Yes! Mr. Husband | TERBITβœ“

By aiingwindiii__

19M 2.7M 1.2M

Judul awal : Pak Dosen Pak Suami πŸš«πŠπ€π‹π€π” πŒπ€π” 𝐇𝐄𝐁𝐀𝐓, 𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 π‰π€πƒπˆ ππ‹π€π†πˆπ€π“πŸš« UNTUK... More

Part : 01
Part : 02
Part : 03
Part : 04
Part : 05
Part : 06
Part : 07
Part : 08
Part : 09
Part : 10
Part : 11
Part : 12
Part : 13
Part : 14
Part : 15
Part : 16
Part : 17
Part : 18
Part : 19
Part : 20
Part : 21
Part : 22
Part : 23
Part : 24
Part : 25
Part : 26
Part : 27
Part : 28
Part : 29
Part : 30
Part : 31
Part : 32
Part : 33
Part : 34
Part : 35
Part : 36
Part : 37
Part : 38
Part : 39
Part : 40
Part : 41
Part : 42
Part : 43
Part : 44
Part : 45
Part : 46
Part : 47
Part : 48
Part : 49
Part : 50
Part : 51
Part : 53
Part : 54.
Part : 55
Part : 56
Part : 57
Part : 58
Part : 59
Part : 60
Part : 61
Part : 62
Part : 63
Part : 64
INFO PENTING!
Part : 65
Part : 66
Part : 67
Part : 68
Part : 69
Part : 70
SPOILER
CERITA BARU
Yes! Mr. Husband [Season 2]

Part : 52

208K 36.6K 31.8K
By aiingwindiii__

"Kamu tidak akan pernah menemukan kebahagiaan yang sama di orang yang berbeda. Setiap orang punya hangat peluknya masing-masing dan nyaman pundaknya sendiri-sendiri. Sebab itu, satu yang hilang tidak akan bisa digantikan dengan seribu yang datang"

"Hidup ini singkat, padat dan meresahkan"

- Happy Reading -

Shella berlari terpincang-pincang menyusuri koridor Rumah Sakit, tidak memperdulikan teriakan Rina, Farhan dan Bi Siti dibelakangnya.

Ia bahkan tidak memikirkan kondisi kehamilannya, apalagi kakinya yang memar karena terkilir.
Pikirannya sekarang, hanya ingin cepat-cepat bertemu suaminya.

"Dokter" panggil Shella pada laki-laki berseragam Dokter yang baru saja keluar dari salah satu ruangan rumah sakit.

"Iya? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Dokter tersebut ramah.

"Saya Shella, istrinya Pak Arkan. Gimana kondisi suami saya?" Tanya Shella dengan nafas tersengal-sengal.

Dokter tersebut tersenyum tipis, "Mba Shella?"

Shella mengangguk, ia menatap sang Dokter penuh harap.

"Suami anda sudah dipindahkan dari IGD"

Shella mengernyit bingung, "dipindah? Dipindah ke kamar rawat?"

Lagi-lagi Dokter tersebut tersenyum tipis, ia memegang bahu Shella.

"Suami anda sudah dipindahkan ke Kamar Jenazah, mohon maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin"

Shella menggeleng, ia tersenyum remeh sambil menepis tangan Dokter yang bertengger di bahunya, "nggak lucu" ketusnya.

"Dimana suami saya? Dokter kalo mau bercanda jangan bawa-bawa nyawa yah!" Omel Shella.

"Shella, kenapa marah-marah sayang?" Tanya Rina yang langsung merangkul bahu menantunya.

"Dia bilang suami Shella udah dipindah ke kamar jenazah, dia bercandanya kelewatan, Ma" balas Shella membuat Rina langsung menatap sang Dokter tidak percaya.

"Dok?"

