Yes! Mr. Husband | TERBITβœ“

By aiingwindiii__

18.9M 2.7M 1.2M

Judul awal : Pak Dosen Pak Suami πŸš«πŠπ€π‹π€π” πŒπ€π” 𝐇𝐄𝐁𝐀𝐓, 𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 π‰π€πƒπˆ ππ‹π€π†πˆπ€π“πŸš« UNTUK... More

Part : 01
Part : 02
Part : 03
Part : 04
Part : 05
Part : 06
Part : 07
Part : 08
Part : 09
Part : 10
Part : 11
Part : 12
Part : 13
Part : 14
Part : 15
Part : 16
Part : 17
Part : 18
Part : 19
Part : 20
Part : 21
Part : 22
Part : 23
Part : 24
Part : 25
Part : 26
Part : 27
Part : 28
Part : 29
Part : 30
Part : 31
Part : 32
Part : 33
Part : 34
Part : 35
Part : 36
Part : 37
Part : 38
Part : 39
Part : 40
Part : 42
Part : 43
Part : 44
Part : 45
Part : 46
Part : 47
Part : 48
Part : 49
Part : 50
Part : 51
Part : 52
Part : 53
Part : 54.
Part : 55
Part : 56
Part : 57
Part : 58
Part : 59
Part : 60
Part : 61
Part : 62
Part : 63
Part : 64
INFO PENTING!
Part : 65
Part : 66
Part : 67
Part : 68
Part : 69
Part : 70
SPOILER
CERITA BARU
Yes! Mr. Husband [Season 2]

Part : 41

280K 38.6K 17.3K
By aiingwindiii__

Heyoooww besstiee, thank you 4M readers!!

- Happy Reading -

Pak Arkan mengerjap-erjapkan kedua matanya karena merasa tidurnya diganggu, ya oleh siapa lagi kalau bukan Nyai Shella.

"Apa sih, Shell?" Tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

Bukannya menjawab, Shella malah memajukan bibirnya dengan wajah dibuat sememelas mungkin.

Pak Arkan menghela nafas pelan, "udah tercium bau-bau mau ngambek terus morotin sih ini mah" gumamnya.

"Tangan Shella sakit gara-gara meluk kamu" tuturnya.

"Yang meluk siapa?"

"Shella"

"Ya udah berarti kamu yang salah"

Shella semakin memajukan bibirnya, "terus yang mau tanggung jawab siapa?" Tanyanya.

"Ya yang salah lah"

"Yang salah kan Shella, masa Shella mau tanggung jawab sama diri sendiri. Jadi, kamu dong yang harus tanggung jawab"

"Mau diapain? Diperban pake posternya Jaeman?"

"Enggak deh, Shella kok ngerasa jadi matre banget yah"

"Emang iya, kamu baru sadar?" Tanya Pak Arkan membuat Shella tertawa.

"Dari lama juga udah sadar sebenernya mah, tapi pura-pura aja nggak sadar"

"Biar apa begitu?"

Shella menoleh, melihat deretan album-albumnya yang tersusun rapi di rak buku. "Biar koleksi Shella nambah banyak lah"

Pak Arkan mencebikkan bibirnya, ia bangkit dari posisinya. "Kamu mau berangkat nggak?" Tanyanya pada Shella.

"Berangkat"

"Emang tangannya udah nggak papa?"

Shella mengangkat tangan kirinya, "nggak papa, cuma tiba-tiba kek perih aja gitu"

"Nanti kalo di Kampus sakit atau gimana ke ruangan aku aja ya"

"Okeee"

"Yaudah aku mandi dulu, kalo tangannya masih sakit nanti aku aja yang bikin sarapan"

Shella yang masih tiduran langsung melingkarkan tangannya di pinggang Pak Arkan, "kamu baik bangettt, rahasianya apa sih?"

Pak Arkan menunduk sambil mengusap-usap kepala Shella, "waktu itu mau nyobain jadi jahat nggak dibolehin sama kamu"

"Ya jangan dong, cukup Shella aja yang jahat. Nanti kalo kita sama-sama jahat, Shella nggak bisa memperbaiki keturunan dong"

Pak Arkan terkekeh mendengar penuturan Shella, "yaudah awas, aku mandi dulu nanti baru bikin sarapan"

Shella kembali mendongak sambil menampilkan wajah memelasnya, "mandi bareng yah" pintanya memohon.

