Kennand Perfect Boyfriend

BแปŸi _avocadish_

93.8K 6.1K 636

'๐ฌ๐ข๐ง๐ ๐ค๐š๐ญ ๐ฌ๐š๐ฃ๐š ๐ข๐ง๐ข ๐š๐๐š๐ฅ๐š๐ก ๐ค๐ข๐ฌ๐š๐ก ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐›๐ž๐ซ๐š๐ฐ๐š๐ฅ ๐๐š๐ซ๐ข ๐ค๐ž๐ฉ๐ฎ๐ซ๐š-๐ฉ๐ฎ๐ซ๏ฟฝ... Xem Thรชm

PROLOG
Part : 1
Part : 2
Part : 3
Part : 4
Part : 5
Part : 6
Part : 7
Part : 8
Part : 9
Part : 10
Part : 11
Part : 12
Part : 13
Part : 14
Part : 15
Part : 16
Part : 17
Part : 18
Part : 19
Part : 20
Part : 22
Special parts: Tentang Hazel
Part : 23
Part : 24
Part : 25
Part : 26
Part : 27
Part : 28
Part : 29
Part : 30
Part : 31
Part : 32
Part : 33
Part : 34
Part : 35
Part : 36
Part : 37
Part : 38
Part : 39
Part : 40
Part : 41
Part : 42
Part : 43
Part : 44
Part : 45
Part : 46
Part : 47
Part : 48
Part : 49
Part : 50
Part : 51
Part : 52
Part : 53
Part : 54
Part : 55
Part : 56
Part : 57
Part : 58
Part : 59
Part 60
Part : 61
Part : 62
Part : 63
Part : 64
Part : 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70 [Ending]

Part : 21

1.1K 103 26
BแปŸi _avocadish_

(づ。◕‿◕。)づ

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Happy reading

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Kennand menempelkan jempol tangannya pada pintu apartemennya. Tak perlu kunci untuk membuka pintu itu cukup memakai alat pendeteksi sidik jari.

"Masuk." ucap Kennand saat berhasil membuka pintunya.

Hazel cukup terkejut melihat isi apartemennya, sangat rapih dan bersih sangat berbanding terbalik dengan kamarnya.

Hazel memperhatikan sekitar, sampai akhirnya pandangannya tertuju pada sebuah foto cukup besar, yang sepertinya itu adalah foto keluarga Kennand.

Ternyata Kennand lebih beruntung walaupun sama-sama tak tinggal dengan orang tuanya. Setidaknya Kennand tau wajah orang tuanya, tidak seperti Hazel.

Kennand baru saja keluar dari kamar setelah mengganti pakaiannya, ia nampak mengamati Hazel dari kejauhan.

"Liat apa?" Tanyanya.

Hazel menoleh, pandangan Kennand mengikuti kemana pandangan Hazel tertuju.

"Kamu gak mirip siapa-siapa" ucap Hazel polos, ia tetap mengamati foto itu.

Kennand mengangguk pasrah. "Oh, oke"

Hazel tersenyum lebar saat mendapati sebuah foto berbingkai kecil di sebelah sofa.

Kennand sudah tampan dari lahir? Memang sudah bisa diakui, Kennand tak pernah merasakan apa itu glow up.

Pandangannya kembali beralih ia mendapati sebuah gambar yang sangat menarik perhatiannya.

"Ya, ya, yang itu jangan dilihat" kata Kennand berusaha mengambil foto itu dari tangan Hazel.

"Diem liat aja sebentar, Kennand" balas Hazel, namun tetap Kennand tolak.

Ia anggap itu adalah foto terburuknya, karena ia nampak sangat berkeringat setelah bermain sepak bola.

"Yaudah udah kan liatnya? Balikin sekarang sam---"

Seketika perkataannya terhenti saat kakinya tak sengaja tersandung kaki meja yang membuat keduanya terjatuh bersama.

Kennand meneguk salivanya kuat, ia berusaha tetap menahan tangannya agar tidak, yaa lebih parah intinya.

