The Village : Secrets Of Past...

By DellaNopyta

9K 2K 9.8K

Amazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mi... More

Opening
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 69
Epilog

Chapter 68

66 16 98
By DellaNopyta

Dua Bulan Kemudian.
(Kota Wanjiang - Area Desa Weiji 500 Tahun Lalu Berada).

Rerimbunan pepohonan yang tak diketahui apa namanya mengelilingi, tapi tak ada apa pun yang menunjukkan bahwa area yang dipenuhi orang-orang ini adalah Desa Weiji. Pasalnya, selain hutan yang mengelilingi, tidak ada hal lainnya yang bisa dianggap sama seperti waktu itu. Tidak ada gerbang kecil yang bertuliskan 'Desa Weiji' menyambut, tidak ada rumah-rumah warga bahkan puing-puing atau jejak apa pun yang menunjukkan bahwa memang pernah ada suatu desa dulunya berdiri.

Yang ada kini hanyalah tanah galian sana-sini, mobil-mobil terparkir di sekitaran, baik mobil pribadi, ambulans ataupun mobil lainnya yang berukuran lebih besar. Selain itu, orang-orang sibuk dengan urusan masing-masing, berlalu-lalang layaknya tidak ada waktu bersantai terlebih tidak ingin membuang waktu sedikit pun. Tak tahu pasti secara spesifiknya apa yang menjadi kesibukan mereka, menjadikan Xue Jing yang terdiam menonjol di antara mereka semua.

Sedangkan He Ting, terlihat sibuk berkumpul dengan beberapa orang, mungkin sedang berkoordinasi ditemani lembaran kertas pada tangannya lengkap dengan portofon yang sesekali akan didekatkan pada mulutnya sembari pandangan mengedar. Akan tetapi, edaran yang dilakukan seketika terhenti, sepasang tungkai dibawanya menjauhi kumpulan orang-orang dengan portofon masih setia menemani.

"Kau baik-baik saja? Ingin istirahat di mobil?"

Yang ditanya menggeleng, lagian bagaimana bisa istirahat di saat genting begini, bukan? Tentu dengan cepat Xue Jing yang menyerahkan sebotol air mineral ini menolak, bahkan tak segan-segan ia menyeka pergi peluh yang menghiasi sedikit wajah dari penerus Museum Huanjing ini. "Apa semua kerangka di area ini sudah ditemukan? Benar tidak ada yang tersisa lagi?"

"Jangan khawatir, semua orang di sini adalah tim ahli. Selain itu pencarian secara menyeluruh pada sekitaran area ini sudah dilakukan. Aku jamin semua warga desa yang tewas malam itu sudah ditemukan."

Meskipun Xue Jing sendiri tak tahu bagaimana bisa pria ini begitu yakin, mengingat kejadian telah berlalu 500 tahun lamanya. Namun, melihat akan bagaimana yakinnya He Ting serta para tim yang dibawanya ini tak lain seperti yang dikatakan tadi, adalah tim ahli. Maka Xue Jing pun percaya saja. Sudah diizinkan ikut dan bergabung ke lokasi ini pun sudah menjadi suatu bentuk pengecualian terbesar baginya.

"Sekarang waktunya ke tempat itu ... area terlarang. Tim sudah selesai menyingkirkan tumpukan reruntuhan."

Seperti luka lama yang kembali berdarah, begitulah perasaan Xue Jing begitu mendengar ucapan barusan. Padahal dari sebelumnya ia telah mempersiapkan diri dengan baik, tapi setelah tiba pada waktunya ... tetap saja masih sulit untuk dilakukan. Oleh karenanya, tanpa banyak memberikan respons Xue Jing hanya bisa mengalihkan pandangan dari He Ting pada area di mana Hutan Malam Abadi, tempat di mana makhluk kegelapan bernama Mo Shan dan juga penjaga desa dahulu tinggal tersebut. Dan begitu dirasa siap, barulah mereka berdua bergerak.

"He Ting, penemuan besar seperti ini sekiranya akankah memengaruhi keluargamu?" Yang mana He Ting sendiri tampak tak begitu paham, maksud dan arah dari ucapan yang ditanyakan padanya ini sebenarnya apa. "Maksudku, akankah berdampak buruk? Kau tahu sendiri penemuan ini terbilang sangatlah besar, sejumlah orang pasti akan menekan dari mana dan bagaimana bisa menemukan penemuan sebesar ini hanya dalam waktu singkat."