"Ha?"

"Mandi bareng, Shella masih ngeri kalo tangan kirinya kena air"

"Lah semalem aja dikompres pake air, masa sekarang takut sama air"

"Oh kamu nggak mau mandi bareng Shella?" Tanyanya sambil merubah posisinya menjadi duduk.

Pak Arkan turun dari ranjang lalu merangkul bahu istrinya, "nggak mau nolak" balasnya sambil berjalan ke kamar mandi, dengan Shella disampingnya.

🐰🐰🐰

Shella berjalan sendiri menyusuri koridor Kampus yang lumayan ramai, tadinya sih Pak Arkan menawarkan diri untuk mengantarnya sampai kelas, tetapi Shella menolak.

Lagian, Shella kan Lakik. Masa nggak berani ke kelas sendirian.

Ia memasuki kelas dan terkejut melihat Lita yang sedang menutupi mata sebelah kanannya, ada Arvin yang duduk didepan kekasihnya sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya.

"Temen gue, lo apain?" Tanya Shella diambil mendorong bahu Arvin lumayan keras.

"Eng--enggak gue apa-apain" balasnya gugup.

"Bohong banget" sahut Lita dengan suara paraunya.

"Arvin!"

"Apasih Shell? Bukan salah gue, eh-- ya salah gue sih. Tapi gue nggak sengaja"

"Diapain?" Tanya Shella kesal.

"Matanya gue colok doang" balas Arvin membuat Shella melongo.

"Matanya Lita lo colok? Terus lo bilang dicolok doang?"

Arvin menggaruk tengkuknya, "ya--ya sorry"

"Baru jadi pacar aja udah lo colok matanya"

"Ya-- colok bawahnya kan belum boleh"

Shella menjambak rambut Arvin, "sini lubang hidung lo, gue colok pake linggis" ancamnya.

"Lagian salah Lita juga" ujarnya tak mau disalahkan.

"Disini tuh gue sebagai korban, pake disalahin segala" timpal Lita sewot.

"Ceritanya gimana bisa-bisanya mata si Lita lo colok?" Tanya Shella.

"Tadi gue kan lagi cerita sama Lita, ya curhat, sharing-sharing gitu kan. Eh Lita fokus sama Hp terus, ngeliatin si Jahe, eh siapa namanya Jahe, Kencur, Jah-- oh Jaehyun iya, Jaehyun"

"Nah karena gue kesel, yaudah gue colok aja matanya Lita biar nggak ngeliatin Jaehyun terus" sambungnya.

"Astaghfirullah'aladzim, lo berdosa banget, Arvin!" Shella menoyor kepala Arvin.

Lita menyenderkan kepalanya di bahu Shella yang sudah duduk disebelahnya, "Langit, bisakah kau turunkan hujan dengan petir? Aku ingin menangis tanpa terlihat" ujarnya mendramatisir.

Shella mengusap-usap bahu Lita, "sabar Ta, nanti gue temenin"

"Temenin apa?"

"Temenin menjerit tanpa terdengar"

Arvin menggenggam sebelah tangan Lita, "maaf Ta, lo jangan minta putus dari gue ya"

Shella tersenyum penuh arti sambil menepuk pundak Lita, "gasss Ta, gunain jurus porot-memoroti yang baik dan benar serta di ridhoi Allah" ujarnya mengompori.

"Apalagi ini Ya roobb, fiks gue bakal ngerasain apa yang Pak Arkan rasain selama ini" Arvin mengusap wajahnya gusar.

"Tenang Vin, Pak Arkan aja bahagia gue porotin tiap hari"

"Bahagia lambemu, pura-pura bahagia doang palingan, aslinya tertekan"

Shella tersenyum manis, "gue tetep percaya kalo Pak Arkan bahagia hidup sama gue" balasnya membuat Arvin memutar bola matanya malas.

"Gimana, Ta? Mau ke UKS?" Tanya Arvin.

"Nggak perlu Vin, obatnya cukup liat yang bening-bening aja" sahut Shella, ia membuka ponsel Lita dan kembali memutar konten Jaehyun yang tadi sedang Lita lihat.

