The Village : Secrets Of Past...

By DellaNopyta

9K 2K 9.8K

Amazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mi... More

Opening
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Epilog

Chapter 65

52 17 96
By DellaNopyta

Titah telah diserukan sang tuan, pengikut serta merta bergerak menukik. Mempertunjukkan secara lebih jelas lagi bagaimana cakar-cakar serta paruh menajam tersebut siap mencabik-cabik target sasaran yang dititahkan.

Hanya saja, di antara ketiga sasaran ini, kenapa satu di antaranya malah dibiarkan begitu saja? Terus melemparkan pandangan pada sang tuan yang masihlah setia bertengger melayang di atas sana, mendapati akan bagaimana keinginan sang tuan ini untuk mengoyak dan mengeluarkan habis isi dari dada yang menampung degupan pusat dari kehidupannya dengan sangatlah berlebih.

"Jangan sentuh dia!"

Dialihkan sudah pandangan pada Ji Yu, tapi target sasaran tidak akan berubah. Lagian apa yang bisa dua pria itu lakukan di saat kawanan gagak sukses membuat mereka kewalahan, membawa sedikit demi sedikit menjauh dari Hui Yan. Setidaknya jarak telah tercipta, dan saat itu pula kesempatan bagi makhluk kegelapan yang mendiami tubuh Kwan Mei ini tiba.

Bahkan Hui Yan tak lagi heran akan kecepatan dari pergerakan tak tertangkap pandangan ini, tahu-tahu saja makhluk kegelapan itu menghilang sudah dari posisi bertengger di atas sana. Yang mana tahu-tahu pula napas Hui Yan tercekat sudah, netra terbelalak seraya lihatlah akan keberadaan dari kuku-kuku menghitam runcing telah berada pada area lehernya, tatkala musuh menyeringaikan bibir memerah seterang darah ini seraya mempertunjukkan akan bagaimana ia berhasil menyandera Hui Yan, entah itu kepada Tang Yuan ataupun Ji Yu selaku suami dari wanita berdarah bangsawan ini.

"Kalian pikir selama apa kalian bisa bersembunyi dari perisai lemah itu?" Mempererat cekikan, mendekatkan pula wajahnya pada Hui Yan yang setidaknya masihlah mampu bernapas. "Tidakkah lebih baik menyerah saja? Jelas-jelas tahu tidak akan menang, lantas buat apa berusaha? Bukankah itu tindakan bodoh?"

Ji Yu mengarahkan pandangan pada Tang Yuan, memperlihatkan pria tersebut berjuang mempergunakan belati es mata iblis untuk menahan serangan kawanan gagak, perisai pelindung berupa pendaran cahaya kemerahan yang siap kapan saja menghilang dalam kondisi lemah fisiknya saat ini.

"Jangan dengarkan dia, Ji Yu. Aku baik-baik saja, masih mampu melawan dan berjuang," ucapnya penuh keyakinan dan tekad, tapi suara jelas saja goyah seiring akan deruan napasnya yang memberat. "A'MEI! Masih,'kah kau di sana?!" Cairan bening siap meluruh, tapi sejadinya tertahankan.

"Dia sudah tertidur, aku menjadikannya tertidur untuk selamanya. Sekarang! Tubuh ini sepenuhnya milikku, tak akan kubiarkan dia mengambil alih lagi!"

Tertawa-tawa Hui Yan dibuatnya, merasa sangat konyol akan bagaimana roh jahat bernama Mo Shan ini mampu berucap demikian. Padahal tubuh itu adalah milik Kwan Mei, tapi ia malah bertindak seakan Kwan Mei-lah yang selama ini merebut dan mempergunakan tubuhnya. Tidakkah ini lucu? Tidakkah makhluk kegelapan ini bertindak jauh lebih konyol dan tak masuk akal?

Menyedihkan, sangatlah menyedihkan. Jauh lebih menyedihkan dari posisi mereka bertiga yang siap kapan saja meregangkan nyawa, dan Xue Jing sangatlah menyetujui pemikiran Hui Yan ini. Kala di mana Hui Yan menyudahi tawanya, keseriusan pun mengambil alih. "Aku, Liu Hui Yan, sepanjang usiaku hanya satu dosa terbesar yang pernah kulakukan." Air mata meluruh, diarahkan pula pandangan pada Ji Yu. "Yaitu meninggalkan ayahku seorang diri, menjadi anak tak berbakti. Namun, jika waktu kembali membawaku ke saat itu ... aku pun tetap akan pergi, karena itulah keputusanku." Mendesah, kedua tangan yang tersandera ini pun dikepalnya kian mengerat, sembari netra berairnya ini ditajamkan. "Sama seperti keputusanku ... keputusan yang tidak akan membiarkan iblis sepertimu menguasai tubuh Kwan Mei!"