"Kennand gue minta gul----", tanpa aba-aba Ellio masuk ke dalam ia berniat meminta gula namun yang dilihatnya jauh lebih manis dari gula.

Ellio memang sudah biasa datang untuk meminta apapun pada Kennand, terutama bahan masakan. Teman yang 🤏🤏.

Matanya terbuka lebar, Ellio masih mematung disana, kalau dibayangkan wajah syok nya, bisa dibilang ia tak akan lupa apa yang ia lihat hari ini.

Hazel dengan cepat mendorong tubuh Kennand yang berjarak hanya beberapa puluh sentimeter dari tubuhnya, itu membuat Kennand terdorong kebelakang. Dorongan itu cukup kencang.

"Astagfirullah, apa yang hamba lihat ya Allah," gumam Ellio.

"Gue gak liat Ken sumpah," ucap Ellio ia menunjukkan 2 jarinya. "Tapi mandang sama tatap doang" lanjutnya.

Gara-gara terkejut Ellio belum sempat melihat siapa gadis di sebelah Kennand.

"HAZEL?!" Beonya terkejut.

"Plis, Lo Hazel kan? Gue gak salah liat?" Katanya sembari menggosok gosok matanya.


"Sumpah ya Lo berdua bikin gue kaget, terutama Lo Cel, Lo kek-- buat gue kit heart" ucap Ellio dengan nada sedih.

"Bisa berhenti ngomong sekarang?" lanjut Kennand.

Memang betul, sedari tadi Ellio tak ada berhenti nya berbicara.

"Gue laporin Jio nih--"

"Ya!" Potong Hazel cepat, bisa bisa ia dalam bahaya kalau sampai Jio tau.

"Canda Cel, cantik amat sih jadi cewek lagian, pantes Kennand nempel" ucapnya menaik turunkan alisnya menggoda.

Kennand menatap Ellio dengan aura permusuhan. Rasa ingin meninju wajah Ellio ia rasa sudah ingin dilakukan.

"Sorry ya gue ganggu, tapi kayaknya gue dateng di waktu yang tepat, btw tadi kalian ngapain?" Ucapnya tetap menggoda ia menaik turunkan alisnya.

"Gausah mikir aneh-aneh tadi jatuh, bukan yang lain", ucap Hazel berusaha meyakinkan Ellio, pasalnya ini Ellio, si manusia cepu.

"Iya, iya," Ellio mengangguk. "Ken Lo diem tapi anjir lah" lanjutnya.

"Apa?"

Ellio menggeleng dengan senyumannya. "Ya kek gak jadi lah, soalnya kayaknya gue juga begitu"

"Katanya Lo gak kenal Hazel ya?!" Tegasnya pada Kennand.

"Kapan?"

"Waktu itu"

"Waktu itu kan?,"

"Sekarang?" Lanjut Kennand.

Ellio menggaruk tengkuknya. "Iya juga si, dahlah tadi niatan gue kesini mau minta gula"

"Ambil" Kennand menunjuk kulkasnya dengan dagu.

Ellio tersenyum killer. "Kalau jadian kabarin gue ya, harus gue pokoknya yang pertama kali tau" ucapnya.

"GAK ADA!!" Sontak Hazel cepat.

Kennand menatap Hazel, ternyata Hazel mode marah seram juga. Namanya juga cewek.

"Canda Cel, jangan marah dong, cantik amat" jawabnya.

"Bodo gue mau pulang sekarang, bye!!" Tegasnya kemudian melenggang pergi.

"Cel bentar," ucap Ellio mendengar sesuatu yang aneh. "Mundur dulu, mundur Cel" lanjutnya.

"Apa?"

"Ken," panggil Ellio. "Sini"

Kennand menghampiri Ellio, diluar kamar apartemennya terdengar suara yang cukup ramai.

"Buka" suruh Kennand pada Ellio.

"Buka nih?". Kennand mengangguk.

Mereka berdua membuka sedikit pintunya, disana nampak teman temannya. Yang tak lain adalah anggota azge yang lain.

