva terbengong. Sungguh di luar dugaannya. Ia kira Lila akan memohon dengan memasang wajah melasnya. Ternyata malah kebalikannya.

Lila segera beranjak dari sana. Pupus harapannya seketika saat Jeva berkata tidak kepadanya.

"Bentar." Ujar Jeva sembari menangkap pergelangan tangan Lila.

Padahal ia hanya merindukan raut wajah Lila saat memelas. Namun, ya sudahlah. Ia turunkan terlebih dahulu gengsinya.

"Ayo, tapi pake cara gue." Jeva menyeringai dalam diam.

"Oke. Aku siap-siap dulu deh." Jawab Lila setelah Jeva melepaskan pergelangan tangannya.

Jeva sebenarnya sadar tidak ya? Kalau Lila sedang grogi setengah mati. Makanya ia buru-buru pergi dari sana untuk segera menenangkan dirinya sendiri.

Lila segera beranjak dengan cepat. Tadi ia sudah mandi, sehingga sekarang tinggal bersiap-siap saja mengganti pakaiannya.

Berasa seperti pergi jalan saat pertama kali berpacaran dengan Jeva, bahkan dulunya ia tak merasakan rasa groginya sebesar pada saat ini.

"Ayo Jev!" Setelah hampir setengah jam lamanya menunggu, akhirnya yang ditunggu datang juga.

Namanya juga cewek. Gerutu Jeva dalam hati.

Lila mematung sejenak, tatkala Jeva langsung menggenggam tangannya saat berjalan keluar. Wisata masa lalu.

Hal itu membuat Lila tak sadar selama beberapa saat, ternyata mereka berdua malah berjalan menuju halte yang jaraknya dari rumah Jeva ada sekitar lima menitan.

Tumben, pikir Lila. Untuk apa pula mereka akan menaiki Bus kota. Sedangkan Jeva juga tidak memperjelaskan niatnya saat ini yang lebih memilih Bus kota daripada menaiki motor ataupun mobil miliknya.

Lila hanya mengamati Jeva dalam diam, melihat Jeva yang sepertinya sudah mengenal dengan baik dalam mengetahui arah-arah dari Bus kota yang akan mereka naiki nantinya.

Tak menunggu lama, Bus yang ditunggu pun datang. Terlihat sekali jam sudah menunjukkan pukul 17.40, di mana biasanya untuk jam segini terdapat banyak orang yang pulang dari kerja. Membuat Bus kota menjadi ramai oleh orang.

Di dalam Bus sendiri hanya menyisakan satu bangku saja. Jeva lalu segera menyuruh Lila untuk duduk di sana. Sedangkan Jeva berdiri di depannya, masih dengan genggaman tangan yang terkait.

Ia tak berhenti tersenyum melihat kepedulian Jeva yang masih bisa ia rasakan dengan jelas. Membuat hatinya merasa senang seketika.

Setelah lima belas menit. Telah sampai di tempat yang mungkin memang sudah Jeva tuju sebelumnya.

Mereka kembali berjalan, masih dengan tangan yang bertautan. Lila sendiri masih belum mengerti ke mana Jeva akan membawanya.

Ternyata Jeva membawanya ke sebuah pasar malam yang saat itu sudah terlihat cukup ramai di jam tersebut.

Sudah lama Lila tak datang di sebuah pasar malam, karena di rumahnya jarang sekali terdapat pasar malam.

Terdapat banyak jajanan di pelataran pasar malam tersebut. Membuat Lila bergumam dalam hati, perutnya bersorak kegirangan melihat banyaknya pedagang makanan.

Ia lalu segera menyeret Jeva untuk pergi ke stand makanan terlebih dahulu. Untuk mengganjal perutnya yang terasa kelaparan.

"Jev kamu yang bayar ya, aku gak bawa uang." Ucapnya sembari memohon kepada Jeva. Membuat Jeva menjadi sedikit merasa lucu akan tingkah Lila.

Belum dijawab oleh Jeva, Lila malah langsung memesan 2 potato twister dan juga es jeruk peras.

Setelah membeli makanan dan minuman tersebut, Lila beranjak lagi ingin membeli mie ayam yang terlihat sangat ramai di standnya itu terlihat menggiurkan.

Jeva yang diseret pun hanya mengiyakan terpaksa.