"Nih Ta, ditonton lagi. Pasti nanti matanya sembuh"

(◍•ᴗ•◍)


Selesai masak untuk makan malam, Shella pergi untuk mandi. Tadi siang Pak Arkan hanya mengantarnya pulang, tetapi ia sendiri harus kembali lagi ke Kantor.

Shella selesai mandi, ia mengecek ponselnya di atas nakas dan ternyata terdapat 3 panggilan tak terjawab dari Bundahara Maya.

Shella mengernyit heran, "Bunda nelfon ada apa yah?" Gumamnya.

Ia yang masih mengenakan kimono langsung duduk di atas ranjang dan balik menelfon Bundanya.

"Assalamualaikum Bunda"

"Waalaikumsalam, darimana aja kamu? Ditelfonin dari tadi juga"

"Shella baru selesai mandi, kenapa emangnya? Bunda kangen yaa sama Shella?"

"Kangen lahh, masa enggak. Kemaren katanya Mama kamu abis dari situ?"

"Iya, weekend kemaren Mama Rina seharian disini"

"Bunda jadi pengin kesitu, udah kangen banget sama si bontot"

"Ya sini dong, jangan Mba Della terus yang ditungguin"

"Kapan-kapan ya Bunda kesitu, weekend besok deh kalo sempet"

"Masa nggak sempet sih, emang Bunda disitu sibuk ngapain?"

"Ya ngurusin Tamara, Della kan kadang masih takut gitu ngurus bayi"

"Nanti kalo Shella udah lahiran harus ditungguin juga ya anaknya, 24 jam pokoknya, jangan kalah sama Tamara"

"Iya tenang aja, makannya doain biar Bundanya sehat terus"

"Pasti dong itu mah"

"Kamu sendirian? Arkan mana?"

"Pak Arkan masih di Kantor, kayaknya bentar lagi pulang. Bunda ada yang mau disampein sama Pak Arkan?"

"Mas dong, jangan 'Pak' terus"

"Shella belum terbiasa Bun, masih canggung kalo harus manggil Mas"

"Dibiasain, lagian kan lebih cocok manggil Mas"

"Iyaiya Shella usahain"

"Yaudah Bunda tutup dulu yah, itu Della mau mandi, jadi Bunda harus jagain Tamara"

"Okee, weekend kesini yaa"

"Insyaallah"

"Ya udah, assalamualaikum, Bunda"

"Waalaikumsalam, sayang"

Shella meletakkan ponselnya dengan senyum yang mengembang. Ia masih tidak percaya, seorang Shella yang dulunya manja sekarang bisa hidup jauh dari Bundanya.

Pintu kamar terbuka, menampilkan wajah lelah Pak Arkan dengan jas yang sudah ditenteng dan dasi yang melonggar.

"Assalamualaikum" sapanya sambil tersenyum tipis.

"Waalaikumsalam" balas Shella sambil menghampiri suaminya.

"Kok mukanya gitu? Kamu capek banget yah?" Tanya Shella sambil mengambil tas kerja dan jas yang tadi ditenteng suaminya.

Pak Arkan duduk dipinggir ranjang lalu menjatuhkan tubuhnya di kasur dengan kedua kaki yang menjuntai ke bawah.

"Shell" panggilnya.

"Hm?"

"Siapin air anget yah, buat mandi"

Shella mengangguk, "okee, sebentar"

Tak butuh waktu lama untuk Shella menyiapkan keperluan Pak Arkan untuk mandi. Selesai menyiapkan air hangat, ia mengambil baju ganti untuk suaminya dan kembali menghampiri Pak Arkan di ranjang.

"Sayang, itu udah disiapin" ujarnya.

Shella menghela nafas pelan, ternyata Pak Arkan malah tertidur. Ia duduk di ranjang, disebelah Pak Arkan yang masih tiduran. Ia mengusap-usap kepala suaminya pelan, dahinya sedikit mengernyit ketika merasakan dahi Pak Arkan cukup hangat.

"Sayang, kamu sakit? Kok badannya panas?" Tanyanya.

Pak Arkan membuka matanya perlahan, "nggak papa, cuma capek aja" balasnya.

Pak Arkan merubah posisinya menjadi duduk, ia melepas dasinya lalu melepas kemejanya sambil berjalan menuju kamar mandi.