"Kau mengkhawatirkanku?" tanyanya sedikit menyunggingkan senyuman, sama sekali tidak ada keseriusan. Namun, siapa yang tahu jikalau pria ini sedang berusaha mencairkan suasana agar setidaknya Xue Jing mampu merasa lebih rileks. "Jangan khawatir, kakekku bukanlah orang biasa. Hampir seluruh hidupnya dia selalu berkutat dengan yang namanya penemuan dan penelitian. Meskipun sekarang penemuannya sedikit berbeda dari biasanya, tetap saja ... penemuan adalah penemuan ....

"... Jika dipikirkan lebih lagi, kurasa kakekku lebih gila karena percaya dengan apa yang aku beritahukan. Termasuk percaya akan pengakuanmu terkait keberadaan desa ini. Padahal dia belum pernah bertemu denganmu sebelumnya. Intinya, percaya saja semua akan membaik. Barangkali Museum Huanjing setelah ini akan meraup banyak keuntungan dan bukannya hal buruk," kekehnya kemudian, sungguh membuat Xue Jing tak habis pikir akan isi pikiran pria ini. Meskipun begitu, sukses sudah membuat Xue Jing tersenyum.

Namun, suasana suram disertai kekelaman kembali dirasakan. Tatkala langit yang cukuplah cerah tiba-tiba terselimuti awan mendung, rintikan air mata langit pun meluruh begitu saja tanpa meminta izin dari sejumlah tim berpakaian jubah putih yang sibuk memindahkan potongan kerangka demi potongan kerangka dari tumpukan tulang belulang secara hati-hatinya semacam benda yang teramat berharga.

Lantas harus bagaimanakah Xue Jing dan He Ting bereaksi kala melihat tumpukan tulang belulang yang ada ini? Rasanya seperti barulah kemarin mereka menyaksikan langsung akan megahnya gua yang menjadi atap dari area yang mereka pijaki ini, dan jujur saja ... aura yang berada di sekitar area hutan larangan masihlah terasa kuat oleh semacam energi. Sulit untuk dijelaskan, tapi jika harus mengatakan energi apa itu, maka Xue Jing ataupun He Ting mampu mengatakan ini adalah bentuk energi yang berharap untuk dilepaskan, alias bebas.

"Mereka akan beristirahat dengan tenang mulai sekarang, bukan?" tanya Xue Jing, langkah seketika terhenti. Mendapati akan bagaimana He Ting meraih dan menggenggam sebelah tangannya, pun tahu-tahu pria ini menarik dan memeluk sudah. "Sejak Mo Shan juga para penjaga desa tewas. Aku yakin, sangat yakin mereka sudah tenang, dan sekarang mereka hanya akan memenuhi seutuhnya ketenangan itu," jawab He Ting, dan jawaban itu sukses meluruhkan air mata tertahan yang sedari tadi Xue Jing tahan. "Sesuatu membahagiakan seperti ini untuk apa ditangisi? Tersenyum, justru itulah hal yang tepat dilakukan. Anggap sebagai hadiah terakhir dari kita untuk mereka."

Apa yang dikatakan He Ting ini benar, mereka telah terkubur lama di sini tanpa ada siapa pun yang tahu, tapi sekarang tidak lagi ... mereka telah ditemukan, siap mendapatkan kuburan yang jauh lebih hangat. Diusap sudah air mata yang masihlah tergenang dalam sepasang netranya, mengembangkan senyuman sembari melepaskan pelukan. "Apa kau sedang bermain peran? Mencoba menjadi kuat di kala kau sebenarnya juga ingin menangis tadi, bukankah begitu?"

"Setidaknya aku tidak menangis sepertimu," ucap cepat He Ting, merasa beruntung rintikan hujan turun kini. Setidaknya mana air mata dan air hujan tidaklah kentara terlihat. Namun, menyebalkannya, pria ini terus saja mengejek. "Lihatlah betapa konyolnya dirimu, aku yakin kau juga suka menangis tiap kali menonton drama ataupun saat menulis, whoahh ... tidak bisa kubayangkan," lanjutnya, bereaksi seakan sedang membayangkan baik-baik bagaimana jika ucapannya ini benar. Sebelum akhirnya tertawa, diikuti pula oleh Xue Jing yang tak terima sebenarnya diperlakukan seperti ini.