Setelah mendapat tempat duduk dan memesan dua mangkok mie ayam, ia pun memakan potato twister miliknya dan memberikan satunya kepada Jeva.

"Mau?" Tanya Lila sembari menyodorkan potato twister miliknya ke hadapan Jeva.

Ia sendiri tak menduga bahwa hal selanjutnya Jeva akan memakan bekasnya dan juga Jeva sendiri juga sudah memiliki potato twister miliknya sendiri.

"Kok dimakan sih?" Gerutu Lila kepada Jeva yang dihadiahi tawa kecil oleh Jeva.

"Lah tadi ditawarin, ya siapa yang nolak. Aneh banget sih lo!" Jawab Jeva santai yang membuat Lila mencebikkan bibirnya.

"Ya harusnya ditolak Jev, kan aku cuma basa basi doang. Lagian kamu juga punya sendiri." Tingkahnya yang sedikit ngambek kepada Jeva membuat Jeva tertawa.

"Suka suka gue lah." Jawab Jeva kembali yang semakin membuat Lila semakin meradang atas balasan dari Jeva.

Tangan Jeva terangkat mengacak rambut milik Lila, semakin membuat Lila semakin kesal kepadanya.

"Jevaaaaaaaaaaaa." Dengan nada yang kesal membuat Jeva semakin tertawa atas tingkahnya.

Rasa kesalnya sedikit memadam saat mie ayam yang telah ia nantikan sedari tadi telah sampai di depannya.

Lila segera memakan mie ayam tersebut dengan cukup lahap, seperti orang kelaparan.

Bahkan mie ayam tersebut tandas dengan waktu yang cepat. Membuat Jeva berdecak kagum di dalam hati. Itu Lila apa sungguh selapar itu dari tadi.

Sedangkan milik Jeva sendiri masih terlihat separuh. Lila menatap dirinya seakan ia masih menginginkan makanan tersebut.

Jeva dengan pasrahnya memberikan punyanya tersebut kepada Lila.

Menatap Lila yang fokus menghabiskan mie ayam miliknya, membuat ia tersenyum tanpa henti. Hal itu tak disadari oleh Lila, bahwa Jeva akan selalu jatuh kepadanya.

Setelah menyelesaikan makanannya, Lila lalu menyuruh Jeva untuk segera membayar makanan mereka.

Lila lalu menyeret Jeva untuk memainkan capit boneka. Ia cukup tergiur, siapa tau Jeva bisa mendapatkannya.

Namun semua harapan tinggal harapan, Jeva bahkan tak dapat mendapatkan satupun boneka. Padahal mereka sudah menghabiskan banyak uang untuk hal tersebut dan tak menghasilkan apapun.

"Jevaaaa mau naik bianglala, ayooo." Seret kembali Lila kepada Jeva yang masih menampakkan raut wajah pasrahnya.

Lilaash_

Perfect✨

110 disukai

Komentar dinonaktifkan.

T

erlihat pemandangan indah di bawah sana, saat Lila menaiki bianglala berdua bersama Jeva.

Membuat Lila terpukau dengan segala keindahan yang diperlihatkan. Sedangkan ia tak sadar bahwa ia diperhatikan oleh Jeva sedari tadi, jika ia sadar maka ia akan salting sampai dasar laut.

Semua terlihat indah oleh Lila, apalagi ia menikmati semua ini bersama Jeva.

Tak terasa mereka sudah berada di sini kurang lebih 2 jam-an. Menghabiskan semua waktu untuk bermain bersama.

"Udah, ayo pulang." Ucap Lila setelah bermain lempar gelang.

Menggandeng tangan Jeva tanpa ia sadari sedari tadi. Mungkin karena terlalu asik bermain, sampai ia melupakan gengsinya sejenak.

Saat sudah berada di pinggir jalan, ia melihat seorang pengemis. Membuat rasa tidak teganya ingin memberikan sedikit uang kepadanya.

"Jev, boleh minta uang sedikit gak?" Tanya Lila dengan masih menatap pengemis tersebut dengan rasa kasihan.

"Buat apa?" Tanya balik Jeva kepada Lila.

"Mau ngasih uang ke pengemis itu." Jawab Lila sembari menunjuk seorang pengemis di pinggir sana.

Jeva lalu menatap ke arah seorang pengemis pria dengan pakaian lusuh, serta berserakan barang-barang miliknya.