Sang Dokter mengangguk, "memang begitu adanya Bu, Pak Arkan sudah tidak bisa diselamatkan. Kecelakaan tadi membuat beliau kekurangan banyak darah dan terlambat tertolong. Serta banyaknya luka-luka di tubuhnya"

"Ma" panggil Shella sambil menangkup wajah Mamanya. "Mama jangan percaya sama Dokter itu, dia bohong"

"Pak Arkan nggak mungkin ninggalin Shella, dia udah janji loh mau nemenin Shella lahiran"

Rina mengangguk, tapi tetap tak kuasa menahan air matanya, "Mama juga nggak percaya, sekarang kita liat langsung aja yaa"

🌼🌼🌼

Setelah kain putih itu dibuka, Shella tetap tidak percaya dengan jasad suaminya yang sudah terbujur kaku. Ia tetap tidak percaya dengan skenario Tuhan yang sedang ia hadapi sekarang.

"Sayang, kamu bercanda kan?" Tanya Shella sembari tangannya menyusuri wajah Pak Arkan yang sudah sangat pucat.

"Sayang, Dede bayinya belum lahir loh. Kamu beneran mau ninggalin Shella sendirian?"

"Kamu bilang sama Mama lagi di jalan ke surga, Mama kira kamu bercanda" ujar Rina. Ia lebih tidak percaya kalau umur anaknya sesingkat ini di Dunia.

"Istri kamu lagi hamil, Arkan. Mana tanggung jawab kamu buat jagain dia? Nafkahin dia dan nemenin dia sampe lahiran?"

Farhan yang sama tidak percayanya, memilih untuk langsung keluar dari kamar jenazah. Meskipun ia juga sama-sama terpukul dengan kepergian anaknya, tetapi ia tidak mau terlihat jatuh didepan istri dan menantunya.
Kalau bukan ia, siapa yang akan menguatkan mereka?

Pandangan mata Shella kosong, sama halnya dengan pikirannya yang saat ini kosong. Ia meletakkan kepalanya di atas dada bidang suaminya, menangis dan menumpahkan semua keluh kesahnya disana.

"Dulu kamu janji nggak bakalan ninggalin Shella, bakalan selalu ada buat Shella, nemenin Shella lahiran dan jadi orang pertama yang gendong Dede bayi setelah Dokter"

"Cukup Shella aja yang nggak punya Ayah, Shella nggak mau anak kita lahir tanpa Ayah. Dia harus tau Ayahnya yang hebat, Dosen muda, pengusaha muda, laki-laki yang selalu bikin Bundanya bahagia"


Shella menjeda perkataannya, dadanya terasa begitu sesak sekarang.

"Sayang, wake up. Shella sendirian"

Shella menggenggam tangan suaminya erat-erat, "sayang, Shella janji bakalan nurut sama kamu. Shella nggak bakalan minta yang aneh-aneh lagi, Shella nggak bakalan bandel, nggak bakal cengeng, manja, ngambekan atau mageran"

"Katanya kamu nggak suka liat Shella nangis, tapi sekarang kamu yang bikin Shella nangis"

Shella mengarahkan tangan Pak Arkan untuk menghapus air matanya, "ayok bilang, cantiknya Arkan nggak boleh sedih, nggak boleh nangis, nggak boleh cengeng, gitu"

"Pantes tadi pagi Shella berat banget biarin kamu berangkat ke Kampus, ternyata karena kamu mau ninggalin Shella lama yah?"

"Kalo aja Shella tau skenarionya bakalan kaya gini, pasti Shella bakal nyuruh kamu buat dirumah aja"

"Sayang, Shella pasti bakalan kangen banget sama kamu. Kangen bobo bareng, digendong, dipangku, dimasakin, dijahilin dan diledekin"

"Meskipun kita nikah belum lama, tapi Shella udah nyaman banget sama kamu"

"Banyak hal yang cuma bisa Shella temuin di diri kamu, dan nggak ada yang bisa gantiin itu"

Shella ingin terlihat tegar, karena bagaimanapun skenario Tuhan memang selalu tidak terduga.