Kennand membulatkan matanya, ia dengan cepat berbalik dan menarik tangan Hazel untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Ngapain?" Tanya Hazel terkejut.

"Ada Jio" jawabnya.

Hazel memasang wajah memelas, takut Azlan mencarinya.

"Kamu diem disini bentar gak apa-apa?" Tanya Kennand.

Hazel mengangguk pasrah. "Iya gak apa-apa"

"Maaf ya" kata Kennand dengan suara lembut.

Hazel tersenyum, padahal Kennand tak berbuat salah tapi ia selalu minta maaf.

Kennand menepuk lembut puncak kepala Hazel kemudian pergi keluar kamarnya. Hazel sangat terkejut. Apa itu tadi? Kennand? Menepuk puncak kepalanya? Sangat lembut.

•••

Kennand keluar kamarnya gugup, entah kenapa ia merasa gugup untuk bertemu teman-temannya.

"Bangun tidur?" Tanya Axel.

Kennand menggeleng, kemudian duduk di sofa hitamnya. "Enggak"

"Kirain"

"Bentar ya entar gue balik lagi, gue lupa gue disuruh beli gula, tapi karena males ke warung jadi gue minta punya Kennand, dadah" pamit Ellio kemudian berlari kecil keluar.

•••

"Ken, kenapa ada lipstick cewek?" Tanya Jio memegang sebuah lipbalm sebenarnya, itu milik Hazel yang tertinggal di meja makan saat hampir jatuh tadi.

Kennand sontak saja berbalik, mendengar apa yang telah diucapkan Jio.

"Ini, lipstick cewek kan? Lo pake lipstick cewek?" Tanyanya lagi.

"Itu punya mba yang biasa beresin apartemen, mungkin ketinggalan" jawab Kennand berbohong.

Jio mengangguk percaya, kemudian ia menaruh kembali lipbalm itu namun segera Kennand ambil dan ia berlari ke arah kamarnya.

"Abang gak nyariin?"

Hazel berbalik terkejut, ia kira tadi bukan Kennand.

"Kennand, jangan ngagetin" ucapnya mengusap dada.

"Maaf, Abang gak nyariin kamu kan?"

Hazel menggeleng. "Enggak, ini kan baru waktu bubaran sekolah"

"Kalau dicariin kasih tau aja"

"Emm, iya", Hazel mengangguk.

"Kalau ngantuk tidur aja, ntar mau ku fotoin lagi" ucap Kennand bercanda. "Pake kamera yang hd biar keren" lanjutnya.

"Kennand," Hazel mencibikan bibirnya.

"Bercanda" jawabnya tertawa kecil.

"Nah," lanjut Kennand memberikan lipbalm tadi pada Hazel. "Hampir" lanjutnya.

"Kak Jio gak tau kan ini punya aku? Soalnya dia sering pake ini kalau dikamar" ucap Hazel.

"Jio pake gituan?"

Hazel mengangguk. "Iya, dia biasanya pake ini, ini kan bekas dia pake" balasnya.

Tok~tok~

"Ken," panggil seseorang dari arah luar.

Kennand dengan cepat membuka kecil pintu itu, saat terbuka menampilkan Derry disana.

"Lo ngobrol sama siapa?" Tanyanya.

Kennand menggeleng. "Ngobrol apa?"

"Lo ngobrol tadi di dalem kan?"

Kennand tetap menggeleng. "Bukan, tadi ada telepon"

Derry mengangguk. "Oh, gue kira Lo ngomong sendiri"

"Enggak"

"Kok kek ada orang Ken?" Lanjut Derry saat melihat sedikit geraian rambut hitam panjang di kamar Kennand.

"Dimana?", Kennand dengan cepat menutup pintu kamarnya.

"Di kamar Lo" jawabnya.

Kennand menggeleng kuat. "Gak ada"

"Ada loh" kekehnya.

"Gak ada"

"Hayoloh Ken itu apaan? Nanti malem kalau datang gim---"

"Ssstt" Kennand menutup mulut Derry dengan sepotong roti yang langsung ia masukkan ke dalam mulut Derry.

