THE WAY [END]

Oleh mayaretnaa

6.1M 706K 44.5K

FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan ya... Lebih Banyak

๐ŸŒผ TW chapter 1
๐ŸŒผ TW chapter 2
๐ŸŒผ TW chapter 3
๐ŸŒผ TW chapter 4
๐ŸŒผ TW chapter 5
๐ŸŒผ TW chapter 6
๐ŸŒผ TW chapter 7
๐ŸŒผ TW chapter 8
๐ŸŒผ TW chapter 9
๐ŸŒผ TW chapter 10
๐ŸŒผ TW chapter 11
๐ŸŒผ TW chapter 12
๐ŸŒผ TW chapter 13
๐ŸŒผ TW chapter 14
๐ŸŒผ TW chapter 15
๐ŸŒผ TW chapter 16
๐ŸŒผ TW chapter 17
๐ŸŒผ TW chapter 18
๐ŸŒผ TW chapter 19
๐ŸŒผ TW chapter 20
๐ŸŒผ TW chapter 21
๐ŸŒผ TW chapter 22
๐ŸŒผ TW chapter 23
๐ŸŒผ TW chapter 24
๐ŸŒผ TW chapter 25
๐ŸŒผ TW chapter 26
๐ŸŒผ TW chapter 27
๐ŸŒผ TW chapter 28
๐ŸŒผ TW chapter 29
๐ŸŒผ TW chapter 30
๐ŸŒผ TW chapter 31
๐ŸŒผ TW chapter 32
๐ŸŒผ TW chapter 33
๐ŸŒผ TW chapter 34
๐ŸŒผ TW chapter 35
๐ŸŒผ TW chapter 36
๐ŸŒผ TW chapter 37
๐ŸŒผ TW chapter 38
๐ŸŒผ TW chapter 39
๐ŸŒผ TW chapter 40
๐ŸŒผ TW chapter 41
๐ŸŒผ TW chapter 42
๐ŸŒผ TW chapter 43
๐ŸŒผ TW chapter 44
๐ŸŒผ TW chapter 46
๐ŸŒผ TW chapter 47
๐ŸŒผ TW chapter 48
๐ŸŒผ TW chapter 49
๐ŸŒผ TW chapter 50
๐ŸŒผ THE END ๐ŸŒผ
WHAT IS THIS?
EXTRA CHAPTER? SEQUEL?

๐ŸŒผ TW chapter 45

92.6K 12.1K 1.7K
Oleh mayaretnaa

Typo? Silahkan berkomentar!
Vote dan komen di setiap chapter ya guys

Enjoy!!
↓↓↓↓

Setelah perjalanan yang cukup panjang akhirnya mereka sampai di rumah Reina.

"Gue bantuin gendong Reina," tawar Vano saat melihat Davin tertidur di pangkuan Davero dan Reina juga tertidur di jok belakang.

"Gak usah, lo bantuin turunin barang-barang aja," tolak Davero langsung melenggang begitu saja memasuki rumah Reina.

"Dikira gue supir taksi kali ya?" Vano melirik punggung Davero sinis.

Tapi tak urung melakukan perintah Davero.

Setelah menidurkan Davin di kamar Reina, Davero kembali turun ke bawah untuk memindahkan Reina. Ia membuka pintu belakang mobil. Sejenak ia mengamati wajah lelah Reina.

Setelah itu ia menyelipkan tangannya di bawah leher dan di belakang lutut Reina. Ia mengangkatnya menuju kamar. Sampai di kamar ia menidurkan Reina di samping Davin.

Laki-laki itu kembali mengamati wajah Reina lalu perlahan ia mendekatkan wajahnya ke kening Reina.

Cup!

Setelah itu ia berjalan menuju meja belajar yang berisi tumpukan kertas milik Reina. Ia mengambil satu kertas dan menuliskan sesuatu di sana. Kemudian ia menaruh kertas itu di nakas Reina.

Ia kembali turun ke bawah dan langsung mengajak Vano untuk pulang. Karena ini hari minggu jadi bu Tari tidak ada di rumah Reina.

//-//

Sedangkan di tempat berbeda namun di waktu yang sama. Seorang perempuan muda bernama Teresa Lylatama, putri tunggal konglomerat kaya raya Renditama sedang berjuang di ICU karena kondisinya yang semakin menurun.

Semalam ia di rujuk ke rumah sakit yang ada di kota karena ia mengalami sesak di dadanya. Karena rumah sakit yang kemarin ia tempati tidak memiliki alat yang cukup memadahi, akhirnya Papinya langsung memindahkannya ke kota.

Sampai di kota ia langsung ditangani oleh dokter. Ia harus melakukan pengambilan sel darah merah yang berlebihan di tubuhnya. Setelah melakukan pengambilan itu kondisi tubuhnya sempat membaik. Tapi pagi tadi tiba-tiba kondisi tubuhnya menurun dan langsung masuk ICU.