Tetapi ia tidak bisa, karena pada dasarnya ia memanglah perempuan lemah, kekanakan dan cengeng. Ia hanya akan terlihat kuat ketika ada yang menguatkan.

Ada sosok yang biasa menguatkannya, namun sekarang, justru sosok itulah yang membuatnya tidak berdaya.

Delapan bulan pernikahannya dengan Pak Arkan memang sudah banyak memberikan pelajaran. Shella benar-benar banyak belajar dari Laki-laki dewasa itu.

Dan hari ini, ia kembali belajar, belajar untuk bagaimana cara mengikhlaskan.

"Mama tau ini berat buat kamu, tapi bukan berarti kamu nggak bisa. Kamu nggak sendirian, ada Mama, Papa, Bunda kamu, Mba Della, Bang Adit dan juga temen-temen kamu"

"Meskipun Arkan udah nggak ada, kamu tetep anak Mama"

Shella mengangkat wajahnya yang semula ia letakkan di dada bidang Pak Arkan, ia beralih memeluk Mamanya, perempuan hebat yang sudah melahirkan sosok paling hebat dalam hidupnya.

"Makasih yaa, Ma"

"Makasih karena Mama udah ngelahirin laki-laki sehebat Pak Arkan, ngedidik laki-laki sesopan Pak Arkan, dan ngajarin dia banyak hal. Makasih juga udah ngizinin Shella buat bisa milikin Pak Arkan sampai Shella bener-bener jatuh cinta sama sosok itu"

"Mama yang berterimakasih sama kamu, karena Mama tau, kebahagiaan Arkan sekarang ini cuma kamu. Perempuan paling spesial di mata Arkan itu cuma kamu dan satu-satunya orang yang bisa bikin dia nurut itu cuma kamu"

Rina yang merasa tidak ada pergerakan dan jawaban dari Shella mulai bingung, pikirannya bertambah panik setelah melihat Shella yang ternyata sudah tidak sadarkan diri di pelukannya.

Ia buru-buru memangil Dokter dan juga suaminya agar Shella bisa segera  ditangani dan dipindahkan ke kamar rawat.

...

Sudah satu jam Shella tidak sadarkan diri, Rina bahkan belum memberi tahu Maya ataupun teman-teman Shella.

Pikirannya terlalu kalang kabut, memikirkan kepergian anaknya dan juga kondisi menantu serta calon cucunya.

Badan Shella panas, keringat bercucuran dan tidurnya terlihat tidak nyaman.
Perlahan kedua matanya terbuka, nafasnya tersengal-sengal dan pikirannya kacau.

"Shell, kenapa?" Tanya Rina yang duduk disebelahnya.

"Pak Arkan mana?" Tanyanya dengan suara gemetar.

"Arkan belum pulang, Hp nya juga nggak bisa dihubungi, kamu kenapa?"

Shella menunduk, "Shella mimpi buruk" balasnya sambil meraup wajahnya sendiri.

Setelah mendengar suara seseorang yang mengatakan sedang menunggu Ambulance, telefon langsung dimatikan secara sepihak. Shella sudah berusaha untuk kembali menelfon suaminya berkali-kali, tetapi nomornya langsung tidak bisa dihubungi.

Mau berusaha untuk berfikir positif pun ia tetap tidak bisa, ditambah dengan balasan Pak Arkan pada Mamanya yang bilang ia sedang di jalan ke surga, membuat ia semakin Overthinking.

Entah sejak kapan ia tidak sadarkan diri, seingatnya tadi ia memaksa Mamanya untuk menemani dia mencari Pak Arkan, tetapi Mamanya itu menyuruhnya untuk tetap menunggu dirumah.

"Minum dulu yah, sayang" ujar Rina sembari memberikan segelas air putih.

"Kamu mimpi apa?" Tanya Rina sekali lagi.