"Woy! Aksa Rafendra!," Panggil Jio.

Derry berbalik menyaut panggilan Jio. "Ambilin hp gue, disebelah Lo" suruh Jio.

"Nah," Derry melempar iPhone 12 itu. "Panas bet hp Lo" lanjutnya.

"Iya kayak gue, kalau liat uwu uwu, panas" ucap Ellio yang baru saja datang dari arah balkon.

Semua teman temannya heran, mengapa Ellio bisa ada disana padahal tadi ia sedang memberikan gula pada ibunya.

"Lah? Kok muncul dari sana?" Tanya Axel.

Ellio tersenyum lebar. "Iya dong gue kan sangat amazing, luar biasa, sangat keren dan multifungsi" jawabnya.

"Yang bener dah?"

"Gue lewat tangga emergency" jawabnya.

Tangga emergency? Kennand mendapatkan sebuah ide.

•••

"Iya bentar lagi Acel pulang, ini lagi piket kelas dulu sebentar"

"Mau Abang jemput? Ini searah Abang mau ke rumah Zhiva"

"Gausah, nanti Acel bareng Qila sama Lia aja"

"Yaudah, kalau pulang Abang gak ada kunci di tempat biasa ya"

"Iya, Abang"

"Jangan kemana-mana lagi, awas, apalagi rumah cowok"

"Iya Abang ini Acel di sekolah bukan di rumah cowok" lanjutnya gemetar.

"Yaudah hati, hati"

"Iya dadah Acel matiin yaa"

"Dicariin?" Ucap Kennand yang mengejutkan lagi.

Hazel membuang nafas panjangnya perlahan, hobi baru Kennand sepertinya mengagetkan dirinya.

"Kennand," katanya geram. "Jangan ngagetin" lanjutnya.

"Lagian kagetan banget,"

"Dicariin?"

Hazel mengangguk. "Iya"

"Bilangnya lagi piket?". Hazel mengangguk.

"Yaudah ayo aku anter kamu pulang"

"Lewat mana?" Beo Hazel. "Di depan kan banyak orang, maksudnya temen temen kamu"

"Lewat balkon" jawabnya.

"Ha? Loncat? Ini lantai 23 Ken, mau loncat? Yang ada nyampe-nyampe dibawah langsung ada pengumuman inalillahi"

"Gak loncat juga"

"Terus?"

"Lewat tangga emergency"

•••

Kennand membuka pagar penyambung balkon kamar dan balkon ruang tamunya perlahan. Mereka berdua berjalan berjongkok supaya tidak terlihat teman temannya.

"Ssstt, pelan pelan aja gak apa apa"

Krekk~

Hazel tak sengaja menginjak batang kayu kecil di depannya.

Kennand menaikkan tubuhnya, ia mengintip teman temannya yang tengah asik menonton film horor.

"Aman, jalan aja" suruhnya.

Sampai akhirnya mereka berhasil berada di depan pintu tangga emergency. Rasanya seperti sebuah pencapaian.

Mereka berdua turun melewati tangga itu. Entah kebetulan apa bagaimana setelah ada di depan lift ternyata lift itu tengah error jadi mau tak mau mereka harus menuruni tangga dari lantai 23 hingga ke basemen.

"Capek?" Tanya Kennand membuka kunci pintu mobil nya.

Kennand sengaja memakai mobil barunya. Masih ingat waktu itu Kennand ingin membeli mobil baru di hari Minggu hari dimana mereka melakukan balapan?. Kennand akhirnya memutuskan untuk membeli Lamborghini. Seperti sangat mudah untuk membeli mobil seharga ratusan juta atau bahkan miliaran itu.

"Kenapa pake ini? Ini punya siapa?" Tanya Hazel pasalnya yang ia tahu, mobil Kennand bukan yang ini.

"Kuncinya ada di aku, ya berarti ini punya aku" jawab Kennand menunjukkan kunci mobilnya, tapi terlihat bukan seperti kunci.