Namun, apa pula yang terjadi? Apa mungkin cuaca mampu berubah secepat ini? Meskipun benar langit berawan taklah hilang, tapi setidaknya rintikan hujan telah berhenti. Kala di mana sinar kehangatan dari sang surya yang bertengger pada singgasana tertingginya, dirasakan sudah. Mengusir sejumlah energi tak mengenakkan yang masih melingkupi area hutan larangan di masa lampaunya.

"Tuan," sapa seorang pria, menyudahi sesi tertawa mereka untuk menanti apa sekiranya yang ingin disampaikan pria arkeolog ini. "Kami menemukan sesuatu pada dua kerangka yang tergeletak berdekatan." Memperlihatkan sesuatu yang dimaksudkan tersebut pada telapak tangannya yang mengenakan sarung tangan medis.

Sepasang cincin giok abu-abu. Serta merta He Ting bertukar pandang dengan Xue Jing, tahu akan apa keinginan wanita ini. Karena memang itu pula yang diinginkan oleh He Ting. "Boleh aku melihat kerangkanya?"

Pria itu pun menunjukkan arah, mengantar He Ting juga Xue Jing pada sisi lain yang menampilkan akan keberadaan dari tenda terbuka. Mendapati pula akan jejeran kerangka yang telah diselamatkan, baik berupa kerangka belum utuh ataupun yang telah utuh. Dan di antara kerangka-kerangka tersebut, satu yang akhirnya menarik perhatian keduanya. Bahkan pria yang menunjukkan jalan pun kini terus berjalan ke arah tersebut. Tepatnya, pada ujung dari tenda yang memanjang ke samping ini, dua kerangka utuh terbaring berdampingan.

"Sebelah kiri jelas seorang pria, dan yang kanan adalah wanita. Mereka bisa saja pasangan karena cincin ini." Menunjukkan kembali cincin yang dimaksud, kala He Ting pada akhirnya mengambil pun meminta pria arkeolog ini kembali bekerja.

"Kau akan menyimpannya?" Dan jawaban yang Xue Jing dapatkan hanyalah berupa 'hmm', tak heran jika ia mengalihkan sudah pandangan dari kerangka tersebut pada He Ting. Setidaknya ingin tahu lebih jelas lagi 'hmm' seperti apa yang dimaksud. Tatkala mendapati kemudian akan bagaimana He Ting malah melihat ke lain arah, semacam sedang bertemu pandangan dengan seseorang saja. "Mungkin itu yang mereka inginkan," ucapnya, tersenyum.

Mereka? Xue Jing yang kian tak paham, terlebih dibuat semakin bingung akan tingkah aneh He Ting ini pun berakhir mengikut arah pandangnya.

Sempat terkejut di awal, tapi setelahnya mengeluarkan ekspresi serupa dengan He Ting, tersenyum. Tepatnya senyuman lebar dilengkapi pula sepasang netra berkaca-kaca, menangkap sosok Hui Yan dan Ji Yu yang bergandengan tersebut ikutan tersenyum lebar pula. Yang mana sekejap kemudian berubah menjadi seberkas cahaya terang, naik ke atas langit yang entah sejak kapan telah terbebas dari selimutan awan.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 77.8K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
1M 128K 73
***WATTYS WINNER 2021 KATEGORI FANTASI*** --- Setelah menikah dengan seorang duke paling berpengaruh di negaranya, Gwen harus berperang melawan intri...
95.8K 6.7K 27
#1 from The Overseas Tetralogy Kejarlah kebahagiaanmu! Karena kaulah yang menentukan takdirmu sendiri.... Arabella Gualthérie Van Weezel, seorang Lad...
1.2K 397 32
-TAMAT- Eyla terkena kutukan setelah ia berniat bunuh diri di umurnya yang ke-17. Semua tidak lain karena ia berniat bunuh diri atas kematian seluruh...