Sinar keunguan mendominasi, terpancar begitulah kuat dari sekujur tubuh Hui Yan yang berakhir terlepas dari sanderaan. Bagi siapa pun yang memaksa untuk membukakan sepasang netra, maka bersiaplah mengalami kebutaan. Kala kawanan gagak musnah sudah, tak lagi perlu bagi Tang Yuan menciptakan perisai untuk berlindung. Namun, bukan berarti segalanya terselesaikan. Apalagi di saat pancaran sinar keunguan ini mulai meredup dan kian meredup, memperlihatkan secara jelas lagi akan bagaimana suatu pertarungan sengit di antara dua wanita berlangsung sudah.

Hanya saja, pertarungan macam apa ini? Mana Hui Yan dan mana musuh tak lagi terlihat, yang mampu disaksikan hanyalah berupa sekelebat cahaya keunguan dan hitam saja. Semacam sedang menari-nari, terbang sana-sini bahkan sesekali akan berputar-putar ataupun kadang akan meninggalkan suara layaknya petir bersahut-sahutan.

"Hui Yan, Hui Yan ...."

"Kau pastinya tidak ingin kehilangan Hui Yan, bukan?"

"Tentu saja, bagaimana bisa ak ...." Tercekat, seolah kerongkongan terisi oleh sesuatu sehingga tak memungkinkan baginya untuk melanjutkan lagi. Gantinya, Ji Yu mengarahkan pandangan pada teman prianya ini, semacam tahu akan sesuatu yang mengharuskan ia menggeleng-geleng tak setuju.

"Aku juga ... aku juga tidak ingin A'Mei menjadi seperti sekarang. Karena itu ...." Memberanikan diri untuk memandang balik Ji Yu. "Bunuhlah aku." Mengulurkan belati es mata iblis.

"Perkataan tidak masuk akalmu ini, aku akan berpura-pura tidak pernah mendengarnya." Memalingkan wajah, sebulir air mata yang meluruh seketika disekanya. "Kau juga singkirkan segera pikiran itu."

"Hanya dengan membunuhku, kita akan punya kesempatan melemahkan Mo Shan. Meskipun hanya sekejap, tapi itu peluang dan kesempatan besar. Jika tidak menggunakan kesempatan itu maka ... maka kita, nyawa teman-teman seperjuangan, Pak Tua dan semua orang desa akan berakhir sia-sia ....

"... Aku tidak bisa membiarkan hal itu, aku tidak akan sanggup melihat tubuh A'Mei dipergunakan. Terlebih kita berhutang banyak, pertarungan ini jelas kita harus memenangkannya. Hanya dengan begitu semua nyawa akan tenang pada akhirnya." Mengarahkan pandangan pada ruangan yang dipenuhi tulang belulang, berfokus pada ketiga mayat yang menggantung. Azhuang, Jing Shin dan Xia Chia. Pun belati kembali diulurkan, tapi tetap saja Ji Yu tak mengambil.

Yang mana bertepatan dengan itu pula, pertarungan sengit yang dilakukan Hui Yan terhenti. Memperlihatkan akan bagaimana wanita berdarah bangsawan itu tersudutkan, lagi dan lagi leher tercekik pun darah menghiasi sudut bibirnya. Tatkala kuku-kuku menghitam nan runcing makhluk kegelapan tersebut kembali diulurkan pada detak pusat kehidupan Hui Yan yang tak lagi berdaya.

"Kita tidak ada waktu lagi, Ji Yu!"

Benar, waktu memanglah tak memungkinkan untuk berpikir lebih lama lagi. Namun, pilihan macam apa ini yang harus dipilih atau putuskan? Satu sisi lain adalah istrinya, dan yang satu lagi adalah kawan seperjuangannya. Lantas, harus bagaimana memilih? Kala di mana dua pilihan sama-sama terkait nyawa. Pun Ji Yu memejamkan sudah sepasang netra, meluruhkan sejumlah air mata di kedua pipinya.

Sementara apa yang dialami Hui Yan kini, sekiranya masihkah mampu menanti? Sedikit demi sedikit kuku-kuku makhluk kegelapan ini menusuk, melukai dada Hui Yan yang mengernyit menahan pun mulut terkatup mengeluarkan erangan demi erangan. Lihatlah pula bagaimana darah membasahi sudah kain pakaiannya, apalagi saat tusukan kian ditekankan menguat untuk dipaksa masuk.

Saat itulah Ji Yu membuka kembali netra terpejamnya, mengambil alih belati es mata iblis yang disodorkan Tang Yuan. Meskipun masihlah belum bisa menerima ide gila ini sepenuhnya, tapi kenyataan jika itu satu-satunya cara yang paling memungkinkan untuk saat terdesak seperti ini adalah benar adanya, terlebih tidak bisa pula untuk dipungkiri.