"Hey, dengerin gue. Jangan kasihan sama pengemis seperti itu. Dia masih sehat bugar buat cari uang. Tapi dia lebih milih jalan jadi pengemis. Hal seperti itu gak bisa buat dikasihani. Di dunia luar sana ada banyak orang gak sempurna, tapi dia masih mau usaha buat cari nafkah. Dia seharusnya bisa buat cari uang dengan jalan lain, tapi dia milih buat ngemis karna itu hal paling mudah. Dan satu lagi, jangan jadi orang yang gak enakan. Nanti lo jadi mudah buat dimanfaatin sama orang lain." Jeva terlihat serius dengan ucapannya, kedua tangannya berada di sisi tubuh Lila dan memegang pundak Lila. Membuat Lila menatap Jeva tak kalah serius dan menemukan sisi lain dari seorang Jeva.

"Udah ayo nyebrang jalan." Kalimat tersebut seolah mengacaukan ekspetasi Lila mengenai Jeva seketika. Dari yang berbicara sangat serius dan mengubahnya dalam hitungan beberapa detik.

Tak lupa pula, Jeva kembali menggandeng tangan Lila dengan erat seakan-akan takut kehilangan dirinya.

Mereka berjalan hingga melewati halte yang sempat tadi ia singgahi setelah turun dari Bus kota. Membuat Lila kebingungan, mau ke mana lagi Jeva mengajak dirinya. Padahal Lila sudah lelah dan ingin rebahan secepatnya.

"Kita mau ke mana?" Tanya Lila sambil mendongak ke arah Jeva yang berada di sampingnya.

Jeva terlihat tinggi dibandingkan dirinya, meskipun ia memiliki tinggi yang lumayan. Namun tak memungkiri bahwa tinggi Jeva lumayan juga. Apalagi ditambah langit malam di atas sana. Menambah keindahan ciptaan Tuhan.

"Do you wanna do something fun?" Tanya balik Jeva yang masih setia melihat jalanan di depannya.

"With you? Of course i want." Balasnya dengan ucapan yang pelan.

"Nanti kalo gue bilang lari, kita lari. Itu peraturannya." Jeva lalu menatap Lila yang saat ini masih saja menatap Jeva tanpa ada rasa lelah.

"Oke." Angguk Lila singkat.

"Doyan kopi kan lo? Mau gak?"

"Mauu."

Jeva terlihat menatap ke arah sekitar. Seolah mencari-cari sesuatu yang sekiranya tak Lila mengerti. Tak lupa Jeva juga menatap jam tangannya, mungkin untuk mengetahui pukul berapa saat ini.

"Waktu kita lima belas menit. Jangan lebih dari itu dan lo cuma ikutin gue aja. Juga jangan banyak protes."

Lila yang tak mengerti dengan maksud dari Jeva hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Lagian Jeva juga tak mau memberi tahukan apa yang akan mereka lakukan saat ini.

Lalu tibalah mereka di suatu supermarket yang lumayan besar ukurannya.

Jeva mengajak Lila untuk masuk ke dalam supermarket tersebut. Pengunjung supermarket di sini nampak sepi. Hanya ada beberapa orang yang berbelanja di sini.

Mereka berdua memilih ke daerah minuman dingin. Jeva nampak memilih minuman yang ada di sana.

Ia mengambil dua kaleng minuman berkafein dengan merek yang cukup terkenal.

Seusai mengambil dua kaleng kopi tersebut. Mereka berjalan menuju kasir. Kasir tersebut adalah seorang cowok berkacamata.

"Berapa bang?" Tanya Jeva kepada kasir tersebut.

"16.000 kak totalnya, pakai kresek atau tidak?" Tanya balik kasir tersebut dengan keramahannya.

"Gak." Jeva menjawab dengan singkat, lalu ia tampak merogoh kantong saku celana depan dan celana belakangnya. Namun ia nampak tak mengeluarkan uang sama sekali dari sana.

"Yah bang, gak ada uang nih. Gimana dong?" Jeva bertanya dengan nada yang santai.

Lila yang melihatnya hanya diam saja, ia memiliki firasat buruk sepertinya mengenai kejadian yang akan datang.

"Ya harus bayar kak, sudah menjadi kewajiban jika membeli maka juga harus membayar." Kasir tersebut masih mencoba sabar dan masih tampak ramah pula terhadap mereka berdua.