Shella menggeleng, ia menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang dengan isi kepala yang campur aduk.

Cklek

"Assalamu'alaikum"

Pintu kamar terbuka, munculah sosok laki-laki yang sedari tadi memenuhi isi kepala Shella.

Pak Arkan memasuki kamar dengan kondisi yang luar biasa berantakan, jas yang ditenteng, dasi melonggar dan kemeja putih yang kotor serta beberapa bercak darah disana.

"Waalaikumsalam"

"Kamu dari mana aja, Arkan?" Omel Mamanya, Rina tidak mau menerima uluran tangan Pak Arkan dan langsung menarik ujung telinga anaknya.

"Aduh Ma, ngomelnya nanti, Arkan capek banget"

Pak Arkan melempar jasnya ke kasur, ia mengulurkan tangannya kearah Shella, tapi lagi-lagi tidak diterima.

Shella masih menatap suaminya itu dengan tatapan kosong, entah mana yang terasa nyata, mimpinya atau yang sekarang?

"Shell" panggil Pak Arkan sambil mengusap-usap pipi Shella.

"Badan kamu panas banget, kamu sakit?"

Shella menggenggam tangan Pak Arkan yang bertengger di wajahnya, "kamu dari mana?" Tanyanya lirih.

"Nanti aku ceritain, sekarang kita ke rumah sakit yah, badan kamu panas banget"

Shella menggeleng dan langsung menghambur ke pelukan suaminya, ia langsung menangis sejadi-jadinya membuat Pak Arkan kalang kabut.

"Astaghfirullah, kenapa nangis?"

"Kam-kamu nggak ma-mau ninggalin Shella kan?" Tanyanya sesenggukan.

Pak Arkan mengusap-usap bahu Shella yang naik turun, "enggak sayang, maaf yaa aku pulang telat banget"

"Tadi di jalan ada kecelakaan tunggal, satu keluarga, dua orang langsung meninggal ditempat sedangkan satu orang lagi ada yang masih bisa ditolong"

"Disitu aku udah bingung, mau langsung pulang tapi nggak enak karena ada orang yang minta tolong aku buat anterin orang itu ke rumah sakit"

"Waktu telfon kamu, aku mau bilang kalo aku bakalan pulang telat, tapi pas mau ngomong, disitu aku lagi ditanyain sama orang makannya ponselnya aku jauhin. Pas dijalan, mau telfon kamu lagi tapi ternyata hp aku udah mati"

"Aku cerita apa adanya, nggak ada yang aku tambahin atau aku kurangin. Aku juga nggak ada niatan buat ninggalin kamu, kenapa kamu ngomong gitu?" Tanya Pak Arkan.

Shella menggeleng dipelukan suaminya, mimpinya terlalu buruk, membuat ia sendiri tidak mau dan tidak sanggup untuk menceritakannya.

Ia melepas pelukannya sambil tersenyum tipis.

"Aku nggak papa, kamu mau mandi? Bentar Shella siapin air anget dulu yaah"

Pak Arkan menahan Shella yang hendak turun dari ranjang, "udah kamu tiduran aja, aku bisa nyiapin air anget sendiri"

"Biar Mama aja yang nyiapin, kamu urus Shella dulu" sahut Mamanya yang sedari tadi menyimak.

"Eh jangan Ma, Shella jadi ngerep--"

"Nggak papa sayang, kamu istirahat aja"

"Makasih ya, Ma" ujar Shella dan dibalas senyuman manis oleh Mamanya.

Shella menatap Pak Arkan yang juga sedang menatapnya, entah mengapa suasananya jadi aneh setelah mimpi buruknya tadi.

"Mau dikompres?" Tanya Pak Arkan.

Shella menggeleng.

"Mau minum?"

Shella menggeleng lagi.

"Mau ganti baju? Baju kamu basah"

Lagi lagi Shella menggeleng.