"Teresa bisa sembuh kan Pi?" tanya Fenni di pelukan suaminya.

"Kita doain yang terbaik buat Teresa ya Mi," jawab Pak Rendi menenangkan istrinya.

"Teresa nggak boleh pergi sebelum Mami nebus kesalahan Mami, Pi," ucap Fenni.

"Mami udah banyak nyakitin dia, Mami biarin dia hidup sendiri, Mami selalu biarin dia kesepian."

"Teresa nggak akan pergi Mi," ucap Pak Rendi.

Mereka hanya bisa melihat putri mereka dari kejauhan. Karena aturan khusus rumah sakit untuk kunjungan pasien yang dirawat di ruang ICU.

Tak lama setelah itu, ada langkah kaki yang mendatangi mereka.

"Pak Rendi," panggil orang itu.

Pak Rendi dan Fenni menoleh bersamaan.

"Pak Danes," ucap Pak Rendi setelah melihat siapa yang mendatanginya.

"Saya turut bersedih Pak setelah mendengar kondisi calon menantu saya yang dirawat di ICU," ucap Danes menjabat tangan Pak Rendi.

"Terimakasih Pak," jawab Pak Rendi.

"Saya juga turut bersedih ya Bu Fenni, semoga Teresa bisa lekas pulih," ucap Jihan memeluk 'calon besannya'.

Fenni membalas pelukan Jihan, "Terimakasih Jihan."

"Benar apa yang diucapkan istri saya, semoga Teresa cepat pulih karena acara pertunangannya dengan Davero tidak lama lagi," ucap Danes tanpa tau malu.

Pak Rendi dan Fenni langsung saling pandang. Lalu menatap Danes dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Saya pikir saya harus mengundurkan acara itu atau bahkan membatalkan perjodohan yang telah kita sepakati," ucap Pak Rendi.

"Loh kenapa seperti itu Pak? kita sudah membicarakan ini jauh-jauh hari. Sudah saya sampaikan juga untuk masalah Davero akan saya urus," ucap Danes sedikit terkejut dengan ucapan Pak Rendi.

"Untuk saat ini saya hanya ingin fokus untuk kesembuhan putri saya, saya tidak ingin kesembuhan putri saya terganggu hanya karena memikirkan perjodohan itu."

"Pak Rendi jangan gegabah, malah mungkin saja Davero bisa membantu kesembuhan Teresa," ucap Danes meyakinkan.

"Kalau sampai perjodohan itu batal, aku gak bisa dapat sepeserpun uang dari mereka."

"Gak bisa. Gak akan aku biarkan perjodohan itu batal."

"Davero pasti belum mengetahui kalau Teresa masuk rumah sakit, akan saya hubungi dia agar datang ke sini," ucap Danes.

Belum sempat Pak Rendi menahan Danes, laki-laki paruh baya itu sudah menyingkir pergi untuk menelepon putranya.

"Davero sudah mengetahuinya," gumam Pak Rendi entah pada siapa. Mungkin pada Jihan yang masih ada di hadapannya.

Pak Rendi tak ambil pusing dengan Danes dan Jihan. Ia tidak ingin menguras tenaganya hanya untuk mengurusi orang-orang itu.

Danes berjalan sedikit menjauh dari orang-orang itu karena setidaknya jika Davero tidak mengangkat teleponnya dirinya tidak akan malu. Karena sudah beberapa kali bahkan sering jika ia menghubungi Davero akan diabaikan oleh putranya itu.

Benar saja sudah tiga kali memanggil, tapi Davero tak kunjung menjawabnya.

Namun akhirnya di panggilan ke empat Davero menjawabnya.

"Kamu ke rumah sakit sekarang Dav," ucap Danes tanpa basa-basi begitu teleponnya tersambung.

"Ada apa?" tanya Davero di seberang sana.

"Teresa di ICU, Papa nggak mau tau kamu harus dateng ke sini."

"Saya usahakan," jawab Davero setengah sadar karena ia ditelepon saat dirinya sedang tidur.

"Kamu jangan membantah Papa, Davero! Datang ke Sandia Husada sekarang juga!"

Davero memutuskan sambungan teleponnya begitu saja setelah mendengar suara keras Papanya.

Danes mendengus setelah sambungan teleponnya terputus. Anaknya memang selalu bersikap seperti itu setelah ia menikahi Jihan dan Kakaknya dinyatakan meninggal. Tapi Danes tidak memusingkannya selagi anak itu bisa menghasilkan uang, ia tidak akan gentar untuk selalu mendekatinya.

Di seberang sana mau tak mau Davero bangun dari tidurnya. Ia harus datang ke rumah sakit.