Sembari menunggu Pak Arkan keluar, Shella lebih dulu berganti baju, karena sedari tadi ia masih mengenakan kimononya.

Shella selesai berganti baju dan mengenakan skincare-nya, bersamaan dengan Pak Arkan yang keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit pinggangnya ke bawah.

"Kok dingin banget ya, Shell. Apa aku doang yang ngerasa dingin?" Tanyanya sambil mengambil kaos dan celana pendek yang sudah Shella siapkan diatas ranjang.

"Hm? Enggak kok, biasa aja. Apa AC nya mau dimatiin aja?"

"Boleh, kamu nggak papa kan?"

"Ya nggak papa, daripada kamu kedinginan"

Shella menghampiri Pak Arkan yang sudah duduk di atas ranjang, ia membantu suaminya menggosok-gosok rambut basahnya dengan handuk.

"Kamu sakit yah?" Tanya Shella.

"Enggak, Shella"

"Bohong, badan kamu panas, terus nih matanya juga merah"

"Masa sih?"

Shella mengangguk sambil menangkup wajah Pak Arkan, "bener, merah banget, sayang"

"Jangan-jangan aku mau berubah jadi vampir" balasnya bercanda.

"Nggak lucu ihh, makan dulu yaa nanti baru istirahat"

"Pengin tidur" rengeknya manja, tangannya sudah melingkar sempurna di pinggang Shella yang masih berdiri.

"Makan dulu, sayang"

"Hm"

"Kamu tunggu sini, Shella ambilin makan dulu. Nanti Shella suapin"

"Sedikit aja"

"Iya"

🐰🐰🐰

Shella benar-benar tidak percaya, orang seperti Pak Arkan akan berubah menjadi begitu manja ketika sakit.

Setelah selesai dipaksa untuk makan, Pak Arkan langsung tidur sembari di kompres oleh Shella.

Pukul 01.30 malam, Shella merasa pergerakan tidak nyaman dari ranjang sebelahnya. Ia membuka matanya dan ternyata suaminya yang tengah bergerak gelisah.

"Sayang" panggilnya sambil mengusap dahi Pak Arkan yang berkeringat dingin.

"Pusing banget, Shell" lirihnya dengan suara parau.

"Baju kamu basah karena keringat, ganti dulu yah"

Shella mengambil kaos lengan panjang, ia memaksa Pak Arkan untuk duduk, agar ia lebih mudah mengganti bajunya.

Shella melepaskan kaos pendek yang Pak Arkan pakai dan menggantinya dengan kaos lengan panjang.

"Udah, kamu tidur lagi"

Bukannya tertidur, Pak Arkan malah duduk bersandar di kepala ranjang sambil memijati pelipisnya sendiri.

"Pusing banget?"

Pak Arkan mengangguk, "kepalanya kaya berat banget gitu" balasnya sambil meringis.

"Mau ke rumah sakit aja? Shella yang bawa mobil"

"Nggak usah, besok juga sembuh"

"Yaudah tidur lagi yah, baru setengah dua"

"Kalo tidur hidungnya mampet" balasnya membuat Shella tak tega.

Shella menyenderkan punggungnya di kepala ranjang lalu menarik kepala Pak Arkan agar menyender di dadanya, "udah kamu gini aja tidurnya biar nggak mampet"

Pak Arkan bergerak untuk mencari posisi ternyaman didekapan Shella, "perut kamu nggak papa kalo posisi aku kaya gini?"

"Nggak papa"

"Tangan kamu?"

"Nggak papa sayang, udah sembuh kok" balasnya sambil mengusap-usap kepala suaminya.

"Pijitin pelipisnya ya Shell, pusing banget" pintanya.

"Iya" balas Shella, tangannya bergerak untuk memijat pelipis suaminya sampai tertidur.

"Jangan sakit, nanti Shella jadi nggak enak morotinnya" ujarnya lalu mencium dahi Pak Arkan.

(◍•ᴗ•◍)

Shella terbangun pukul 06.15, ia merasakan punggungnya sedikit nyeri karena semalaman bersandar di kepala ranjang.