"Ken," panggil Hazel ragu. "Takut lecet" ucapnya.

"Gak apa-apa, beli lagi, gampang"

Pandangan Hazel mengikuti kemana Kennand pergi. Gampang? Mengeluarkan uang miliaran ia sebut gampang?.

•••

Sebuah perjalanan yang gugup. Semua ini gara-gara mobil barunya. Bahkan duduk pun tak nyaman.

"Kenapa?" Tanya Kennand yang sedari tadi memperhatikan Hazel yang terlihat tak nyaman.

Hazel menggeleng. "Gak apa-apa"

"Perasaan di mobil kemaren malah tidur, enakan mobil kemaren?"

"Kemaren itu emang ngantuk, bukan faktor mobilnya"

"Kemaren waktu ke rumah kamu, ada motor yang persis sama motorku punya siapa?" Tanya Kennand.

"Punya ku" jawabnya.

"Beneran?"

Hazel mengangguk. "Beneran, cuma gak dibolehin dipake lagi sama Abang"

"Kenapa?"

"Waktu SMP kelas 3 ketauan balapan, jadi gak boleh naik motor lagi"

"Balapan?", Kennand terdiam sejenak. Gadis dengan tampang sepolos Hazel bisa balapan? Sangat tidak terduga.

"Iya, jadi dari waktu itu, udah gak dibolehin lagi naik motor itu, padahal sayang sekarang malah dibiarin gitu aja,"

"Kayaknya Abang tuh iri, dia gak bisa naik motor kaya gitu makanya dia larang aku buat naik motor lagi" lanjutnya bercerita.

Kennand memang syok mendengar itu. Ia tahu bagaimana rasanya mengendarai motor seberat itu, apalagi Hazel. Dengan tinggi badan yang hanya 156 cm dan badan yang mungil, membuat Kennand tercengang. Apa bisa?.

"Kamu bisa naik motor kaya gitu?"

"Bisa lah, kalau gak bisa kenapa dulu bisa balapan bahkan menang"

"Menang?". Bahkan Kennand dan teman temannya saja lebih banyak hasil seri atau imbang, dibanding kemenangan dalam balapan.

"Kamu tau, lawannya cowok" lanjut Hazel, ia sangat excited menceritakan ini.

"Cowok?"

"Iya, cowok, tapi itu sebenernya have fun aja, gak ada maksud kek kamu, balapan pake dendam"

Kennand merasa tersindir. Tapi apa yang Hazel ucapkan benar, ia balapan hanya sebuah masalah yang didasarkan dendam.

"Nyindir?"

"Enggak, tapi kalau kamu sadar diri bagus". Sebuah ucapan yang mampu membuat seorang Kennand tersindir.


"Kennand mana?" Tanya Langit tiba-tiba.

Derry menoleh. "Di kamar tadi, dia masuk, lagi tidur mungkin"

"Yakali," Langit berjalan menuju pintu kamar Kennand, ia langsung membukanya tanpa mengetuk dulu.

Ellio sempat kaget namun mendengar apa yang diucapkan Langit setelahnya, membuat ia terheran.

"Gaada orang jir" ucap Langit, melihat kamar ber cat putih yang memang tidak ada siapa-siapa.

"Di kamar mandi kali" ucap Jio fokus pada televisi besar Kennand yang masih menampilkan film horor.

"Baru nyadar jir, Gaada Kennand, dia diem mulu lagian, makanya pas gak ada pada gak nyadar" lanjut Ellio.

"Kennand!," Panggil Axel yang tak ada sautan apapun. Ya gimana mau nyaut orang Kennand dijalan alias tidak ada di apartemen.

"Woy! ALEXANDER!" Teriaknya lagi. "Kece bet anjir namanya" gumamnya.

"Ssstt, berisik nanti juga datang sendiri" ucap Jio.

"Kita diem di apartemen Kennand, sedangkan si Kennand nya ngilang" lanjut Langit.

"Gak sadar diri ye kita" ucap Ellio.