"Terus mau apa?" Tanya Pak Arkan lembut.

"Mau kamu" balas Shella sambil menggenggam tangan Pak Arkan.

Pak Arkan tersenyum, "kan sekarang aku disini"

"Tadi Shella mimpi buruk, buruk banget sampe Shella sendiri nggak mau nginget itu lagi"

"Yaudah jangan diinget"

"Kamu nggak mau tanya Shella mimpi apa?" Tanya Shella.

Pak Arkan balas menggenggam kedua tangan Shella yang saling bertautan diatas selimut, "kalo itu bikin pikiran kamu nggak tenang, nggak usah kamu inget-inget, apalagi kamu ceritain"

"Kamu cerita kalo emang kamu udah siap aja"

Shella mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Mana, katanya kaki kamu kekilir?"

"Heem, sakit banget" balasnya dengan bibir dimajukan.

Pak Arkan menyingkap selimut yang menutupi tubuh Shella, matanya membulat karena ternyata Shella hanya mengenakan kemeja kebesaran yang tadi siang dia kirimkan di WhatsApp.

Kemeja itu hanya menutupi sampai setengah paha istrinya, selebihnya dibiarkan polos begitu saja.

"Kenapa pake baju kaya gini? Nggak ada baju lain?" Tanyanya tidak suka.

"Tadi kan Shella lagi nyobain baju, terus belum sempet ganti malah kepleset di kamar mandi"

"Untung dari tadi cuma sama Mama" gerutu Pak Arkan.

"Emm tadi ada Papa--"

"Kamu pake baju kaya gini didepan Papa?" Potong Pak Arkan

"Anu-- tapi Shella tutupin pake selimut kok" balasnya takut.

"Arkan, itu airnya udah siap, kamu mandi dulu. Kotor gitu jangan deket-deket sama mantu Mama" celetuk Mamanya setelah keluar dari kamar mandi.

Pak Arkan menghela nafas pelan, "orang menantu Mama yang langsung nyerobot kok"

"Makannya jangan ilang-ilangan, segala bercanda mau ke surga lagi"

"Mama aja yang baperan"

"Heh, orang tua mana yang nggak panik tiba-tiba anaknya nggak bisa dihubungi, abis bercanda bilang mau ke surga, ditambah di telefon Shella ada yang bilang lagi nunggu Ambulance. Meskipun Mama sering ngomelin kamu, bukan berarti Mama nggak peduli sama kamu ya" cerocos Mamanya panjang lebar.

"Shadaqallahul'azim" balas Pak Arkan sambil berjalan menuju kamar mandi.

Rina memutar bola matanya malas, ia harus ekstra sabar menghadapi kelakuan anaknya yang satu itu.

"Kamu beneran nggak papa? Nggak mau ke Rumah sakit?" Tanya Rina sambil kembali mengecek suhu badan Shella.

"Nggak papa Ma, tadi Shella kelewat panik aja"

"Atau Mama panggilin Dokter?"

"Nggak perlu, Shella nggak papa kok, Mama nggak usah khawatir"

Rina tersenyum tipis, "yaudah kalo gitu Mama pulang dulu yah, besok Mama kesini lagi. Atau nggak kalo kamu butuh temen, kamu bisa ke rumah Mama pas Arkan ke Kantor"

"Siiapp, Ma. Makasih yaa Mama udah nemenin Shella seharian"

"Sama-sama sayang, kamu cepet sembuh ya. Kalo besok kakinya tambah memar, Mama panggilin Dokter yang biasa ngurut"

"Enggak kok, nanti juga sembuh"

"Yaudah, Mama duluan yah"

Shella mengangguk, "maaf ya Ma, Shella nggak bisa nganterin sampe depan"

"Nggak papa, orang kaki kamu lagi sakit, udah kamu istirahat aja. Kalo butuh apa-apa, minta sama Arkan"

🐰🐰🐰

Malam harinya semua kembali berjalan normal, hanya saja Shella masih sedikit tidak tenang jika mengingat mimpi buruknya tadi.