Ia menuju kamar mandinya untuk mencuci muka. Setelah itu ia memakai jaket kulitnya lalu keluar dari kamarnya. Baru saja ia keluar dari kamarnya ponsel yang ada di saku celananya berbunyi.

"Ada apa?" tanya Davero.

"Di mana?"

"Bandung?"

Sejenak Davero memegangi kepalanya sebelum ia menuruni tangga. Semua masalah sedang datang bersamaan. Dan semua membutuhkan dirinya.

"Gue percayain Kak Retha sama lo Gal."

"Teresa masuk ICU, gue harus ke rumah sakit."

"Yo, thanks."

Davero menutup sambungan teleponnya di dua tangga terakhir. Kemudian ia berjalan keluar.

"Mama mana bi?" tanya Davero pada bi Sam yang sedang menyapu halaman.

"Ibu lagi ke pasar, den," jawab bi Sam.

Davero mengangguk paham, "Nanti kalo nyariin bilang Davero lagi jenguk temen ke rumah sakit gitu ya bi," pesan Davero.

"Iya den, hati-hati."

Di mobil Davero mulai memikirkan Mamanya. Di pikirannya membayangkan apa yang terjadi jika Mama Karina mengetahui tentang Aretha.

Davero memiliki setitik rasa bersalah pada Kakaknya karena di saat Kakaknya kembali ia malah sibuk dengan urusannya yang lain. Ia mohon semoga Kakaknya tidak sakit hati pada sikapnya. Lagi-lagi semuanya terlalu tiba-tiba.

//-//

Reina baru saja bangun dari tidur nyenyaknya. Ia terbangun setelah kurang lebih satu jam ia merasakan empuknya tidur di kasur.

Ia menoleh ke samping, melihat wajah Davin yang masih tertidur lelap. Ia meregangkan otot tubuhnya. Ia menyenderkan punggungnya di kepala ranjang.

Saat menoleh ke samping ia tidak sengaja melihat sesuatu. Ia mengambil sebuah kertas yang tertindih ponsel miliknya.

Ia mengambil kertas itu lalu membacanya.

Aku pulang dulu, istirahat yang cukup sayang. Nanti kalo udah bangun telfon aku.

Papanya Davin

Reina tidak bisa menahan kedutan senyum yang ada di bibirnya. Hatinya menghangat setelah membaca surat itu.

Ia mengambil ponselnya lalu mencari kontak Davero. Ia memencet tombol panggil.

Tak perlu menunggu lama panggilannya langsung tersambung.

"Halo."

"Udah bangun?"

"He'em."

"Davin masih tidur?"

"Iya, lo di mana kok kayak rame banget?" tanya Reina saat mendengar suara bising dari seberang.

"Lagi di rumah sakit."

"Rumah sakit? Siapa yang sakit?"

"Teresa."

"Teresa? Teresa kenapa? Gue mau ke sana."

Reina langsung menegakkan duduknya.

"Gausah, kamu di rumah aja nemenin Davin."

"Tapi gue mau liat keadaan Teresa gimana."

"Kamu di rumah aja, kasian Davin gak ada temennya. Sekarang Teresa di ICU."

"Astaga, yaudah hati-hati. Jangan lupa kabarin gue kalo ada apa-apa."

"Iya, jangan lupa makan."

Reina menurunkan ponselnya dari samping telinganya. Ia turun dari ranjangnya dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah selesai, ia hendak turun ke dapur untuk memasak.

Belum sempat ia memutar knop pintu, suara tangisan Davin membuat Reina mengurungkan niatnya.

"Hiks hiks,"

Reina menoleh, ia bergegas untuk mendekati Davin. Sampai di depan Davin, ia mendapati Davin yang tertidur dengan gelisah. Air mata mulai turun dari matanya yang terpejam.

"Davin, sayang kamu kenapa?" tanya Reina mencoba membangunkan Davin.

"Hiks hiks," Davin mulai terisak.

"Sayang, hei bangun. Kamu kenapa?" Reina menepuk-nepuk pelan pipi Davin.

Davin bergerak gelisah, "Hiks hiks."

Mata Davin terpejam erat, tapi mengeluarkan air mata. Bibirnya juga sedikit merintih.

Reina bergerak duduk di ranjang dan mencoba untuk membangunkan Davin dengan mengangkat anak itu ke pangkuannya.

"Davin, bangun hei kamu kenapa?" Reina menggoyangkan pundak Davin.

"Mamaa!" pekik Davin begitu matanya terbuka.

"Kamu kenapa? Mama di sini," ucap Reina.

Davin langsung memeluk Reina erat.

"Udah ya, Mama di sini. Cup cup cup," Reina mengelus-elus pucuk kepala Davin.

"Di kepaya Davin ada yang inta tolong, api ndak tau gimana olongna Ma hiks," ucap Davin.