Ia menatap wajah damai suaminya yang masih tertidur, Pak Arkan mengeratkan pelukannya di pinggang Shella dengan posisi kepala yang semakin mendusel dipelukan istrinya.

Pelan-pelan Shella menata bantal agar tinggi, ia memindahkan kepala Pak Arkan ke bantal yang sudah ia tumpuk agar hidung suaminya tidak mampet.

"Bentar ya sayang, Shella mau buatin bubur dulu" ujarnya.

.
.
.

Saat sedang membuat bubur, ia merasakan perutnya mulas sehingga ia tinggal dulu ke kamar mandi.

Shella tetaplah Shella yang ceroboh, keluar dari kamar mandi ternyata buburnya gosong, dan harus dibuat dari awal lagi.

"Sabar Shella, jangan ngeluh" ujarnya menyemangati diri sendiri.

Ia kembali membuat bubur dan juga sarapan untuk dirinya sendiri. Setelah selesai, Shella menuangkan buburnya ke dalam mangkok untuk dibawanya ke kamar.

Shella duduk di kursi meja makan saat merasakan perutnya sedikit nyeri, ia mengusap-usap perutnya yang sudah sedikit menonjol.

"Sayang jangan nakal dulu ya, Ayah kamu lagi sakit, jadi Bunda harus siap capek buat ngurus Ayah kamu" ujarnya seolah berbicara pada janin dalam kandungannya.

Ia menuangkan segelas air putih lalu meminumnya.

"Perut Shella kok nyeri banget yah?"

"Apa mau datang bulan?"

"Eh, kan orang hamil nggak datang bulan yah" gumamnya.

"Udah lah, jangan manja, inget suami lagi sakit"

Shella kembali berdiri, ia meletakkan semangkok bubur dan segelas air putih diatas nampan, untuk dibawa ke kamar.

Ia menaiki tangga pelan-pelan karena perutnya masih terasa nyeri, mungkin kram karena sedari bangun tidur ia berdiri terus.

Shella membuka pintu kamarnya dan terkejut melihat Pak Arkan sudah rapi dengan setelan kantornya.

"Kamu mau ngapain?" Tanyanya sambil meletakkan nampan diatas nakas.

Pak Arkan yang sedang mengenakan dasinya menoleh sambil tersenyum tipis, "aku ada meeting pagi di kantor"

"Kamu itu lagi sakit, kenapa sih harus mikirin kerjaan terus?" Omelnya emosi.

"Aku nggak papa, Shella. Kan semalem aku bilang cuma kecapean doang"

Shella menghampiri Pak Arkan, menempelkan punggung tangannya di dahi suaminya, "badan kamu masih panas, udah istirahat dulu dirumah, nggak usah keras kepala"

"Nggak bisa sayang, aku ada meeting sama client jam 8 nanti"

"Coba kamu pikirin diri sendiri dulu, ada waktunya kamu ngajar, ada waktunya kamu ke kantor. Tapi sekarang kamu lagi sakit, ya kamu istirahat dulu"

"Kamu nggak berangkat meeting sekarang nggak bakal langsung jatuh miskin kan?"

"Biar Shella yang izin sama Papa" Shella mengambil ponselnya diatas meja rias, mencari nomor Papa mertuanya dan langsung menelfonnya.

"Hallo, assalamualaikum, Pa"

"Waalaikumsalam, kenapa Shell? Tumben nelfon Papa?"

"Pa, Pak-- ehmm Mas Arkan hari ini nggak ke kantor karena sakit, nggak papa kan?"

"Arkan sakit? Pasti karena terlalu diforsir buat kerja"

"Iya, dari semalem badannya panas. Tapi hari ini tetep mau berangkat, katanya ada meeting pagi"

"Udah, meeting nya biar Papa aja yang handle. Arkan suruh istirahat dulu, dua atau tiga hari di rumah"

"Kamu juga jangan lupa istirahat, Arkan itu kalo sakit manja"

"Iya Pa, makasih ya"

"Sama-sama, nanti kalo Arkan keras kepala, kamu ancam aja bakal nggak mau ngurus dia lagi gitu"

"Siapp Pa, yaudah Shella tutup dulu ya telfonnya"

"Iya"

"Assalamualaikum, Pa"

"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh"

"Udah, nggak usah keras kepala yah! Papa aja nyuruh kamu istirahat dulu"

Pak Arkan duduk di pinggiran ranjang, "aku nggak enak sama Papa, aku--"

"Ya biasanya juga kan kamu bantuin Papa, orang sekarang kamu lagi sakit. Kamu manusia, bukan robot. Ada waktunya buat istirahat"

Shella mengatur nafasnya yang memburu dan perutnya yang semakin nyeri, ia menggigit bibir bawahnya sambil mengusap-usap perutnya.