"Lebih ke gak tau malu si"

"Si Kennand kemana ya? Gege jir bisa ngilang"

•••

"Aku masuk ya" pamit Hazel.

Kennand mengangguk. "Hati hati"

"Ngapain hari hati dah orang pintunya tinggal berapa meter lagi" lanjut Hazel.

"Gak apa-apa, hati hati aja, sana masuk dicariin kan tadi"

Hazel mengangguk lembut. "Emm, hati hati, bilang ke Ellio jangan sampe yang tadi dia bongkar"

"Tenang aja, maaf ya, soal yang tadi"

Hazel menggeleng. "Itu kan gak sengaja, gak apa-apa,"

"Dah, aku masuk ya" pamit Hazel lagi kemudian berbalik dan melenggang masuk ke dalam rumahnya.

•••

"Lama" sambut Azlan dari arah sofa.

"Dek!" Panggilnya lagi.

"Apa? Salam? Assalamualaikum" balas Hazel.

"Bukan itu dek"

"Ya terus apa?" Hazel membuka sepatunya.

"Itu siapa?" Azlan menunjuk mobil Kennand yang baru saja berlalu dengan dagunya.

"Bukan siapa-siapa, ah" decaknya.

"Dek, jawab dulu" kekeh Azlan ingin mendapat jawaban dari mulut adiknya.

"Buka siapa-siapa Abang!" Seru Hazel kemudian berlari ke kamarnya menghindari pertanyaan dari Azlan.

"Ih udah gak usah teriak teriak, biarin aja adek kamu juga butuh privasi" ucap Zhiva.

"Takutnya itu cowok, yang" jawab Azlan.

"Ya kalau cowok emangnya kenapa?"

Azlan berjalan mundur sebelum ia terduduk kembali di sofa. "Ya kamu bayangin aja sendiri, di umur dia lagi marak banget kejadian yang negatif"

"Hazel gak kaya gitu kok, sama adek sendiri curigaan,"

"Gak apa-apa lan, dia mau main atau gaul sama cowok, asalkan kamu kasih tau dia batasnya. Jangan dikekang kayak gitu kasian dianya" lanjut Zhiva.

"Aku gak ngekang kok"

"Gak ngekang, setiap kamu telepon dia yang kamu bilang cuma awas kalau sama cowok, bla bla bla cowok, aku cewek lan, seumuran dia juga gak yang kayak kamu pikirin"

"Takut aja aku"

"Mulai sekarang sedikit bebasin Hazel, dia udah gede loh, biarin aja dia gaul atau berteman sama cowok, yang penting dia tau batasannya"

Azlan mengangguk. "Hazel di mata aku masih kek anak piyik, makanya aku tuh parnoan"

"Liat, kalau yang tadi temen cowoknya Hazel, mobilnya aja Lamborghini, pinter dia carinya"

"Kek kamu"

"Berarti aku pilih kamu, aku pinter gitu?"

Azlan mengangguk, kemudian mendongak ke punggung sofa, dengan tangan Zhiva yang masih ia genggam.


- agak ngeri ya, Lamborghini dibawa ke jalan raya, gak ngeri sih, haha. Tapi gak pernah liat. Tapi apa yang enggak sih di dunia Oren nan fiksi ini, kayaknya disini kucing pun bisa bertelor -

Jangan lupa vote nya, hehe ⭐⭐

---See you next chapter---



ฤแปc tiแบฟp

Bแบกn Cลฉng Sแบฝ Thรญch

6.8M 286K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
APATHES BแปŸi Evana

Ngแบซu nhiรชn

665 77 20
"Dia adalah obsesi, harapan, bahkan bintang tak tergapai," mereka berkata lantang. Tapi bagi gadis itu, si 'dia' tidak lebih dari sebuah kenyataan pa...
1.6M 38.7K 17
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
161K 6.1K 65
[Proses Revisi] Revan, aku menunggumu, menerima rasa yang sudah amat berat ini - Arrma Athalia. Sebuah penundaan pengungkapan hati dengan proses ya...