"Davin cakit Ma hiks," adunya sembari menunjuk dadanya.

"Davin cuma mimpi buruk," ucap Reina.

Ting!

Ponsel Reina yang ada tak jauh darinya berbunyi. Ia langsung mengambil ponselnya. Ada pesan dari Davero. Hati Reina mulai tidak tenang. Reina membuka pesan itu.

Teresa udh gak ada Rei. Dia gak ketolong.

Tangan Reina gemetar, ponselnya terjatuh begitu saja.

Kedua tangannya memeluk erat tubuh mungil Davin. Jantungnya berdetak begitu kencang.

"T-teresa? T-teresa udah nggak ada?" batin Reina. Reina tidak bisa mengatakannya karena takut Davin mendengarnya.

"J-jadi mimpi buruk Davin tadi-"

Kepala Reina menggeleng masih tidak percaya. Air mata mulai menetes dari kedua matanya. Ia menunduk untuk mencium pucuk kepala Davin.

//-//

Di samping jenazah sang putri, tangisan tak terhenti keluar dari bibir Fenni. Fenni menangis sembari menunduk, ia selalu menggumamkan kata maaf di telinga Teresa. Pak Rendi sedari juga tidak berpaling dari sisi istrinya. Ia dengan setia mengusap-usap pundak Fenni untuk menenangkannya.

Davero juga sangat terpukul, ia sudah menganggap Teresa adalah temannya. Dan ia juga sempat bernapas lega karena saat ia sampai di rumah sakit Pak Rendi mengucapkan kata maaf karena membuat dirinya harus datang ke sana. Davero pikir Pak Rendi sudah tidak akan memikirkan perjodohannya dengan Teresa.

Setelah mengubungi Reina, Davero memutuskan untuk menghubungi teman-temannya untuk membantu mengurus proses pemakaman Teresa.

Yang menjadi penyesalan Davero adalah ia beberapa kali menemukan Teresa dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Tapi dirinya malah cuek saja.

Seperti yang dikatakan Teresa beberapa waktu lalu. Semuanya adalah ulah dari pacarnya. Yang kemungkinan besar adalah Ayah kandung Davin.

Meskipun Teresa dinyatakan meninggal karena penyakitnya, tapi pasti juga ada hubungannya dengan kekerasan yang perempuan itu dapatkan. Davero bersumpah akan menangkap laki-laki itu dengan tangannya sendiri.

Sedangkan di sisi ruangan yang lain, Danes menatap wajah pucat Teresa tanpa rasa iba sedikit pun. Di dalam hatinya ia mengulang kata sial, sial, dan sial karena Teresa lebih dulu meninggal sebelum terikat menjadi istri Davero.

Di sampingnya, terdapat Jihan yang juga hanya menunjukkan wajah datarnya. Tapi sedetik kemudian ia memasang wajah sedihnya dan berjalan mendekati jenazah Teresa.

"Meskipun saya belum pernah bertemu Teresa secara langsung, tapi saya dapat melihat Teresa itu anak yang baik."

"Bu Fenni yang sabar ya, Teresa pasti tenang di surga," ucap Jihan.

Ia berpura-pura mengusap air mata yang keluar dari matanya.

◜‿◝
To Be Continue

Hai guys! Lama banget ya aku update nya? Hehe sorry 😅

Semakin deket sama ending semakin bikin aku deg-degan buat update nya. Biasanya emang aku kalo mau update tuh pasti deg-degan, tapi pas mau ending gini deg-degan nya jadi tambah berkali-kali lipat. Aku takut kalian ga suka sama ending yang aku buat.

Tapi akhir-akhir ini aku memutuskan untuk bodo amat dan teguh sama pendirian aku. Maaf kalo nanti endingnya gak seperti yang kalian mau:)

Hope you like it!
Next?
.
.
.
.
mrs.lee❤️

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

2.1M 140K 50
"๐—•๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚ ๐—ฎ๐—ท๐—ฎ ๐—บ๐—ฎ๐˜‚ ๐—บ๐—ผ๐˜ƒ๐—ฒ ๐—ผ๐—ป, ๐—บ๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—ฑ๐—ถ๐—ท๐—ผ๐—ฑ๐—ผ๐—ต๐—ถ๐—ป." *** Siapa yang tidak senang dijodohkan dengan crush sendiri? Hampir sejuta uma...
2.2M 186K 27
[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW BIAR BISA BACA] "Dia milikku. Menyentuhnya, dan aku akan membunuhmu" - Alaska ==================================...
6M 528K 85
"AAAAAAAA KAKI GUE MAU DICOMOT MANTAN!" Dasha menjerit sejadi-jadinya. "Pengeng kuping saya! Turun cepat!" ucap Gara dengan nada tinggi. Guk guk guk ...
2.8M 196K 35
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...