"Di sini ... kau harus menikamnya tepat di sini." Tang Yuan menunjuk paha kanannya, meraih tangan Ji Yu yang memegang belati untuk kemudian merobek sedikit kain pakaian yang ada, menandakan area pasti yang harus Ji Yu tikam nanti. "Lakukan, Hui Yan tak akan mampu menahannya lagi."

"Maafkan aku ... benar-benar ... maafkan aku ...."

"Untuk sampai ke tahap sejauh ini, nyawa siapa memangnya yang tidak dikorbankan, Ji Yu? Semua berkorban demi hasil terbaik. Jadi jangan salahkan dirimu, ini keputusanku terlebih ini cara untuk memenangkan apa yang mustahil untuk kita kalahkan." Menepuk mantap pundak Ji Yu, tersenyum meskipun sepasang netra berair. "Lakukan, atau semua benar-benar akan terlambat."

Menarik dan mengembuskan napas panjang, diarahkan sudah permata merah dari belati es mata iblis ini lurus pada Tang Yuan yang malah mengalihkan pandangan pada istrinya, Kwan Mei. Sedih dan senang bercampur, tapi kerelaan menutupi dua rasa bercampur padu itu. Tatkala setelahnya batu permata belati benarlah menyala, menghisap cahaya kemerahan dari tubuh Tang Yuan yang sontak saja melemahkan hingga ke titik tak mampu lagi berdiri. Dengan perlahan pula Ji Yu mendudukkannya, punggung disenderkan pada dinding sembari proses penarikan energi jahat yang mengikat Tang Yuan selama bertahun-tahun sebagai penjaga desa ini selesai sudah.

"Aku ... dan juga A'Mei ... tidak akan menyalahkanmu ...." Senyum kembali tertampilkan, pandangan yang terbanjiri air mata kembali pula diarahkan pada Kwan Mei. "Lakukanlah."

Ada yang mengatakan, kalau kematian mampu membebaskan manusia dari rasa sakit. Oleh karenanya, Ji Yu pun tak ingin kawan seperjuangannya ini terus-terusan merasakan sakit tersebut. Belum lagi waktu yang dimiliki tak banyak, Hui Yan dalam bahaya dan jikalau Mo Shan mendapatkan jantung tersebut ... maka selesai sudah pemikiran untuk memusnahkannya. Kegagalan menyambut, rasa bersalah pun tidak akan mampu dihapuskan oleh kematian.

JLEB!

Tangis yang tertahan pecah sudah, dicabut segera belati es mata iblis tersebut dengan tangan gemetar berlumuran darah. "Selamat jalan, temanku ...." Bangun setelahnya biar kata sangatlah sulit, tak lagi mampu jika harus menyaksikan saat di mana tubuh Tang Yuan terurai menjadi kepingan abu. Yang mana bersamaan dengan itu, air mata seorang Hui Yan yang menahan kesakitan terjatuh sudah pada punggung tangan Kwan Mei yang sudah masuk sebagian pada dadanya ini. Mungkin saja sudah mencengkeram jantung Hui Yan yang memucat.

Namun, Kwan Mei menghentikan sudah aksinya. Netra memerah kembali menghitam, terbelalak mendapati akan bagaimana Hui Yan kini tak berdaya di hadapannya. Pun tangan yang susah-susah dimasukkan sedari tadi, segera ia tarik keluar. Tetesan demi tetesan menetes sudah pada permukaan tanah di mana Hui Yan kini ambruk.

"Hui Yan ...."

"Bu-bukan ... sa-lahmu ...."

Kuku-kuku menghitam nan runcing menghilang, bergemetaran seiring akan bagaimana terhuyung-huyung sudah sepasang tungkai yang dibawanya mundur ini. Kala sepasang netra dipenuhi kekosongan, bertemu pula dengan Ji Yu yang tahu-tahu saja sudah di belakangnya.

"Maafkan aku, tapi aku harus memenuhi permintaan Tang Yuan." Lurus mengarahkan ujung runcing belati es mata iblis, dan tak sedikit pun Kwan Mei bergerak apalagi mundur. Melainkan wanita ini menutup sudah sepasang netra sembari air mata meluruh di sepanjang kedua pipinya hingga menyentuh pun kemudian menetes dari ujung dagu, menghantam permukaan pijakan yang menjadi saksi akan bagaimana Ji Yu haruslah kembali mengambil tindakan tak sejurus dengan keinginan hatinya.

JLEB!

Continue Reading

You'll Also Like

489K 105K 83
[Fantasy & Minor Romance] Setelah mati, Stella malah terbangun sebagai karakter di cerita terakhir yang dibacanya. "The F...
1M 128K 73
***WATTYS WINNER 2021 KATEGORI FANTASI*** --- Setelah menikah dengan seorang duke paling berpengaruh di negaranya, Gwen harus berperang melawan intri...
1.1M 80.6K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
7.3M 375K 46
Daisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang ka...