"Kenapa? Perutnya sakit?" Tanya Pak Arkan.

"Gara-gara kamu sih yang keras kepala. Udah, kamu istirahat aja"

"Aku berangkat ke kantor aja ya Shell, aku udah sehat kok"

"Ya Allah, Arkan!" Shella mendorong bahu suaminya sampai terlentang diatas kasur.

"Aduh, pelan-pelan"

"Ya makannya nurut, dari tadi dibilang pelan-pelan nggak mau nurut, Shella perkosa juga nih" ancamnya justru membuat Pak Arkan merentangkan kedua tangannya.

"Yaudah deh perkosa aja" balasnya sangat menyebalkan dimata Shella.

Shella melepas jas suaminya, melepas dasi dan beralih melepas satu persatu kancing kemeja yang Pak Arkan kenakan.

"Nggak inget apa semalem siapa yang bilang pusing, kepalanya berat, hidungnya mampet, siapa?"

"Iyaiya maaf, udah jangan ngomel-ngomel terus"

"Shella aja pagi-pagi izin ke Lita kalo hari ini nggak berangkat ke Kampus, buatin bubur sampe dua kali karena yang pertama gosong ditinggal ke kamar mandi. Perut Shella kram karena capek dari bangun tidur mondar-mandir terus"

"Shella kaya gitu demi siapa? Ya demi kamu lahhh"

"Terus Shella masuk ke kamar, kamu malah udah siap-siap mau ke kantor. Heran aku tuh, di kantor ada apa sebenernya? Betah banget ke kantor" cerocos Shella panjang lebar.

Shella melempar kemeja, jas dan dasi suaminya ke sembarang arah. Ia beralih melepas sepatu dan kaos kaki Pak Arkan.

"Celananya nggak dilepas?" Tanya Pak Arkan yang sudah setengah telanjang.

"Lepas sendiri lah, bisa make masa nggak bisa ngelepas" cibirnya sambil berjalan ke arah lemari pakaian.

"Dingin nggak?" Tanyanya sewot.

"Enggak" balas Pak Arkan.

Shella mengambil kaos hitam polos dan celana pendek, melempar ke ranjang dimana Pak Arkan sedang melepas celana kerjanya.

"Ngelepas celana aja masih kesusahan, gegayaan mau ke kantor, mau meeting, dih belagu"

Pak Arkan tersenyum geli, "kamu ngomel-ngomel mulu, bukannya dibantuin"

"Makannya nurut, kalo disuruh istirahat ya istirahat, belum aja Shella geret langsung ke Rumah sakit"

Shella memakaikan kaos yang sedari tadi ia pegang, entahlah kalau sudah keburu emosi rasanya ia tidak bisa pelan-pelan menangani orang sakit.

Ia menarik celana kerja Pak Arkan lalu menggantinya dengan celana pendek.

Pak Arkan yang kepalang pusing, lebih baik tiduran daripada diomeli oleh Shella yang sedang mode garang.

"Ngapain tidur?" Tanya Shella.

"Katanya disuruh istirahat"

"Makan dulu"

Pak Arkan kembali duduk sambil menyandarkan bahunya di kepala ranjang.

"Bisa pelan-pelan nggak sih, Shell?"

Shella menghela nafas pelan, ia mengusap sudut bibir suaminya yang belepotan bubur karena ulahnya.

"Maaf, makannya kamu jangan keras kepala" ujarnya merasa bersalah.

Shella mengambil segelas air putih dan memberikannya pada Pak Arkan.

"Airnya pait" ucapnya sambil kembali menyerahkan air putihnya pada Shella.

"Ya karena kamu lagi nggak sehat"

"Makannya udah deh, hambar"

"Sedikit banget makannya, nanti sembuhnya lama"

"Aku pengin tidur aja, nanti siang juga sembuh"

Shella kembali meletakkan mangkok dan gelasnya diatas nakas, "yaudah tiduran aja"

"Temenin ya" pintanya.