Ia juga belum berani untuk cerita kepada siapapun.

Badannya terasa begitu lemas, selain karena tidak enak makan, mungkin juga karena pikirannya yang sedang tidak Happy Kiyowok.

Tadi sore, ia ganti baju dibantu oleh suaminya. Sekalian dengan badannya yang hanya di lap, karena ia tidak mau mandi.

Jika memikirkan mimpinya tadi, ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa jika mimpi itu menjadi kenyataan. Karena nyatanya, ia benar-benar masih sangat membutuhkan Pak Arkan.

Shella menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang, sedangkan Pak Arkan ia suruh makan malam sendiri karena ia sedang tidak nafsu makan.

Litaii
Online✓

• Besstiee
• Ktanya lo sakit?

• Gw tdi ikut jemput Mba Della
• Kirain ada lo, trnyata enggk
• Kta Bunda lo abs jatoh di Kamar mndi

• Iya
• Kaki gw kekilir

• Dede bayi gk kenapa² kn?

• Alhamdulillah, enggk kok

• Mba Della pulang jam brapa?

• Tdi skitar jam 3

• Mba Della udh shat kn?

• Kalo sehat total sih belum
• Cm udh mendingan aja
• Tpi msih lemes bnget bdannya

• Lo bsok nggk nginep di rumah Bunda?

• Nggk tau
• Pikiran gw lg kacau bngt

• Knpa?
• Mau cerita?

• Enggak
• Gw cerita kalo kta ktemu aja

• Oke

• Jngn bnyak pikiran
• Nggk baik buat Ibu hamil

• Lo bsa cerita ke gw, atau ke suami lo
• Jngan lo tanggung sndirian

• Smpe lo sakit gara-gara bnyak pikiran
• Kta UNPRENN

• Iyaaaaaaaaaaaa

"Makan malem duluuuuu" Pak Arkan memasuki kamar sembari membawa nampan berisi makan malam untuk Shella.

"Ya ampun, kenapa dibawa kesini?" Tanya Shella.

"Kamu belum makan kan dari siang?"

"Shella lagi nggak pengin makan" tolaknya.

"Inget di perut kamu ada siapa?"

"Dede bayi"

"Nah, seenggaknya kamu makan buat Dede bayi"

"Tapi--"

"Mau nurut apa enggak?" Potongnya.

Shella menghela nafas pelan lalu mengangguk, "mau" balasnya pasrah.

...

Selesai makan malam, entah bawaan bayi atau apa, Shella jadi lebih manja ke suaminya.
Sedari tadi ia masih anteng menyenderkan kepalanya di dada bidang Pak Arkan, sedang berusaha mengumpulkan niat untuk menceritakan mimpi buruknya.

"Kenapa, hm?" Tanya Pak Arkan. Tangan kirinya merangkul bahu Shella, sedangkan tangan kanannya mengusap-usap perut istrinya

"Tadi siang, Shella mimpi kamu pergi"

"Ke?"

"Surga" balas Shella membuat Pak Arkan menautkan alisnya bingung.

"Meninggal?" Tanyanya.

Shella mengangguk, "Shella mimpi kamu pergi, ninggalin Shella buat selama-lamanya, kamu ngingkarin janji kamu yang bilang bakal jagain Shella, nggak bakal ninggalin Shella dan janji bakalan nemenin Shella lahiran"

"Disitu Shella cuma sama Mama, nggak tau mau dan harus gimana. Pikiran Shella kosong, rasanya udah nggak ada tujuan hidup kalo kamu nggak ada"

Pak Arkan mengeratkan rangkulannya, "cuma mimpi" ujarnya memenangkan.