"Ya namanya juga gak ada uang ya gak ada bang. Kenapa maksa gitu, gue gak suka pelayanannya. Sorry bintang 1." Jeva yang mengucapkan dengan santai sekali malah membuat Lila panik sendiri.

Masalahnya Lila sendiri juga tidak membawa uang sama sekali tadi saat berangkat. Ia kelupaan membawanya dan baru teringat saat sudah berada di dalam Bus kota.

"Ayo pergi, gue gak betah di sini lama-lama." Ujar Jeva sambil menarik tangan Lila dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang kedua minuman tadi.

Mereka berjalan santai seolah tidak terjadi apa-apa mengenai sebelumnya.

Kasir tersebut terlihat mulai panik dengan pelanggan kali ini. Kemudian ia nampak berjalan mengikuti Jeva dan Lila yang sudah membuka pintu masuk dari supermarket tersebut.

"Kak belom dibayar ya, jangan pergi dulu." Ucap kasir tersebut dengan nada yang sedikit menyentak sambil memegang pundak Jeva.

Jeva yang melihat itupun masih terlihat santai, dan mencoba untuk melepaskan tangan sang kasir yang berada di pundaknya. Tak lupa ia menyuruh Lila untuk keluar dari sana terlebih dahulu dan memberikan dua kaleng minuman kafein tersebut kepada Lila.

"Kok lo makin maksa sih. Anjing lo." Maki Jeva kepada kasir tersebut. Lalu ia mendorong bahu kasir tersebut, sampai membuatnya memundurkan langkahnya.

"Kak, ini saya bicara baik-baik loh. Kenapa malah menjadi seperti itu." Ucap kembali kasir tersebut yang sepertinya sudah semakin kesal.

"Halah bacot dah." Jeva berucap santai dan bergerak menghampiri Lila di depan yang terlihat kebingungan dengan apa yang dibicarakan oleh Jeva dan sang kasir.

Kasir tersebut tanpa ada lelahnya mencoba kembali menghampiri Jeva dan Lila di luar.

"Run." Ucap Jeva pelan kepada Lila saat ia sudah berada di samping Lila serta memegang pergelangan tangan Lila dan langsung menariknya untuk segera berlari meninggalkan sang kasir yang baru sampai di tempat sebelumnya mereka berdiri.

"WOI BAYAR JANGAN KABUR." Teriak kasir tersebut dan mencoba untuk berlari mengejar Jeva dan Lila.

Sedangkan yang dikejar malah tertawa kencang melihat aksi sang kasir yang ia kira akan kalem ternyata bisa ngegas juga.

Mereka berlari dengan sangat cepat, masih dengan sang kasir yang terus meneriaki mereka dan juga berlari mengejar mereka berdua.

Hingga mereka sampai di halte yang sebelumnya. Di sana sudah terlihat ada Bus kota yang berhenti dan nampak seperti akan berjalan.

Langsung saja, mereka berdua masuk ke dalam Bus kota tersebut dan segera menutup pintu Bus kota. Tak lupa ia menyuruh sang sopir Bus untuk menjalankan Bus tersebut.

Sang kasir nampak masih menyorakinya saat Bus sudah berjalan. Ia tampak kelelahan mengejar Jeva dan Lila. Namun Jeva dan Lila malah menertawakan sang kasir.

Mereka berdua lalu duduk di tempat yang kosong berdampingan. Dengan suara yang ngos-ngosan dan juga sisa tawa yang masih berderai.

"Seruu banget Jev." Ujar Lila sembari meluruskan kakinya dan kepalanya menatap ke arah langit-langit Bus kota.

"Tapi dosa gak sih?" Ujarnya kembali dan memikirkan jika semua itu dosa.

"Gak papa, sekali-kali doang. Lagian juga supermarket gak bakalan seketika langsung bankrut kalo gak bayar segitu." Jeva menatap Lila yang kelelahan, "biar lo seneng juga." Tambahnya dalam hati kecilnya.

Damn, i like me better when i'm with you.

Tbc.

SPAM UNTUK NEXT CEPET.

See u next chap.💖💖💖

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 34.3K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
440K 27.3K 55
Masalah besar menimpa Helena, ia yang sangat membenci bodyguard Ayahnya bernama Jason malah tak sengaja tidur dengan duda empat puluh empat tahun itu...
6.3M 328K 59
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
1.5M 6.7K 16
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. πŸ”žπŸ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...