"Shella--"

"Kaya semalem lagi, biar hidungnya nggak mampet"

"Bantalnya ditumpuk aja ya, biar posisi kepala kamu tinggi"

Pak Arkan menggeleng, "kamu emang mau ngapain?"

"Shella belum mandi"

"Nggak papa, kamu disini ajaa"

Shella menurut, ia kembali duduk sambil bersandar di kepala ranjang. Tanpa disuruh, Pak Arkan langsung menyenderkan kepalanya di dada Shella membuat sang empunya meringis.

"Modus" cibirnya.

"Nyaman, empuk"

Shella memutar bola matanya malas, "dedenya diusapin coba, kayaknya kangen deh sama kamu"

Pak Arkan menyingkap kaos yang Shella kenakan, mengusap-usap perut istirnya yang sudah sedikit menonjol.

"Haii, Dedenya nakal yah? Bunda kan lagi ngurus Ayah yang sakit, Dedenya anteng-anteng ya disana. Jangan nakal dulu, jangan bikin Bunda sakit juga, okee?"

"Kamu juga jangan sakit, nanti yang jagain Shella siapa?" Sahut Shella sambil mengusap-usap kepala Pak Arkan.

Pak Arkan tersenyum, ia semakin menduselkan kepalanya di dada Shella.

"Hmm, lagi sakit, masih puasa, nggak usah nyari gara-gara" ujar Shella memperingati.

"Sayang" panggil Pak Arkan sedikit terendam di dada Shella.

"Kenapa?"

"Kamu tadi gantiin celana aku kok biasa aja?"

"Lah emang kenapa?"

"Nggak basah atau jadi kepengin gitu?"

Shella mencubit pinggang suaminya pelan, "ya enggak lah, Shella kan imannya lebih kuat dari kamu"

"Jangan-jangan kamu yang udah nggak nafsu liat aku"

"Astaghfirullah, ya enggak gitu. Cuma kan, ya Shella tau kalo kamu masih puasa"

Pak Arkan mendongak menatap Shella, "aslinya mah kepengin yah?" Tanyanya.

"Ya enggak lah, kan kata Dokter belum boleh"

"Padahal aku kan nggak pernah main kasar, pasti kalo jengukin Dede bayi juga pelan-pelan"

"Dih nggak sadar diri, sejak kapan kamu begituan pelan-pelan?" Tanya Shella.

"Emang biasanya kasar yah?"

"Menurut kamu?"

"Nggak tau lah, yang penting enak"
















Enak-enak sedeeeppppp

Baru aja nggak Update 5 hari
Yang dm sama komen kasar udh bejibun banyaknya.
Nggak kebayang, gimana sama Author yang Up seminggu atau sebulan sekali
Pasti udah nyesek tiap hari dapet kata kasar😔

Kalo kalian nggak mau nunggu, nanti bacanya pas udah Ending aja yaa ;(
Daripada ngatain kasar begitu, kasian yang baca atuh.

Sokeeyy
See you next part!!
Paayypaayyyy

Kamis, 07 Oktober 2021
10.00

Continue Reading

You'll Also Like

486K 11.3K 39
Dalam tahap revisi Musuh bebuyutan dari mereka jabang bayi hingga mereka terlahir dewasa namun takdir berkata lain saat mereka harus dipaksa menikah...
2M 123K 53
APA LIAT-LIAT? SINI MAMPIR! [π…πŽπ‹π‹πŽπ– 𝐃𝐔𝐋𝐔 π’π„ππ„π‹π”πŒ 𝐁𝐀𝐂𝐀!] [ NOTE. SEBAGIAN PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT] GENRE : BUCIN...
2.9M 9.8K 7
[terbit -- versi novel tersedia di shopee penerbit @Gente.official] [Selesai-Tidak revisi-banyak typo mohon maaf] 1821 harap bijak dalam memilih ceri...
60.9K 3.3K 26
[part di unpublis dulu. Silahkan menunggu jika mau membaca.] !males revisi, and ga jadi! Dilarang keras untuk plagiatβ›” Alena Marisa&Alexi Mahesa Itul...