"Iya, Shella pengin banget berfikiran positif kalo itu bener-bener cuma mimpi, tapi nggak bisa"

"Kamu mikir itu bakal terjadi beneran?" Tanya suaminya.

Shella mendongak, "sayang, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Suatu saat nanti, Shella pasti bakal ngerasain yang namanya kehilangan kamu. Dan sampai kapanpun, Shella nggak bakal siap dengan hari itu"

"Don't think too much about something that makes you dizzy" Pak Arkan mendekap kepala Shella di dada bidangnya, "sekarang kamu berdoa, biar aku mati, satu hari setelah kamu pergi"

"No" bantah Shella.

"Kenapa?"

"Kita harus mati bareng" ujarnya.

Pak Arkan terkekeh, "kamu bisa ngelawan takdir Tuhan?"

"Enggak sih, tapi Shella berharapnya begitu"

"Kamu lagi hamil, jangan terlalu banyak pikiran biar nggak stres. Mungkin mimpi kamu yang tadi cuma teguran biar kamu bisa lebih menghargai waktu" ujar Pak Arkan.

"Shella kan selalu ngehargai waktu Shella sama kamu, karena Shella tau waktu itu nggak bisa diputar, dijilat apalagi dicelupin" balasnya membuat Pak Arkan tersenyum mesum.

"Apanih? Kok senyumnya udah aneh-aneh"

"Tadi siang, ada cewek mancing-mancing lewat Chat"

"Apa ih, Shella nggak mancing yah! Kamu aja yang baperan" Shella menjauhkan dirinya dari Pak Arkan.

Agak ngeri kalo suaminya sudah mode maung begini.

"Apa bedanya kamu sama waktu?" Tanya Pak Arkan.

"Beda, intinya beda, udah tamat!"

"Kalo waktu nggak bisa dijilat dan dicelupin, tapi kalo kamu bisa" Pak Arkan mendorong bahu Shella sampai tiduran di ranjang.

"Apanya?" Pancing Shella.

"Apa?" Tanya Pak Arkan bingung.

"Apanya yang bisa dijilat dan dicelupin?"

"Mau dipraktekin?" Tanya Pak Arkan menggoda.

"Kalo kata Guru Penjas, kita pemanasan dulu yah" balas Shella sambil melingkarkan tangannya di leher suaminya.

"Ngapain pemanasan? Kita kan udah sering"

"Tapi jangan kasar yaa, inget kata tukang sepatu, kalo nggak muat jangan dipaksain"

Lagi-lagi Pak Arkan tersenyum mesum, ia mengangguk sembari tangannya mulai melepas satu persatu kancing baju tidur Shella, "kamu juga, inget kata tukang Warnet"

"Apa?" Tanya Shella.

"Mau berapa jam?"











Berapa jam Main PEES nya, Prenn
Jangan ngeres lohh yaaaa

Gimana yang udah Overthinking?

Jangan lupa ramein komen tiap paragraf yaaa
See you Hari Kamiis❤️

Paayypaayyyy

Senin, 22 November 2021
14.40

Continue Reading

You'll Also Like

704K 7.2K 5
(Romansa, Comedy) Judul awal: My Boss My Husband #1 Marriage Series #1 in Roman [22/08/2021] #1 in Komedi [12/12/2021] Gimana jadinya, jika seorang D...
736K 36.7K 31
⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA WARNING ...! [Bagi kalian yang suka nge-halu, mari merapat dan nge-halu bersama-sama. Cerita ini akan membuat jiwa...
26.3K 1.6K 34
[COMPLETE!!] [EXTRA CHAPTER + EPILOG!!] seorang gadis uchiha iaitu sarada dijodohkan dengan uzumaki boruto tetapi boruto tidak menyukai sarada kerana...
1.1M 62.4K 109
Nara, seorang siswa SMA yang terpaksa harus menikah dengan anak dari sahabat papah nya sekaligus rekan bisnis,, dan orang yang akan di jodohkan oleh...